Ketika sebuah kesebelasan mengalami kebuntuan dalam membongkar lini pertahanan lawannya, maka satu-satunya cara yang bisa dilakukan manajer adalah dengan mengganti beberapa pemainnya dengan pemain cadangan yang dimiliki. Oleh karena itu, setiap kesebelasan harus memiliki pemain yang kualitasnya tidak jauh berbeda antara pemain inti dengan yang pemain cadangan.

Sayangnya, hal ini justru tidak dimiliki oleh Manchester United pada musim ini. Ketika tim utama mengalami kesulitan untuk menjalankan strategi yang diberikan manajer, Solskjaer nampak bingung ketika harus memilih siapa pemain cadangan yang akan ia mainkan. Pada akhirnya, dia tidak punya pilihan lain selain memaksimalkan pemain yang sudah ada. Sesuatu yang ia keluhkan setelah dikalahkan melawan Bournemouth pekan lalu.

“Bukan performa yang buruk, namun kami kekurangan kualitas. Untuk memenangi laga, Anda perlu untuk mencetak gol. Tapi saya juga setuju kalau kami butuh tambahan kreativitas dalam tim. Kami memiliki beberapa pemain yang dapat mengkreasi peluang, namun untuk saat ini kami tidak bisa melihat pemain yang berada di klub lain. Kami hanya dapat memanfaatkan pemain yang kami miliki saat ini,” kata Solskjaer setelah pertandingan.

Jurang kualitas antara pemain utama dengan pemain cadangan United memang terbilang cukup besar. Terkadang, masuknya pemain cadangan pun tidak diiringi dengan performa tim di atas lapangan sehingga hasil akhir pun tidak berubah. Hal ini yang akhirnya kerap membuat Solskjaer dihakimi sebagai manajer yang tidak punya rencana kedua karena dia punya pemain cadangan yang tidak bisa menjadi pembeda.

Contohnya saja saat laga melawan Bournemouth. Di bangku cadangan, ia membawa Sergio Romero, Marcos Rojo, James Garner, Brandon Williams, Juan Mata, Jesse Lingard, dan Mason Greenwood. Ketika tim tertinggal, ia memainkan Lingard, Greenwood, dan Brandon Williams. Namun saat Solskjaer ingin mendapatkan dampak dari tiga pemain tersebut, ketiganya gagal mengemban tanggung jawab sebagai pembeda.

Terakhir kali Lingard mencetak gol terjadi pada bulan Januari. Pada musim ini, ia bahkan belum mencatatkan satu pun tendangan ke gawang. Ia bahkan menjadi bahan olok-olok ketika penjaga gawang Watford, Ben Foster, sudah memiliki shoot on target musim ini.

Kita juga tidak bisa menyalahkan Mason Greenwood dan Brandon Williams. Kedua pemain ini memang layak untuk menjadi pemain masa depan United. Namun mengharapkan mereka menjadi pembeda di usia yang belum mencapai kategori matang di sepakbola jelas sebuah tindakan yang kurang ideal.

Dulu, Manchester United dikenal sebagai tim yang kualitas pemain inti dengan pemain cadangan tidak terlalu jauh. Era Sir Alex Ferguson contohnya. Ia membuat setiap lini setidaknya memiliki satu pemain yang bisa diandalkan jika pemain utama mendadak absen karena cedera atau akumulasi kartu. Nama-nama macam Henning Berg, David May, John O’Shea, Phil Neville, Park Ji Sung, Nicky Butt, Ole Gunnar Solskjaer, dan Teddy Sheringham adalah beberapa pemain yang statusnya non reguler namun tenaganya bisa berguna ketika dibutuhkan sehingga United tidak merasa kehilangan. Pada era Jose Mourinho, United masih punya Marouane Fellaini yang bisa diandalkan jika lini depan mengalami kebuntuan.

Bukan sekali ini saja, Solskjaer tidak mendapatkan dampak dari pemain cadangan yang ia punya. Saat melawan Newcastle United, Mason Greenwood dan Tahith Chong tidak mampu meningkatkan kualitas serangan United. Atau ketika Angel Gomes dan Jesse Lingard masuk pada laga melawan West Ham.

Ketika kualitas pemain cadangan United tidak terlalu banyak membantu, Liverpool justru menunjukkan kebalikannya. Saat tertinggal 1-0 dari Aston Villa, Jurgen Klopp memainkan Divock Origi, Alex Oxlade-Chamberlain, dan Naby Keita. Tiga pemain ini memang tidak mencetak gol saat itu, namun setidaknya Liverpool masih memiliki banyak pilihan di bangku cadangannya sehingga permainan timnya masih berkualitas.

Benar apa yang dikatakan Solskjaer kalau saat ini dia hanya bisa pasrah untuk menggunakan pemain yang ada sekarang. Namun keluhan dia sejauh ini tidak akan mengubah keadaan mengingat inilah skuad yang ia pilih untuk menjalani musim 2019/20. Skuad yang saat itu ia bilang terbaik dan bahkan pernah berkata kalau dia tidak berharap pemain yang datang ketika ia memasuki bursa transfer pertamanya pada Januari 2019 lalu.

“Saya percaya pada para pemain ini dan yakin kami bisa melakukannya dengan baik. Skuad sekarang sudah bermain dengan baik. Kami telah tampil baik dan hasil-hasil yang kami dapatkan sepanjang pra-musim cukup baik,” tuturnya.

Jurnalis Manchester Evening News, Thomas Bristow, menyebut kalau Solskjaer masih punya banyak sekali pekerjaan yang harus ia lakukan di United. Selain membawa tim menang, ia harus membeli beberapa pemain lagi untuk bisa memenuhi kualitas yang dia inginkan. Dengan merekrut banyak pemain, maka Solskjaer bisa mendapat banyak pilihan pemain yang memudahkan dirinya menjalankan rencana cadangan.

Setan Merah memang dikabarkan akan bergerak gesit pada bursa transfer Januari nanti dengan target utamanya adalah seorang penyerang dan satu pemain tengah. Nama-nama seperti Timo Werner, Erling Braunt Haaland, dan James Maddison adalah tiga target utama klub pada bursa transfer nanti.

Thomas juga menyebut kalau beberapa pemain yang sekarang menjadi pilihan utama sebenarnya lebih layak untuk menjadi supersub. Dua nama yang lebih layak menjadi pemain pengganti adalah Andreas Pereira dan Daniel James.

Sebuah tim yang kuat harus memiliki sekumpulan pemain-pemain terbaik yang kualitasnya bisa diandalkan. Solskjaer mengharapkan hal itu bisa dia lakukan pada bursa transfer Januari nanti. Sebelum sampai ke sana, ia hanya bisa mengandalkan pemain yang dia miliki sekarang untuk bisa memberikannya kemenangan, Ia juga berharap kalau posisinya masih aman hingga bursa transfer musim dingin nanti.