Semestinya, kehadiran direktur teknik bisa meminimalisasi apa yang terjadi pada 2014 silam. Kala itu, Louis van Gaal memangkas habis para pemain generasi sebelumnya, terutama yang terlibat dalam kekalahan 0-4 Manchester United dari MK Dons.
Tujuan dari direktur teknik sendiri adalah memastikan kalau pelatih tugasnya melatih pemain yang sudah tersedia; bukan pemain yang ia inginkan. Ini dimaksudkan agar filosofi klub tidak berubah-ubah setiap mengganti pelatih.
Walau begitu, United tampak tidak pernah belajar. Setelah mendatangkan Ruben Amorim di pertengahan musim 2024/2025, nyatanya ia tetap ingin merombak skuad United. Tentu tidak mengapa karena skuad saat ini memang cuma beberapa biji yang layak dipertahankan. Namun, untuk jangka panjang, perombakan skuad setiap mengganti pelatih tidaklah baik untuk keberlanjutan klub itu sendiri.
Soal perombakan skuad ini sebenarnya sudah dibeberkan oleh Amorim di saat kedatangannya. Intinya, ia mengancam akan mengeluarkan sejumlah pemain kalau performanya tidak seperti yang diharapkan. Ancaman ini nyatanya tidak berjalan baik karena skuad Amorim tetap bermain seperti sampah.
Sebelum hasil buruk melawan Fulham, ia menjabarkan kalau para pemain United sudah tahu kalau beberapa dari mereka akan diusir di akhir musim ini. Meski, kita tidak tahu siapa yang diusir terlebih dahulu, Amorim, atau pemain yang tidak berguna.
Kalau Amorim masih melatih United di musim depan, yang artinya United tidak terdegradasi, United akan merombak skuad besar-besaran. Bahkan, menurut George Smith dari Manchester Evening News, perombakan ini bisa jadi yang terbesar dalam sejarah United.
Perombakan ini tentu untuk memfasilitasi Amorim dengan segala filosofi 3-4-2-1-nya itu. Soalnya, di bursa transfer musim dingin, ia cuma bisa merekrut dua pemain, itu pun cuma pemain muda: Patrick Dorgu dari Lecce dan Ayden Heaven dari Arsenal.
Walau begitu, perekrutan ini menandai bahwa Amorim memang setia dengan filosofinya. Ia mendatangkan Dorgu yang memang berposisi sebagai wingback; yang mana punya peran penting dalam sistem 3-4-2-1. Heaven juga didatangkan karena United membutuhkan tiga bek tengah. Karena hal ini, ada sejumlah posisi yang nantinya tidak dibutuhkan: fulbek, gelandang serang, dan penyerang sayap.
Amorim sendiri tengah mengincar posisi striker sebagai target utama. Sementara dua pemain di depan bisa diisi Bruno Fernandes yang menjadi pemain nomor 10.
Saat ini, Amorim masih enggan membicarakan apa yang akan terjadi dengan skuadnya karena United masih menghadapi banyak pertandingan.
“Tetapi itu jelas, dan aku kira itu bukan situasi yang sulit karena semua orang paham bahwa dalam sepakbola; terkadang Anda bertahan, terkadang harus maju,” kata Amorim.
Amorim enggan membahasnya karena takut terjadinya friksi di antara para pemain. Soalnya, ketika ia masih bermain, ia pun ingin kejelasan soal masa depannya.
“Saya juga mencoba menggunakan semua pengalaman itu. Bila Anda jujur dengan seseorang, mereka bisa menerimanya. Awalnya memang sulit, tetapi mereka akan mengerti. Jadi saya cukup jujur dengan para pemain saya dan mereka sudah tahu bahwa terkadang mereka harus pindah di akhir musim,” terang Amorim.
Musim 2024/2025 merupakan musim terburuk Manchester United sepanjang era Premier League. Manajemen United berharap bisa memulai lagi dari awal di musim panas nanti yang menjadi musim penuh pertama Amorim bersama The Red Devils. Walau begitu, Amorim juga dituntut untuk bisa meningkatkan hasil di sisa musim ini.
Amorim pun tidak merasa menjadi pelatih yang lebih baik sejak tiba di Old Trafford karena ia tak memenangi pertandingan. Namun, selama tiga bulan di Manchester, ia merasa menjadi lebih komplet.
“Karena terkadang Anda perlu kalah atau berada dalam situasi yang buruk untuk berkembang. Saya merasakannya selama tiga bulan ini. Saya tidak akan mati jika kalah dalam tiga pertandingan berturut-turut. Itu adalah sesuatu yang saya pelajari di sini, saya dapat mengatasinya dan mempertahankan energi. Jadi saya belajar banyak tentang diri saya dan para pemain. Namun, saya lebih suka memenangkan pertandingan. Itu jelas.”
Apakah ini juga yang menjadi alasan mengapa permainan United menurun? Apakah para pemain yang “sudah tahu bakal keluar” itu memang sengaja main asal-asalan? Naif betul Amorim ini.