57134262

Manchester United telah menghasilkan sejumlah pemain menjanjikan melalui akademi mereka dalam beberapa tahun terakhir, namun tidak semua dari pemain jebolan akademi tersebut bisa berhasil berkarier di Old Trafford.

Ada beberapa “pemain pemberi harapan palsu” di United yang justru muncul dalam beberapa tahun terakhir ini. Tak terkecuali dari yang sempat berlaga dan bermain apik di beberapa pertandingan, sampai yang hanya muncul sekali seumur hidupnya. Old Trafford telah menjadi saksi bisu untuk para pemain ini.

Meski sebenarnya, diantara mereka ada yang memiliki bakat potensial, dan berhasil menunjukkannya di depan para suporter The Red Devils. Hanya sayangnya, “bakat” itu tidak mampu membuat para pemain tersebut bertahan di United sampai sekarang. Dilansir dari MEN Sports, maka berikut kami sajikan lima “pemain pemberi harapan palsu” milik Manchester United.

Federico Macheda

Kebanyakan dari para suporter United mungkin bisa melafalkan setiap kata dari komentar Martin Tyler tentang gol Macheda saat melawan Aston Villa pada April 2009. Debut pemain berusia 17 tahun itu sempat mengubah isi buku komik Roy of the Rovers menjadi kehidupan nyata, ketika striker asal Italia itu berputar di kotak penalti dan mencetak gol guna membantu United menyegel gelar Premier League di musim itu.

Sebelumnya, ia masuk sebagai pemain berusia 16 tahun yang direkrut dari Lazio, dan setelah mencetak gol pada penampilan keduanya saat United melawan Sunderland, muncul sebuah harapan besar bagi Macheda, bahwa ia memang akan menjadi bintang baru di Old Trafford. Saat itu, mungkin ada dari sekian pasang mata yang melihat penampilan Macheda berharap bahwa namanya bisa sejajar dengan deretan legenda United.

Namun sangat disayangkan, karena faktanya ia hanya mampu mencetak dua gol lagi untuk United setelah periode emas itu, dan akhirnya dilepas dari klub pada Mei 2014. Setelah itu, ia mulai menjalani kehidupan yang nomaden. Sebelum ia pergi secara permanen, ada serangkaian musim di mana ia dipinjamkan ke Sampdoria, QPR dan Birmingham. Lalu, klub seperti Cardiff, Novara dan Panathinaikos menjadi destinasi sepakbolanya sejak itu.

Adnan Januzaj

Satu-satunya hal positif dari musim David Moyes adalah munculnya nama Adnan Januzaj. Tentu saja, hal itu tiba-tiba memberi harapan besar bagi musim United yang mulai menurun. The Red Devils sendiri telah mengendus bakat pemain sayap Belgia itu dari Anderlecht saat berusia 16 tahun, dan tidak butuh waktu lama baginya untuk membuat tanda sinyal suksesnya di tim utama.

Moyes merasa terdorong untuk meletakkan Janujaz ke tim utamanya sejak awal, ketika ia keluar dari bangku cadangan di final Community Shield melawan Wigan. Maka setelah itu, meski sebenarnya Janujaz hanya mampu menampilkan dua penampilan sensasionalnya pada bulan Oktober, tapi itu berhasil membuat para suporter menjadi sangat berharap pada bakatnya.

Namun, setelah pemecatan Moyes, Adnan Januzaj tidak berkembang seperti yang diharapkan banyak orang. Ia akhirnya hanya mampu bermain 63 pertandingan untuk United di semua kompetisi dan mencetak lima gol. Dan pada kenyataannya, ketika ia dipinjamkan ke Borussia Dortmund, ia sama sekali tidak bermain seperti sebelumnya, dan kisahnya semakin pelik sebelum akhirnya memutuskan untuk bergabung bersama Real Sociedad (sampai sekarang).

Ravel Morrison

Sebagian besar suporter United pasti tahu atau pernah mendengar sebuah cerita kalua ada pemain yang lebih baik daripada Pogba. Ya, label “pemain terbaik” ini juga sama-sama lahir dari tim akademi United, dan pernah mengangkat Youth Cup pada 2011. Pemain itu adalah Ravel Morrison, dan memang benar, bahwa Morrison memiliki banyak pengagum ketika kemunculannya di Old Trafford. Tak tanggung-tanggung, Sir Alex Ferguson bahkan memiliki harapan tinggi kepada produk akademi kelahiran Wythenshawe tersebut.

Morrison sendiri melakoni debut pertamanya di tim utama United pada usia 17 tahun dalam pertandingan Piala Liga melawan Wolves. Namun, justru dari debutnya inilah kariernya mulai berakhir. Bagaimana tidak, setelah itu ia hanya berhasil membuat dua penampilan pengganti untuk Setan Merah sebelum akhirnya Fergie mengizinkan kontraknya berakhir. Isu-isu dari luar lapangan muncul sebagai alasan di balik kepergian Morrison dari United. Sekarang, ia akhirnya dapat kembali lagi ke Premier League dan bermain untuk Sheffield United setelah melewati perjalanan karier dari Championship, ke Serie A, ke Meksiko, ke Swedia beberapa musim sebelumnya.

James Wilson

James Wilson, sama seperti Macheda, ia menikmati dongeng fana setelah mengawali kariernya di United. Itu terjadi pada akhir musim Moyes yang sangat sulit bagi United. Ketika itu Ryan Giggs lah yang mengambil alih sementara tim utama United, dan juga yang mendorong striker muda itu masuk ke dalam timnya saat melakoni laga terakhir musim 2013/2014 dengan melawan Hull City. Hebatnya, Wilson berhasil mencetak dua gol dalam pertandingan yang berakhir dengan skor 3-1 tersebut.

Performanya itu adalah bentuk kinerja yang sempat memberi harapan kepada banyak suporter United, bahwa Wilson adalah “calon bintang” masa depan. Ya, tapi lago-lagi, jalannya di tim utama diblokir pada musim berikutnya ketika Radamel Falcao tiba sebagai striker pinjaman dari AS Monaco. Wilson hanya mampu mencetak satu gol lagi untuk United, dan menjadi penanda bahwa namanya mulai redum meski tetap bersama klub sampai musim panas 2015. Sekarang, Wilson bermain untuk Aberdeen.

Giuseppe Rossi

Hal yang membuat frustasi para suporter United terhadap Giuseppe Rossi adalah bahwa ia benar-benar membuktikan dirinya sebagai penyerang hebat di luar Old Trafford. Ya, Rossi justru tampil gemilang ketika ia sudah bukan lagi pemain United. Ada banyak hype tentangnya ketika United merebut striker (yang kala itu) berusia 17 tahun dari Parma pada 2004. Namun sayangnya, waktu bermain selalu sulit didapatnya, dan ini merupakan penyebab mengapa pemain asal Italia itu pergi dari United.

Rossi sendiri sempat berhasil mencetak empat gol di semua kompetisi untuk United pada 2005/06, sebelum pindah ke Newcastle di musim berikutnya. Namun, ia gagal mencetak satupun gol di sana. Rossi mulai frustasi, dan memutuskan untuk pergi meninggalkan Inggris. Sampai pada akhirnya, keputusan itu berhasil membuat namanya naik, dan dilabeli sebagai striker yang cukup produktif untuk Villarreal dan Fiorentina. Kariernya cukup gemilang setelah itu, meski sejak saat itu, sejumlah cedera serius sempat menghalangi potensinya untuk berkembang.