Foto: The Sun

Para penggemar Manchester United tidak ubahnya sekelompok anak muda yang sedang merencanakan buka bersama di media sosial. Banyak yang bilang ‘mau’, ‘ayok’, dan ‘kapan’, tapi kenyataannya yang hadir tidak sesuai dengan harapan.

***

Tagar #GlazersOut bergelora di media sosial. Setidaknya dalam beberapa waktu pada bulan keenam lalu. Bahkan beberapa kali mereka nangkring di trending topic di Britania Raya bahkan sempat masuk trending topic worldwide. Hal ini membuat mereka percaya diri untuk melakukan aksi demo massal pada Sabtu (29/6) lalu di stadion Old Trafford.

Namun alih-alih mengharapkan ribuan orang turun ke jalan, aksi yang mereka inginkan jauh dari harapan. Menginginkan Old Trafford dipenuhi ribuan orang layaknya suporter Liverpool ketika menurunkan rezim George Gillett dan Tom Hicks, kenyataannya para demonstran yang hadir tidak lebih dari 20 orang. Jumlah yang masih kalah dari penonton Dahsyat dalam satu episode.

The power of social media nampaknya tidak memberikan efek yang signifikan bagi para penggemar Manchester United. Bahkan menurut The Sun, jumlah yang keluar masuk Megastore Old Trafford (toko pernak-pernik Manchester United) jauh lebih banyak ketimbang yang mengikuti aksi. Bagi mereka, protes Glazers Out tidak ada artinya ketimbang mengeluarkan uang untuk membeli cendera mata klub kesayangan.

“Protes kepada keluarga Glazer untuk meminta keluar dari MU tidak berguna, yang hadir hanya sekitar 20 orang. Orang-orang justru lebih banyak keluar masuk dari Megastore,” tutur jurnalis dari Goal, Kris Voakes dalam akun twitternya.

Dari foto-foto yang dirilis The Sun, anggota yang mengikuti aksi memang tidak terlalu banyak. Orang-orang yang mengenakan seragam/syal kuning-hijau khas Newton Heath bisa dihitung jari. Bahkan ada salah satu anggota aksi yang sedang duduk sendirian di kursi panjang sambil melihat telepon genggamnya. Mungkin dia saat itu sedang menunggu teman-temannya untuk datang.

“28 orang yagn berdiri di luar Old Trafford tidak akan mengubah apa pun selain membuat Anda terlihat sangat konyol. Bisa jadi hanya segelintir orang ini saja yang melakukan protes karena tim ini tidak meraih gelar apa pun pada musim lalu,” tutur penggemar United dengan akun twitter @TuftyMUFC.

Kubu United sendiri sebenarnya sempat ketar-ketir kalau aksi suporter ini bisa mengganggu stabilitas mereka. Acara Paddy Crerand Show, yang selalu mengundang para pendukung United untuk berbicara via telepon terpaksa tidak tayang karena ditakutkan akan mengundang para pembenci Glazer untuk menelepon Paddy dan mengeluarkan keluh kesahnya dalam siaran langsung. Namun kekhawatiran mereka tidak terbukti karena aksi yang tidak berjalan sesuai rencana.

Keluarga Glazer mengambil alih klub pada tahun 2005 dengan berutang kepada klub dan menjadikan aset klub sebagai jaminan. Diperkirakan mereka menelan biaya hingga membuat United sempat berutang 1 miliar paun. 14 tahun kemudian, utang tersebut tidak kunjung lunas. Kubu Glazer hanya membayar bunganya saja dan membuat utang mereka masih berada di kisaran 400 juta paun. Bahkan baru-baru ini, salah satu anggota keluarga Glazer meminta pinjaman dari bank dengan saham United sebagai jaminan.

Selain itu, Glazer dianggap sebagai biang dari enam tahun mereka tanpa prestasi mentereng. Investasi yang lambat dan tidak tepat sasaran membuat perlahan mereka dikejar oleh Manchester City dan Liverpool yang sebelumnya berada di belakang mereka.

Aksi 29 Juni lalu menjadi kegagalan berikutnya bagi para suporter United untuk menjatuhkan keluarga Glazer. Sebelumnya, mereka sempat melakukan demonstrasi serupa pada tahun 2005 dan 2010. Namun aksi itu juga tidak memberi dampak meski yang hadir saat itu mencapai ratusan atau bahkan ribuan orang.

Michael Tunstall, salah satu suporter United yang menuntut Glazer untuk lengser dari United merasa kalau aksi ini gagal karena kurangnya koordinasi. Tunstall sudah punya firasat kalau aksi ini tidak akan berjalan lancar meski ia mendukung aksi ini.

“Pengaturan waktunya sangat buruk dan pemberitahuan untuk melakukan aksi sangat singkat dan dilakukan ketika akhir musim. Tidak masuk akal. Protes yang lebih baik akan datang di waktu yang tepat yaitu ketika musim yang sebenarnya dimulai,” tuturnya.

Meski begitu, ada satu hal yang membuat para pengikut aksi anti Glazer ini sedikit puas. Saham Manchester United kembali mengalami penurunan sekitar 1,26 miliar paun menjadi 2,25 miliar paun setelah sebelumnya 3,51 miliar paun. Prestasi buruk musim lalu menjadi penyebab.

Glazer mungkin bisa bernapas lega. Mereka terhindar dari makian dan hujatan yang dikeluarkan langsung oleh para penggemar United. Beberapa penggemar United kemudian berencana untuk menggelar aksi serupa ketika Setan Merah berhadapan dengan Chelsea pada pekan pertama Premier League Agustus nanti.

Namun berkaca dari pengalaman 2005, 2010, serta aksi pada Sabtu kemarin, besar kemungkinan kalau demonstrasi ini akan berakhir sia-sia mengingat jumlah yang ikut melakukan aksi sudah pasti jauh lebih sedikit dibanding yang hadir untuk menonton pertandingan.