Foto: Sportskeeda.

Bagi para pesepakbola, kritik sudah menjadi makanan sehari-hari bagi mereka. Jika si pemain bermain sangat buruk, maka kritik akan terus berdatangan kepadanya. Kritik bisa membuat si pemain menjadi lemah, namun di sisi lain kritik bisa menjadi cambuk untuk memperbaiki penampilan di atas lapangan menjadi lebih baik lagi.

***

Kritik adalah sambutan yang diterima Victor Lindelof pada awal kedatangannya ke Manchester United. Datang dari liga yang tidak terlalu menarik, ia bertekad untuk menaklukkan Inggris yang jarang sekali berjodoh dengan pemain-pemain asal Skandinavia. Namun perjalanan pemain kelahiran Vasteras ini seperti roller coaster yang selalu naik dan turun setiap detiknya.

Digadang-gadang menjadi tandem Eric Bailly, Lindelof justru menjadi pesakitan. Ia tidak bisa menghentikan serangan para pemain Real Madrid dalam Piala Super Eropa. Setelah pertandingan tersebut, Ia hanya bermain dua kali saja hingga September 2017. Debut penuh pertamanya di Premier League baru dijalani ketika memasuki pekan kesembilan. Laga tersebut adalah mimpi buruk Lindelof karena membuat kesalahan yang berujung kekalahan United. Ketika dimainkan melawan Newcastle, ia terpeleset yang mengakibatkan gawang United kebobolan.

Ada ekspektasi tinggi ketika Lindelof datang ke Manchester. Kemampuannya melakukan build up serangan menjadi salah satu kelebihannya. Dia disebut-sebut sebagai salah satu ball playing defender potensial. Namun alih-alih membangun serangan dari belakang, Lindelof bahkan tidak bisa membuat lini belakang United aman dengan kehadirannya. Segala kritikan bahkan masih saja datang hingga awal musim ini ketika gawang United dibobol tiga kali dalam dua laga beruntung yang membuat kapasitasnya makin diragukan.

“Apa yang kita lihat saat ini adalah Victor Lindelof dan Eric Bailly tidak punya kepercayaan diri. Mereka tidak bagus secara kolektif dan begitu juga secara individual,” kata Gary Neville. Ucapan Gary ditimpali oleh rekannya di Sky Sports, Jamie Carragher. “Saya minta maaf, namun saya merasa level Premier League tidak cocok untuk dirinya.”

Bahkan Jose Mourinho tidak luput menjadi tukang kritik untuk Lindelof. Bukan dalam bentuk ucapan melainkan dalam bentuk niatan yaitu dengan mencari bek tengah anyar pada musim panas 2018. Hal tersebut membuat status Lindelof terancam didepak karena nama-nama incaran United memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak di Premier League seperti Toby Alderweireld dan Harry Maguire.

Meski begitu, ada beberapa orang yang membela Lindelof saat itu. Rio Ferdinand meminta para penggemar United bersabar. Begitu juga Ryan Giggs yang merasa kalau Lindelof hanya butuh kesempatan bermain lebih banyak. Beberapa rekan setimnya juga berkata demikian. Paul Pogba berkata bahwa Lindelof masih dalam tahap adaptasi. Sedangkan Zlatan Ibrahimovic memberikan saran agar Lindelof lebih garang lagi karena United adalah tempat bertahan hidup dan bukan untuk bersikap ramah.

Bangkit dari Keterpurukan

Beruntung segala kritikan dan keraguan Lindelof bisa dijawab pada musim ini. Setelah dibantai Tottenham 0-3, pelan tapi pasti Lindelof mulai menemukan performa terbaiknya bersama United. Pertandingan melawan Southampton pekan lalu adalah laga ke-30 yang dijalani. Catatan ini sudah melebihi musim pertamanya yang bermain 29 kali. Namanya rutin mengisi posisi starter dan hanya satu kali saja menjadi pemain pengganti serta satu kali bermain kurang dari 90 menit.

Penampilannya makin mengilap sejak United dipegang oleh Ole Gunnar Solskjaer. Lini belakang United menjadi jauh lebih solid dan tidak mudah untuk dibobol. Harapan melihat Lindelof sebagai pemain masa depan klub mulai terlihat selepas dia sukses bangkit dari keterpurukan.

“Ketika Ole datang, saya hanya ingin menunjukkan kemampuan saya dan mungkin saya sudah melakukannya. Sekarang saya sudah mendapatkan ritme bermain saya. Ketika Anda bermain buruk dan membuat gawang kebobolan, para pemain belakang akan dikritik. Itu tidak pernah menjadi masalah bagi saya. Saya tahu orang membicarakan nama saya saat itu, tapi saya tidak membiarkan kritik mempengaruhi saya,” kata Lindelof.

“Tidak ada pemain yang mendapat kritik lebih dari saya. Jadi orang bisa bicara dan tidak apa-apa. Dan itu bagus untuk mengubah pendapat orang.”

Dengan konsistensinya penampilan Lindelof, ia bisa mengubah pendapat Gary Neville, Jamie Carragher, dan terutama Jose Mourinho. Nama terakhir akhirnya bisa melihat kalau pendekatan kerasnya kepada pemain masih bisa bekerja. Setelah Luke Shaw, kini sindiran-sindiran pedas Mourinho bisa dijawab oleh Lindelof. Sebuah bukti, kalau Mourinho memang menginginkan pemain yang tangguh secara mental dan tidak hanya karena skill semata.

“Dengar, saya selalu berterima kasih kepada Mourinho. Dia yang membeli saya. Saya tidak punya hal buruk untuk dikatakan tentang dia. Ketika dia ingin membeli pemain baru, itu tidak masalah. Saya suka kompetisi. Saya beruntung karena saya kuat secara mental dan bisa menutupi kesalahan saya. Anda ingin segalanya berjalan baik di klub baru namun itu tidak mudah. Anda harus bekerja keras jika Anda bermain buruk.”

Melihat kinerja Lindelof, United nampaknya sudah menyelesaikan satu masalah di lini belakang. Mereka punya pemain tengah yang kedepannya berpotensi untuk menjadi pemain besar. Seandainya Lindelof bisa mempertahankan penampilannya hingga musim-musim berikutnya, maka United bisa mendapatkan sosok Rio Ferdinand baru dalam diri Victor Lindelof.