Alih-alih tsunami trofi seperti yang diharapkan suporternya, Manchester United justru diterpa tsunami gol ketika bermain melawan Liverpool pada Minggu malam. Anfield menjadi saksi betapa porak-porandanya permainan United yang sebelumnya disebut-sebut bangkit bersama Erik ten Hag. Bukan satu, bukan dua, melainkan tujuh. Liverpool 7 United 0.

Kekalahan memang bisa diterima, apalagi kalau kalah dari rival tidak terlalu dipermasalahkan. Namun kalah dari rival dengan skor mencolok tentu sulit untuk diterima akal sehat. Apalagi jika mengingat betapa Erik ten Hag begitu diagungkan sebelum pertandingan ini dengan keberhasilan mengalahkan Barcelona, Manchester City, dan meraih gelar Carabao Cup. Hanya dalam tempo sepekan, semua seperti plot twist dalam sebuah film. 5 Maret 2023, Liverpool 7 United 0. Kekalahan terbesar Setan Merah sepanjang sejarah mereka di Premier League.

Mencari alasan memang mudah. Kelelahan, kesalahan individu, hingga rekor yang tidak bagus mungkin menjadi faktor penentu hasil akhir. Tapi sang manajer menegaskan kalau ini semua bukan karena kelelahan. Intinya, United main jelek menurut dia. Sesederhana itu.

Jika berkaca dari data, United sebenarnya berhasil meredam permainan Liverpool dengan baik. Terutama pada babak pertama. Bahkan shots on target mereka jauh lebih banyak. Mereka bahkan bisa memenangkan 24 duel sukses, 8 tekel, dan 19 sapuan. Namun satu kelengahan di sisi kanan membuat Liverpool langsung mendapat peluang. Bahkan gol pertama datang dari tendangan ke gawang pertama mereka.

Setelahnya, United ancur-ancuran. Mereka lebih sering melakukan kesalahan. Bahkan pemain seperti Lisandro pun juga demikian. Hal bagus di babak pertama lenyap. United justru terus dihukum oleh kesalahan demi kesalahan. Masuknya pemain cadangan juga tidak membantu. Scott McTominay bahkan masuk hanya untuk mencari kartu kuning sebagai koleksinya.

Saat Liverpool kalah dari Wolves, Jurgen Klopp pernah berkata kalau timnya kerap kalah dalam duel bola kedua. Padahal itu inti dari permainan gegenpressing andalannya. Ia juga menegaskan kalau Liverpool musim ini tampak tidak percaya diri. Pada laga melawan United semalam semuanya berubah.

Para pemain Klopp tampak mendengarkan instruksi dan rasa PD mereka timbul. Mungkin mereka tahu kalau para pemain United ini tidak memiliki ketenangan menghadapi pressing dengan baik melawan tim-tim yang kecenderungan bermainnya agresif seperti mereka. Ketika celah di United sudah berhasil mereka temukan, Klopp memilih untuk terus menyiksa United alih-alih mengendurkan serangan.

Yang paling kasihan dari match ini adalah David de Gea. Pekan lalu ia mendapat apresiasi dengan keberhasilan menjadi kiper dengan clean sheet terbanyak sepanjang sejarah United. Seremoni pun diadakan dan beberapa hari kemudian ia harus melihat gawangnya dihantam tujuh kali. Mimpi buruk tidak mau berhenti setelah ia juga kena semprot Roy Keane.

Tidak hanya itu, empat dari tujuh gol United dicetak oleh Darwin Nunez dan Cody Gakpo dengan masing-masing dua gol. Dua pemain yang sebelumnya masuk incaran United. Saat mereka sedang dalam fase adaptasi dan kesulitan membuat gol, banter keras hadir bahkan dari suporter United sendiri. Kemarin, dua pemain ini membuat suporter yang hadir hening melihat pembantaian.

United memang punya chat yang berbunyi “We’ll never die.. We’ll never die..” yang menandakan kalau mereka pernah bangkit dari keadaan terburuk seperti apa pun untuk menjadi lebih kuat. Namun, sejak kalah 1-6 dari City pada 2011, United memang belum sepenuhnya bangkit. Mereka bisa mengalahkan balik rivalnya tapi belum juga mendominasi bersama rivalnya itu.

Menarik untuk melihat respon United setelah pertandingan ini. Apakah para pemain akan mendapat hukuman dari Ten Hag seperti laga melawan Brentford? Entahlah. Namun yang jelas kekalahan ini tentu saja menghajar mental para pemain. Bisa saja kekalahan ini memotivasi mereka untuk tampil kesetanan saat melawan Real Betis nanti. Namun, tidak kaget juga kalau misalnya kekalahan ini bisa menjadi titik balik dari perjalanan mereka yang begitu bagus setelah Piala Dunia.

Karena kekalahan 7-0 ini bukan sekadar noda hitam dalam sejarah klub. Namun sudah menjadi aib atau bahkan borok yang tidak akan bisa dilupakan dan terus diwariskan kepada anak cucu kita nanti.

Ironis memang karena disaat Liverpool masih diisi sekumpulan pemain medioker macam Jay Spearing, Jonjo Shelvey, Paul Konchesky, David N’Gog, Sotiris Kyrgiakos, Milan Jovanovic, hingga Charlie Adam, United tidak bisa membantai mereka bahkan mencetak lima gol sekalipun.

Di sisi lain, Liverpool hanya butuh tiga dari empat pertemuan terakhir melawan United untuk membuat United terjerembab. 5-0, 4-0, dan sekarang 7-0.