Foto: FourFourTwo.

Dilansir dari Sky Sports, dikabarkan bahwa Manchester United telah menyetujui kesepakatan untuk menjual gelandangnya, Marouane Fellaini, ke klub asal China bernama Shandong Luneng.

Di sisi lain, Marouane Fellaini, sudah menjadi simbol untuk penurunan kualitas Manchester United, dan gaya permainannya, dicap tidak sesuai dengan tradisi tim berjuluk Setan Merah itu. Namun, menurut salah satu pundit Sky Sports Nick Wright, Fellaini pantas diberi rasa hormat sebelum kepergiannya diresmikan.

Berbalik ke tahun lalu, terdapat sedikit perbedaan yang mengejutkan antara konferensi pers Max Allegri dan Jose Mourinho setelah Manchester United kalah 1-0 dari Juventus di Old Trafford pada Oktober lalu. Ya, kala itu, Allegri memuji keberanian dan keterampilan teknis yang membuat Juve bisa mendominasi kepemilikan bola dengan begitu meyakinkan. Namun, Mourinho kemudian justru mengeluhkan tidak adanya Marouane Fellaini yang cedera, adalah penyebab utama United kalah.

Komentar Mourinho pun akhirnya memancing cemoohan. Pasalnya Fellaini telah menjadi simbol penurunan United sejak kedatangannya pada 2013 lalu dengan biaya transfer sebesar 23 juta paun dari Everton. Jadi, bagaimana mungkin seorang manajer United yang telah menghabiskan 400 juta paun untuk transfer menjadi sangat bergantung pada pemain sepertinya? Dan yang lebih mengherankannya, mengapa ia sangat merindukan permainan Fellaini ketimbang Marcus Rashford, Anthony Martial dan Romelu Lukaku di atas lapangan?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang akhirnya menodai taktik Mourinho yang dikenal identik dengan ketergantungan ‘magis’ Fellaini. Padahal, kritik yang mencerca Fellaini ini selalu terasa tidak adil. Kerangka dan kualitas permainannya memang dikenal lamban, tapi iru semua tidak selalu mudah untuk disimpulkan oleh mata. Karena, tidak jarang juga keefektifan permainannya tidak dapat disangkal. Sikapnya pun sempurna, dan bahkan, fleksibilitasnya sangat berharga.

Dalam lain hal, aneh juga untuk berpendapat bahwa Solskjaer adalah tokoh utama yang menjadi dalang dibalik kepergiannya. Saat ini, Fellaini mungkin adalah pemain paling lama yang dimiliki United, yang bisa bekerja sama dengan mudah di bawah asuhan pria asal Norwegia itu. Tapi, ia justru memilih untuk pergi dengan hanya meninggalkan catatan 22 gol dalam 177 penampilannya bersama United. Padahal, dari sekian banyak gol-golnya itu, terkadang ia menghasilkan poin penting bagi United, dan hal seperti ini bahkan kerap kali hadir meski ia hanya turun dari bangku cadangan.

Hanya perlu melihat ke belakang, tepatnya beberapa bulan yang lalu, untuk menemukan salah satu contoh terbaik dari Marouane Fellaini. Salah satu contoh terbaik itu adalah ketika ia mencetak dua gol ketika United menghadapi Newcastle di Old Trafford. Kala itu, kehadirannya cukup berhasil meresahkan pasukan Rafael Benitez. Meski kejar-kejaran skor, tapi akhirnya United berhasil menuai hasil positif dengan kemenangan 3-2 di akhir laga.

Maka tak mengherankan mengapa Mourinho saat itu sangat merindukan permainan Fellaini. Pria asal Portugal itu sudah mempercayainya. Tak hanya dipercayai oleh Mou, Fellaini juga sangat digemari oleh rekan-rekan setimnya, termasuk Paul Pogba. Bahkan terdapat sebuah laporan yang mengatakan jika Paul Pogba secara khusus menyarankan Mourinho untuk menempatkan Fellaini di depannya.

Selain Jose Mourinho, pria bertubuh jangkung itu juga sangat dihargai oleh banyak pelatih. Pelatih Belgia, Roberto Martinez, misalnya. Ia menganggap bahwa pemain seperti Fellaini memang terlahir untuk bersaing, dan di balik semua pandangan yang meremehkan Fellaini, masih banyak sisi-sisi yang jarang orang ketahui tentangnya. Menurut Martinez, mantan pemain Everton itu adalah pemain yang pantas untuk dihargai di atas semua kemampuannya.

“Saya pikir, dia (Fellaini) adalah pemain yang harus dihargai. Dia memang terlahir untuk bersaing. Sebagai pemain tim, dia selalu melihat setiap pertandingan sebagai tantangannya. Itulah yang menjadikannya hidup bak seorang pejuang, dan seseorang yang memang pantas dimiliki setiap pelatih dan manajer di timnya,” ungkap Roberto Martinez pada musim panas tahun lalu.

Seorang pemain yang memiliki semangat juang dan kualitas unik seperti Fellaini, telah membuat banyak perbedaan, termasuk di timnas Belgia yang dikenal sarat dengan pemain berbakat. Gayanya memang tidak disukai semua orang dan dicap sebagai salah satu pemain gagal dalam sejarah Manchester United, akan tetapi kekaguman para pemain dan manajer yang mengenalnya dengan baik, justru mengatakan hal yang jauh dari asumsi itu.

Maka, setelah resmi hijrah ke Tiongkok, akan lebih baik jika kita semua memberi rasa hormat kepadanya. Karena hal ini lebih layak dan pantas untuk diterimanya.