Martial bangkit bersama Ole, tapi masih butuh banyak perbaikan. Foto: Metro.co.uk

Tiga gol Anthony Martial menandakan kalau dia pelan-pelan mulai keluar dari masa sulit yang pernah ia alami selama membela United. Akan tetapi, dia masih punya tugas yang harus bisa diselesaikan secepatnya.

Akhirnya kutukan itu berakhir juga. Di era Ole Gunnar Solskjaer, pencapaian yang tidak bisa dilakukan oleh tiga manajer sebelumnya berhasil ia lakukan selama satu setengah tahun menangani Setan Merah. Sebelumnya, ia bisa membawa United mencetak lima gol dalam satu laga yang terakhir kali terjadi pada era Sir Alex Ferguson. Pada Kamis tengah malam kemarin, giliran Anthony Martial berhasil membuat United kembali memiliki pemain yang bisa mencetak tiga gol di liga.

Putar waktu ke belakang, ke tanggal 22 April 2013. Kala itu, tiga gol Robin van Persie ke gawang Aston Villa tidak hanya membawa United meraih gelar juara liga terakhir mereka, melainkan juga tiga gol terakhir yang dicetak oleh satu pemain United pada satu pertandingan Premier League.

Sejak saat itu, United sulit mencari pemain yang bisa membuat tiga gol dalam satu pertandingan di liga. Padahal, mereka punya bomber-bomber bagus seperti Radamel Falcao, Zlatan Ibrahimovic, Romelu Lukaku, Alexis Sanchez, hingga Marcus Rashford. Namun tidak ada satu pun dari mereka yang mampu.

Saat striker-striker lain seperti Callum Wilson, Teemu Pukki, hingga Tammy Abraham bisa mencetak tiga gol, maka striker United paling mentok hanya mampu membuat dua gol. Kalaupun mereka membuat hat-trick, maka kejadiannya bukan pada ajang Premier League tapi pada ajang lain seperti Liga Champions atau Liga Europa.

Baru pada Kamis kemarin United bisa memiliki pemain yang mampu mencetak tiga gol pada satu pertandigan liga. Anthony Martial memborong tiga gol kemenangan United atas Sheffield United. Tiga gol yang hadir berkat penempatan posisi dan penyelesaian akhir yang bagus. Tiga gol pertama bagi Martial di United dan tiga gol pertama sepanjang karier si pemain.

“Saya merasa tampil sangat baik. Ini adalah hat-trick pertama saya dalam karier saya, jadi saya harap saya bisa mencetak gol lebih banyak lagi. Saya senang karena tim bermain sangat bagus hari ini, jadi saya merasa kalau hari ini sangat bagus bagi saya,” kata mantan pemain AS Monaco ini.

Tiga gol yang tidak hanya sekadar mengakhiri kutukan tujuh tahun tanpa hat-trick, tapi juga pertanda kalau Anthony Martial kini mulai bangkit. Sekarang, ia sudah punya 19 gol di semua kompetisi. Angka 19 adalah yang terbaik selama membela Setan Merah. 14 gol diantaranya terjadi di Premier League, yang juga menjadi catatan terbaiknya.

Tidak berlebihan rasanya kalau menyebut Martial sudah bangkit menjadi pemain yang lebih baik lagi. Kita semua tahu bagaimana kariernya naik turun ketika United dipegang oleh Jose Mourinho. Martial kerap terlihat kurang bergairah dan beberapa kali mengalami masalah seperti kehilangan nomor punggung sembilan dan kritikan Mourinho terhadap sikapnya.

Di era Mourinho, ia kerap dirotasi untuk memberikan kesempatan kepada Rooney, Rashford, Ibrahimovic, Lukaku, dan Sanchez mengisi lini depan. Faktor-faktor ini mempengaruhi torehan golnya yang sedikit dan menjadi alasan mengapa Martial tidak bisa menjadi pemain yang bagus bagi United. Bahkan yang paling ekstrem adalah ketika ia dikabarkan masuk daftar pemain yang akan dijual United untuk mengurangi lini depan yang ketika itu dianggap kelebihan pemain.

“Sebenarnya saya lebih suka jika dia bicara langsung di depan dan tidak perlu mengatakan kepada semua orang. Dia tidak memberi saya kesempatan dalam beberapa pertandingan. Padahal, setiap kali saya ada, saya mencetak gol. Sekarang, saya ingin membuktikan kalau dia salah,” kata Martial.

Solskjaer Sang Malaikat Bagi Martial

Martial kecewa dan beberapa kali mencari pelarian. Satu yang terkenal adalah ketika dia memilih izin dari latihan untuk menemani pacarnya melahirkan. Hal ini dipilih untuk memulihkan mentalitasnya dan mengembalikan kepercayaan dirinya. Namun Mourinho semakin kecewa dan menganggap Martial saat itu tidak punya komitmen.

Bagi Mourinho, cara Martial itu menyalahi aturan meski ia sudah meminta izin. Namun bagi dia, ia hanya ingin pengertian dari manajernya itu. Beruntung, manajemen United memecat Mourinho dan mempertahankan Martial. Dari sini hubungan Martial dengan manajer mulai membaik.

Keduanya bisa satu frekuensi. Martial suka dengan kepribadian Ole dan begitu juga sebaliknya. Ole menyukai Martial. Ia mendapat manajer yang betul-betul percaya pada kemampuan dia di atas lapangan.

“Saya yakin Anthony bisa meningkatkan kualitasnya, mencetak gol lagi hingga 20 gol. Jelas, kalau dia punya kualitas sebagai seorang finisher andal. Dia punya teknik penyelesaian peluang yang bagus. Dia juga tahu cara menerima bola dengan baik. Dia juga bisa menjadi penyerang bahkan sebagai false-nine,” kata Ole.

Ole benar-benar menjadi malaikat Martial. Sebisa mungkin, ia menyervis agar sang striker merasa nyaman. Nomor punggung sembilan dikembalikan kepadanya. Romelu Lukaku yang jumlah golnya per musim jauh lebih baik dari Martial pun dilepas. Striker tambahan juga hanya Odion Ighalo. Bukan Haaland, Werner, Dembele, atau Dybala. Ole benar-benar percaya penuh kepada Martial.

Kesannya Martial seperti pemain yang manja, namun ia balas menunjukkan kalau dia mendapat servis bagus, maka dia akan membayar kepercayaan tersebut dengan gol. Itulah yang ia lakukan pada musim ini, ketika kepercayaan mengemban lini depan dipegang penuh olehnya.

Melihat Martial bisa mencetak banyak gol lagi tentu sangat menyenangkan. Kini, dia dan Marcus Rashford sama-sama menjadi top skor klub dengan mencetak 19 gol. Keduanya punya potensi mengakhiri musim dengan membuat 20 gol. Sesuatu yang tidak pernah terjadi sejak Dimitar Berbatov dan Javier Hernandez mencetak 20 gol pada musim 2010/2011.

Mempertajam rekor pribadi jelas menjadi pencapaian positif bagi Martial. Namun ia masih memiliki tugas yang tidak kalah penting untuk diselesaikan yaitu menjadi striker yang konsisten. Menjadi striker yang bisa diharapkan untuk mencetak gol di tiap pertandingan. Konsistensi adalah penghalang yang membuat karier dia tidak bisa sampai menjadi andalan tim nasional.

Kita semua tahu bagaimana performa Martial. Dia bisa hebat pada satu laga, namun menghilang pada beberapa laga-laga berikutnya. Tiga gol Martial ini membuatnya sudah mencetak tujuh gol sepanjang 2020. Namun, ia pernah tiga laga tanpa mencetak gol. Bahkan pada musim pertamanya bersama United, ia pernah sembilan laga beruntun tanpa mencetak gol di liga.

Graeme Souness menyebut kalau Martial adalah pemain yang terkadang bisa tidak antusias terhadap sebuah pertandingan. Bahkan legenda sekelas Gary Neville juga pernah dibuat bingung oleh Martial.

“Dalam 10 tahun terakhir, saya tidak pernah sebingung ini untuk menentukan siapa dia. Normalnya ketika Anda melihat pemain, Anda memikirkan seperti apa dia. Namun saya sulit menentukan itu semua. Beberapa minggu terakhir, ia bermain brilian, namun dalam beberapa minggu lainnya saya tidak yakin dia adalah pemain Manchester United,” tuturnya beberapa waktu lalu.

Jika masalah inkonsisten ini bisa diselesaikan, maka tidak tertutup kemungkinan Martial bisa menjadi pemain hebat dan legenda bagi Setan Merah.