Beberapa waktu lalu, Manchester United mengumumkan kabar gembira yaitu diangkatnya John Murtough sebagai Direktur Sepakbola pertama sepanjang sejarah klub. Tidak hanya itu, mereka juga mengangkat Darren Fletcher sebagai Direktur Teknik. Sayangnya, beberapa hari setelah pengumuman ini United mengumumkan kalau mereka tidak bisa lagi bekerja sama dengan salah satu legendanya, Nicky Butt.
Setelah 9 tahun menjalani peran sebagai bagian dari manajemen tim yang kemudian diikuti jabatan sebagai kepala pengembangan tim utama di era Ole Gunnar Solskjaer, Butt memilih untuk pergi dari klub lamanya tersebut. Kabar yang terbilang mengejutkan mengingat Butt adalah sosok yang lekat dengan Setan Merah.
Dia sudah menjadi loyalis klub ini sejak masih menjadi pemain di era Sir Alex Ferguson. Bahkan, ia rela hanya menjadi bayang-bayang pemain tengah yang lebih sering diandalkan seperti Roy Keane, Paul Scholes, hingga Paul Ince. Butt merupakan pemain yang “terpaksa” dilepas oleh Fergie karena dia saat itu sangat sulit untuk memberinya kesempatan main.
“Melepas Nicky adalah salah satu hal paling traumatis yang pernah saya lakukan. Saat kami sulit menang, pemain bermental tangguh macam dia amat sangat diperlukan meski hanya pelapis. Dia adalah pemain penting,” kata Fergie.
Saat melebarkan sayap di dunia kepelatihan, hanya United tempat yang ia pilih sebagai tempat belajar. Butt pernah menjadi pelatih tim reserve pada 2012, Kepala Akademi United pada 2016, caretaker tim reserve pada November 2016, asisten Ryan Giggs saat dia menjadi pengganti David Moyes, hingga yang terakhir sebagai Kepala Pengembangan Tim Utama.
Pengalaman menjadi alasan kenapa Butt memilih hengkang dari United. Ia merasa kalau United kini sudah cukup dalam kariernya. Sekarang, ia mengincar posisi di tempat lain dan bukan tidak mungkin ia menyasar target sebagai manajer tim utama mengikuti rekam jejak teman-temannya. Maklum, dari 6 jebolan Class off 92 yang terkenal itu, hanya Butt dan Beckham yang belum pernah menjadi manajer utama sebuah kesebelasan.
“Saya bangga dengan peranan yang dijalani setiap staf untuk pengembangan pemain muda kami di akademi. Saya kira hasilnya bisa terlihat dari meningkatnya pemain homegrown jebolan akademi yang naik ke tim utama. Saya akan melihat kesempatan yang ada dan mencoba memanfaatkan pengalaman saya sembilan tahun di sini,” ujarnya.
Akan tetapi, kabar kepergian Butt juga disertai isu miring. The Athletic menyebut kalau Butt hengkang karena tidak memiliki kecocokan dengan Murtough terkait cara pandang keduanya terhadap sepakbola.
Sumber dalam klub menyebut kalau Butt dan Murtough layaknya keju dan kapur yang tidak bisa membaur. Perselisihan keduanya bahkan sudah berlangsung berbulan-bulan sebelumnya mengingat Murtough dan Fletcher sudah bekerja terlebih dahulu di United dengan peran yang berbeda.
Butt memandang sepakbola melalui kacamatanya sebagai pemain United dan timnas Inggris, sedangkan Murtough memakai kacamatanya sebagai seorang administrator. Inilah yang membuat Butt kemudian memilih pergi secara tiba-tiba.
Selain itu, Butt juga dikabarkan merasa kecewa karena United memilih Darren Fletcher sebagai Direktur Teknis ketimbang dirinya. Mantan pemain Newcastle United ini merasa kalau dia juga punya hak yang sama untuk naik pangkat sebagai direktur teknis.
Pada kasus ini, United diberitakan tidak mengadakan proses wawancara secara resmi melainkan hanya berbicara secara informal kepada beberapa mantan pemain, namun pihak klub saat itu tidak memberi tahu hal ini kepada Butt. Inilah yang mungkin membuatnya merasa terabaikan mengingat dengan kedatangan Murtough dan Fletcher, maka posisi tawar Butt di klub menjadi lebih rendah.
Selama menjadi Kepala Pengembangan Tim Utama, Butt memiliki tugas sebagai jembatan antara tim akademi dengan tim utama. Dia yang mengatur siapa saja pemain tim utama yang harus dipinjamkan, dan memberikan pendapat kepada Ole terkait siapa-siapa saja pemain akademi yang pantas naik ke tim utama.
Ini pula yang membuat United rajin memberikan kesempatan kepada pemain jebolan akademi. Ia yang menemukan bakat Rashford, Henderson, dan McTominay. Di eranya pula United sukses menjadi tim yang memainkan pemain akademinya di starting eleven 4000 laga secara beruntun. Momen lainnya adalah ketika United membawa pemain muda saat bertandang ke Astana pada ajang Europa League.