Foto: Mirror.co.uk

Pekikan Glazers out muncul ketika Manchester United dikalahkan oleh Newcastle United beberapa waktu lalu. Sang penguasa kembali menjadi sasaran umpatan kekecewaan para pendukung Setan Merah yang terpaksa melihat tim kesayangan mereka hanya terpaut dua poin dari zona degradasi.

Beberapa penggemar United menganggap kalau manajer dan pemain bukanlah orang yang tepat untuk disalahkan ketika tim menjalani musim buruk. Akan tetapi, manajemen yang menjadi orang yang bertanggung jawab karena mereka tidak bisa menggerakan tim ini untuk memiliki visi sukses di sepakbola. Dalam kasus United, keluarga Glazer selaku pemilik dan Ed Woodward selaku wakil dewan eksekutif menjadi pihak yang patut dijadikan kambing hitam.

Sebenarnya, rasa muak terhadap keluarga Glazer sudah muncul sejak orang Amerika tersebut datang mengambil alih Setan Merah pada tahun 2005. Hal ini tidak lepas dari keputusan Glazer yang membeli klub melalui dana yang sebagiannya berasal dari utang. Utang itu kemudian dibebankan kepada klub.

Namun suara-suara perlawanan terhadap keluarga Glazer semakin keras dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini tidak lepas dari prestasi tim yang semakin melorot. Setan Merah sulit melangkah ke papan atas. Empat besar saja bahkan tidak mampu. Di Eropa pun mereka kesulitan bersaing dengan tim elit lainnya. Belum lagi dengan investasi lambat terhadap tim serta kebijakan-kebijakan lain yang memperparah rasa kesal suporter.

Lantas, jika Glazer sudah datang pada 2005, mengapa baru sekarang mereka melancarkan protes dengan cara yang masif? Alasannya sederhana, karena klub itu masih diperkuat oleh beberapa pemain hebat dan ditangani oleh manajer hebat dalam diri Sir Alex Ferguson. Meski perlawanan terhadap mereka gencar dilakukan, namun hal itu tertutupi dengan raihan prestasi sehingga mereka yang protes tersebut merasa kalau masih ada yang bisa dibanggakan dari klub idolanya yaitu trofi.

Barulah ketika tim mengalami musim yang buruk pasca Fergie pensiun, mereka mulai menggelar perlawanan secara masif. Dari syal-syal kuning hijau yang elegan, aksi boikot MUTV dan unfollow semua media sosial United, hingga chant-chant makian untuk Glazer, sudah dilakukan. Namun sayangnya, hal itu tidak juga membuat sang penguasa merasa terusik.

Keputusan Tepat FC United of Manchester

Jika suporter United sekarang sedang dibuat murka oleh kepemimpinan keluarga Glazer dan Ed Woodward, maka suporter FC United of Manchester mungkin sedang merasa lega. Keputusan berani yang ia buat 14 tahun lalu mencapai puncaknya pada saat ini. Membentuk FC United menjadi pilihan perlawanan yang tepat sebagai bentuk penolakan keluarga Glazer.

Klub amatir ini adalah warisan yang ditinggalkan keluarga Glazer ketika mengambil alih United. Namun masuknya orang Amerika tersebut sebenarnya hanya sebagian kecil dari alasan membelotnya mereka dari MU. Melonjaknya harga tiket, hingga penyesuaian waktu kick-off yang harus disesuaikan dengan kepentingan tv, modernisasi klub membuat mereka kesal dan akhirnya meningggalkan Manchester United.

“Apakah saya mendukung tim sepakbola, atau tempat hiburan? Sosok seperti Glazer bukanlah yang kita inginkan. Namun Man United sudah berubah sejak saat itu,” tutur salah satu fans FC United ketika diwawancarai Joe.

Terbentuknya tim ini bukannya tanpa tantangan. Sir Alex Ferguson sempat menyindir orang-orang yang melawan MU tersebut dengan menyebutnya sebagai suporter yang tidak loyal. Fergie sendiri juga menjadi otak dibalik masuknya keluarga Glazer karena persetujuannya. Namun kritik ini dilawan oleh mereka yang menyebut kalau United-lah yang sebenarnya meninggalkan mereka melalui modernisasi klub dan gerak dari klub ini yang mulai cenderung kapitalis.

“Fans semakin muak. Fokus kami sejak awal adalah menyerang Woodward dan Glazer. Senang rasanya melihat kalau banyak penggemar United sudah bangun dan sadar kalau Glazer tidak memperhatikan klub. Mata mereka kini telah terbuka dan megatakan kalau sudah tidak peduli apakah United akan sukses dan kembali ke ajang Eropa setiap tahunnya,” tutur salah satu pentolan FC United.

Loyal atau tidaknya suporter FC United isa tercermin dari tulisan milik Bayu Adi Persada di situs Pandit Football. Bayu, menceritakan pengalamannya ketika menonton tim divisi tujuh ini secara langsung. Ia menyebut kalau atmosfir stadion mereka, Broadhurst Park, tidak kalah dari Old Trafford. Bahkan Theatre of Dreams sendiri sudah mulai kehilangan suaranya karena mayoritas pendukung hanya datang dan duduk saja tanpa ada passion bagi klub. Satu faktor lain yang menjadi cikal bakal munculnya klub ini.

“Sepanjang pertandingan, suporter tidak bisa lepas dari kibaran bendera dan chants untuk memberikan semangat. Salah satu fan di belakang tiba-tiba menepuk pundak saya dan berkata: ‘kawan, kami adalah penggemar yang sesungguhnya,” tutur Bayu dalam tulisannya.

Suporter FC United sebenarnya masih setia terhadap United. Hal ini terlihat jelas dari spanduk-spanduk yang mereka bawa. Masih ada unsur-unsur dari Setan Merah seperti warna hijau-kuning yang ikonik itu serta makian-makian terhadap keluarga Glazer. Lagipula, mereka juga masih setia mengikuti kiprah United. Namun untuk saat ini mereka tidak mau mendukung MU secara langsung dan beralih ke FC United sambil menunggu adanya perubahan.

“Ada beberapa penggemar kami yang kembali ke Old Trafford, hanya untuk melihat apakah ada yang berubah. Pada akhirnya, mereka langsung kembali lagi ke sini dan berkata tidak ada yang berubah,” tuturnya.

Sebuah klub sepakbola harus dijalankan oleh orang-orang yang punya rasa kepemilikan yang erat. Itulah bentuk idealisme dari FC United. Bukan dijalankan satu atau dua orang tanpa memiliki visi yang jelas.

Bagi mereka, membelot dari Man United (untuk sementara) adalah keputusan yang paling tepat dibanding melancarkan aksi demo yang tidak akan mengubah fakta kalau kedua sasaran tersebut masih akan menjabat di sana. Menjalani hidup naik turun bersama tim amatir pada divisi bawah di stadion kecil terasa jauh lebih baik ketimbang mendukung di tempat megah macam Old Trafford namun dipaksa melihat kepemimpinan Glazer dan Woodward sehari-hari.

“Bagi saya, FC United adalah bentuk protes anti Glazer yang asli dan konsisten. Pesan kami selalu sama. Ini adalah tempat bagi para penggemar MU yang kecewa dengan Glazer dan juga situasi sepakbola sekarang ini. Kami ada di sini untuk tinggal bersama klub ini terlepas dari apa yang terjadi pada klub ini,” ujarnya.