Pintu keluar KC Stadium, markas Hull City tinggal berjarak 20 meter lagi. Seketika keluar dari stadion tersebut, maka perjalanan Manchester United untuk musim 2014/2015 berakhir. Tidak hanya untuk klub, sebagian pemain United sudah menemui akhir dari karier memperkuat Setan Merah.
Robin van Persie, pemain yang tidak bermain pada laga terakhir melawan Hull, sudah tahu kalau dia akan dijual awal minggu tersebut. Dia sudah memasang wajah pasrah. Victor Valdes, penjaga gawang yang menjalani debut starternya, buru-buru melewati para wartawan yang terus menanyakan nasib David de Gea. Adnan Januzaj tampak senang dengan musim penuh keduanya. Begitu juga Marouane Fellaini yang menutup musim tersebut dengan tekel mengerikan kepada Paul McShane.
Lalu ada Angel Di Maria. Ia ditarik keluar pada menit ke-23 karena cedera hamstring. Ia berjalan dengan santai bahkan masih sempat mengacungkan jempol. Louis Van Gaal tidak mau mengambil risiko karena ia takut cedera Di Maria bertambah parah.
Namun ada yang aneh dari situasi tersebut. Van Gaal mengamati Di Maria dengan sinis. Pandangan yang seolah menandakan kalau situasi diantara keduanya tidak begitu baik. Van Gaal memilih skeptis, sementara Di Maria sebisa mungkin menghindari kontak mata saat ia berbicara dengan Frans Hoek, pelatih kiper United saat itu.
Di Maria punya ciri khas dalam perayaan golnya yaitu membentuk simbol hati. Akan tetapi, hatinya nampak sudah tidak ada lagi di United. Serangan para penggemar United tiga minggu lalu menarik perhatian saya. Seorang teman saya yang duduk beberapa baris di belakang tempat Di Maria jatuh ke parit menunjukkan kalau United “benar-benar menyambut Di Maria” dengan nyata.
Dalam sedekade terakhir, ada tiga pemain yang tidak pernah disambut dengan ramah ketika kembali ke Old Trafford. Mereka adalah Angel Di Maria, Gabriel Heinze, dan Carlos Tevez. Tiga hal yang menunjukkan perkataan Ferguson tepat kalau pemain Argentina sangat sulit untuk diatur.
Tevez bergabung dengan Manchester City dan Heinze meminta bergabung ke Liverpool. Di Maria? Dia sebenarnya bisa bergabung ke Paris Saint Germain setahun sebelumnya tetapi mendapat kendala berupa Financial Fair Play. Hal ini yang kemudian membuat United menjadi pemburu tunggal Di Maria. Dalam pernyataannya, Di Maria menyebut kalau United adalah satu-satunya klub yang bisa membuat saya meninggalkan Real Madrid. Namun jika ada alat pendeteksi kebohongan, maka dia sudah pasti tidak lulus.
Di Maria adalah rekor pembelian United dan Premier League dengan nilai 59,7 juta paun. Dia membuat hati para pendukung berdebar dengan debut kandang menghadapi Queens Park Rangers, lalu memperdaya Kasper Schmeichel dan mencetak gol pembuka yang apik melawan Everto. Paruh pertama musim Di Maria penuh dengan rasa hormat, meski cedera sempat mengganggu permainannya sepanjang bulan Desember.
Para pendukung United bersimpati dengan kejadian upaya perampokan yang menimpa Di Maria dan keluarga kecilnya pada akhir Januari. Entah ada hubungannya atau tidak, kejadian itu yang membuat performanya semakin menurun. Di Maria bermain buruk pada pertandingan melawan Sunderland dan hanya bertahan 59 menit melawan Newcastle United empat hari kemudian.
Ia kemudian secara sah mengakhiri satu-satunya peluang United meraih piala dengan menerima kartu merah pada pertandingan babak keenam Piala FA melawan Arsenal karena melakukan diving dan menarik kaus Michael Oliver. Di Maria keluar Old Trafford sambil meminta kepara Stretford End yang dibalas tepuk tangan.
Pertandingan pada tanggal 9 Maret tersebut menjadi laga terakhirnya bersama Setan Merah sebagai starter di kandang. Ia tidak mampu menggulingkan tempat Ashley Young. Penampilan apik United pada pertandingan melawan Liverpool di Anfield juga dirusak oleh perseteruan Di Maria dengan Louis Van Gaal setelah pertandingan usai.
Ada beberapa alasan lagi yang membuat Di Maria tidak disukai pendukung United. Di Maria seolah tidak mau beradaptasi dengan formasi yang dimainkan Van Gaal. Pelatih asal Belanda ini kerap memainkan Di Maria di beberapa posisi seperti sayap kiri, kanan, gelandang serang, dan striker bayangan. Lalu hubungan ini bertambah rumit dengan menghilangnya Di Maria selepas Copa America meski United sudah memesan tempat untuk terbang ke San Jose menjalani pra musim. Van Gaal tidak tahu kemana Di Maria saat itu.
Ketika seorang pemain sepakbola profesional meninggalkan profesionalitas mereka, tidak ada cara lain kecuali pergi. Di Maria begitu fenomenal di Madrid namun mengalami kendala bersama United lalu kemudian mengambil jalan pintas yang mudah yaitu memonopoli Ligue 1.
***
Tulisan ini adalah hasil terjemahan dari tulisan Samuel Luckhurst dalam kolomnya di Manchester Evening News dengan judul “Why Manchester United fans dislike Angel Di Maria