Di zaman di mana banyak pesepakbola digambarkan sebagai tentara bayaran para “pemilik uang”, Edinson Cavani justru memberikan antitesisnya. Terutama bagi suporter Manchester United. Ia adalah sosok yang rendah hati dan pekerja keras, yang pada akhirnya, ia dipuja oleh para suporter United karena kepeduiliannya kepada tim.
Anggapan ini tidak lebih merupakan kesimpulan yang terlihat dari selebrasi liarnya setelah ia memberi asis manis kepada Marcus Rashford di laga melawan West Ham. Penampilan dan ekspresinya ini menggambarkan nuansa positif yang penuh arti.
Meskipun dicap sebagai pemain veteran, pemain berusia 34 tahun itu mau berlari ke sudut lapangan dengan semangat seperti anak kecil. Seolah-olah ia baru saja diberi “uang koin” untuk pergi dan membeli sekantong permen ke toko permen.
Momen itu juga adalah cerita yang sama yang pernah ditunjukkan Cavani ketika merayakan gol pembuka Bruno Fernandes di Villa Park. Ia menunjukkan tampilan emosi yang menggelora dan penuh dengan kebahagiaan. Ia bermain seperti seorang suporter Setan Merah, dan itulah yang membuatnya dikagumi.
Di balik tabir ekspresi Edinson Cavani
Edinson Cavani adalah contoh sejati dalam olahraga dunia yang paling digemari ini. Dalam beberapa tahun terakhir, ia bahkan terus memberi apresiasi besar untuk perjalanan kariernya yang berharga sebagai pesepakbola elit. Meski ia tahu bahwa kariernya akan segera mendekati akhir.
Begitulah sisi positif El Matador. Selebrasinya di Stanford End akhir pekan lalu adalah salah satu pertunjukan publik dari seorang pesepakbola yang sangat peduli dengan para suporter yang memujanya. Ia seperti sedang menampilkan sisi perasaan pribadinya yang penuh dengan emosional.
Terlepas dari itu, Edinson Cavani sendiri adalah salah satu dari 28 pemain Premier League yang menulis surat kepada Gianni Infantino untuk menuntut FIFA. Tuntutan itu berisi kekhawatiran para pemain atas dampak fisik dan mental dari tuntutan atribut atau produk sepakbola yang terus masuk tanpa henti untuk kebutuhan pemasaran.
Tentu, mereka (termasuk Cavani) berhasil menjadi beberapa orang terkaya di planet ini karena atribut atau produk tersebut. Namun mereka juga masih manusia sama seperti kita semua. Maka meskipun mereka menjalani gaya hidup yang lebih istimewa setelah di-endorse, mereka masih tetap rentan terhadap tekanan dan kecemasan yang sama dalam kehidupan sehari-hari.
Cavani, dan mungkin kebanyakan pesepakbola lainnya, sangat peduli pada lingkup privasi kehidupan manusia. Dari sisi inilah agaknya kita perlu melihat kalau kehidupan para pesepakbola tidak seenak kelihatannya. Terlalu banyak atribut atau produk yang masuk –yakni sesuatu yang mungkin kita inginkan– juga tidak ada baiknya.
Menilai Edinson Cavani dari perspektif ini mungkin akan membuat para suporter Manchester United merasa bersyukur. Jika diingat kembali, transfernya ke klub memang dicap sebagai perekrutan yang kontroversial. Apalagi ia datang di saat waktu tenggat transfer musim panas dua tahun lalu.
Ia adalah striker yang menjadi free agent di waktu itu, dan United dinilai seperti melakukan tindakan putus asa ketika mencoba untuk mengontraknya. Setan Merah membutuhkan striker baru setelah kepergian Romelu Lukaku, dan mereka belum mencari penggantinya hingga Cavani tiba di Old Trafford.
Namun dengan 19 gol dari 53 penampilannya sejauh ini, Cavani malah menjadi “perekrutan putus asa” yang membuahkan hasil. Semua kekhawatiran tentang tingkat kebugaran jangka panjangnya –dikarenakan usia yang uzur–, ternyata itu pun tidak terjadi.
Ya meski ia tidak bisa bermain di setiap pertandingan, tapi itu bukan berarti Cavani tidak bisa menjadi aset tak ternilai dalam tim utama. Ia bisa bermain peran sebagai sosok pemimpin ruang ganti, dan itu terkadang menunjukkan sisi kedewasaan yang berpengaruh besar.
Berbicara soal pengalaman Edinson Cavani, ia adalah pemain yang telah memenangkan 24 trofi utama dalam karier seniornya. Sebagian besar dari gelar itu datang ketika ia berseragam Paris Saint-Germain. Di sana, ia memiliki banyak pengalaman yang menunjukkan bahwa ia tahu bagaimana caranya menghadapi tekanan. Terutama tekanan untuk terus menang.
Dapatkah United mencari pengganti Cavani?
Bisa jadi, Cavani hanya akan menghabiskan dua musim di United. Apalagi mengingat kontraknya yang akan habis di akhir musim ini. Dan jika itu masalahnya, akan menjadi tugas besar klub untuk menggantikan semua yang telah ia lakukan di tim utama.
Gol memang adalah hal paling utama yang harus dimiliki seorang striker. Tapi dampak terbesar penyerang –terutama yang veteran– di tim tidak dapat diukur hanya dari aspek tersebut. Kepemimpinan dan etos kerjanya juga pasti membuahkan spirit tersendiri. Dan begitulah cara Cavani bekerja di tim utama Setan Merah sejauh ini.
Mengganti seorang striker yang telah mencetak 19 gol dalam dua tahun seharusnya bukan tugas terberat untuk klub sebesar Manchester United. Namun mengganti striker dengan karakteristik seperti Cavani itulah yang mungkin akan menjadi tugas sulit untuk dilakukan.