Beberapa hari lalu, Manchester United resmi memutus kerja sama dengan 15 pemain mereka. Dari daftar tersebut, mayoritas diantaranya adalah pemain-pemain yang bermain untuk tim akademi. Hanya ada dua nama saja yang berasal dari tim utama yaitu Ander Herrera dan Antonio Valencia.

Berikutnya ada nama-nama seperti Regan Poole, Zachary Dearnley, Tom Sang, Callum Whelan, Matty Willock, James Wilson, Matthew Olosunde, Tyrell Warren, DJ Buffonge, Callum Gribbin, Millen Bears, Josh Bohui, dan James Thompson. Mereka semua dipastikan berstatus tanpa klub pada musim depan.

Setiap ada pemain akademi yang dilepas, kerap timbul perdebatan-perdebatan. Hal yang sama juga terjadi selepas berita ini muncul. Banyak yang tidak setuju dengan keputusan klub dan menganggap kalau beberapa dari mereka masih layak mendapat kesempatan. Dua diantaranya adalah Callum Gribbin dan James Wilson. Keputusan United melepas mereka berdua dipertanyakan.

Gribbin adalah pemain akademi yang dianggap memiliki profil tinggi. Kemampuannya bermain di banyak posisi membuatnya disebut-sebut sebagai pemain hebat United di masa depan. Ia bahkan dianggap sebagai “Messi-nya United” karena memiliki gaya main yang mirip dengan bintang Barcelona tersebut ketika mengisi posisi sayap kanan.

Begitu juga dengan James Wilson. Sama seperti Gribbin, ia memiliki profil yang sangat tinggi di mata penggemarnya. Sebelum kemunculan Rashford, Wilson digadang-gadang sebagai striker masa depan United. Ia punya penempatan posisi yang bagus, dua kaki yang sama-sama aktif, dan insting gol yang bagus. Namun akhir kariernya berakhir dengan tidak diperpanjang kontraknya oleh klub.

Apa yang menimpa Gribbin dan Wilson menunjukkan betapa kerasnya persaingan di akademi United. Siapa yang tidak cukup layak dan tidak menunjukkan perkembangan yang berarti, maka siap-siap harus terdepak. Seperti Gribbin dan Wilson, yang harus keluar karena sulit kembali ke performa terbaik setelah mengalami cedera. Gribbin hanya bermain 24 menit musim lalu, sementara Wilson mencetak 10 gol yang ia lakukan dalam kurun empat tahun.

Rata-rata dari mereka yang tersingkir dikarenakan perkembangan yang mandek meski sudah dipinjamkan ke beberapa klub yang bermain pada divisi dua sampai empat kompetisi Inggris. Nicky Butt, selaku direktur akademi United, tidak bisa menerima kalau mereka hanya kembali ke klub untuk kembali bermain bersama tim U-18 atau U-23.

“Melakukan hal yang baik bersama U-18 dan U-23 selalu bagus, tapi itu tidak cukup untuk perkembangan pemain. Saya tidak mau ada pemain yang mondar-mandir saja di tim U-23,” tutur Butt beberapa waktu lalu.

Apalagi Butt pernah mengungkapkan kalau pemain yang sudah memasuki usia 20 dan 21 tahun, namun tidak bisa mendekati level untuk masuk ke tim utama, maka mereka harus pergi dari United. Itulah yang dirasakan Wilson, Gribbin, serta beberapa nama lain yang terdepak dari U-23.

“Akademi United sudah berkembang pesat. Jika ada pemain yang sudah berusia 20 atau 21 tahun tidak berada dalam tim utama, maka dia tidak akan bisa berkembang sebagai pesepakbola sepenuhnya,” ujar Butt menambahkan.

Penurunan Kualitas Para Pemain Akademi

Namun benarkah apa yang dikatakan Nicky Butt kalau akademi United mengalami peningkatan yang pesat? Jika berkaca dari performa tim di beberapa kompetisi, maka kualitas akademi United bisa dibilang sedang mengecewakan. Performa yang mengecewakan ini kemudian berimbas dengan kualitas pemain yang naik ke tim utama.

Akademi United terdegradasi dari Premier League 2 pada 2017/2018. Musim ini, mereka hanya finis keenam dan menderita kekalahan yang sama jumlahnya dengan kemenangan mereka. Sang pelatih, Ricky Sbragia, mundur yang diiringi rumor kalau Ricky tidak disukai mayoritas pemain karena taktiknya dianggap membosankan. Akademi United punya rekor bagus ketika mereka 10 kali menang dari 14 kali kesempatan melangkah ke final. Namun sejak 2011/2012, mereka tidak bisa untuk sekadar masuk babak perempat final ajang piala.

Peminjaman yang mereka lakukan kepada beberapa pemain juga banyak yang gagal. Bahkan sekelas Callum Whelan dan Tom Sang saja tidak menjadi pilihan utama untuk tim yang bermain di League Two (Divisi Empat) dan National League (Divisi Lima). Sebuah bukti yang menandakan kalau para pemain ini tidak punya kualitas yang bagus.

Bakat-bakat yang diberikan kesempatan untuk berjuang bersama tim utama juga belum memuaskan. Jesse Lingard dan Marcus Rashford tidak konsisten, Paul Pogba bermasalah dengan attitude, Andreas Pereira berada di persimpangan antara dipertahankan atau dilepas. Mereka-mereka yang baru diberi kesempatan musim ini juga belum menunjukkan penampilan yang berarti.

Tahith Chong dan Angel Gomes belum terlihat kelayakan mereka untuk bermain di skuad utama. James Garner juga hanya bermain beberapa menit. Mason Greenwood dan Scott McTominay mungkin yang akan mendapat kesempatan tampil lebih sering. Kabar positif lain juga datang dari Dean Henderson dan Axel Tuanzebe, dua pemain yang tergolong sukses menjalani karier sebagai pemain pinjaman.

Dulu, akademi United sukses menelurkan beberapa pemain hebat dari akademi seperti John O’Shea, Wes Brown, Jonny Evans, dan Darren Fletcher. Puncak dari kegemilangan akademi United sudah pasti kemunculan Class of 92. Segerombolan pemain dengan karakter dan dedikasi hebat yang mampu mengambil alih posisi dari para seniornya yang sebenarnya masih layak untuk bermain bersama United.

Namun saat ini, para pemain akademi United yang bereda belum bisa membuat manajemen khususnya Nicky Butt terkesan yang membuat mereka yakin kalau beberapa dari mereka pantas menjadi kandidat untuk menjalani karier panjang di Old Trafford.

United berharap bisa melihat lebih banyak pemain seperti Henderson, Tuanzebe, atau bahkan Greenwood yang perlahan mulai menemukan kemajuan. Bukan seperti Whellan atau Tom Sang yang bahkan tidak bisa menjadi pemain pilar di klub-klub divisi bawah sekalipun.