Pep Guardiola mencatat sejarah. Dia menjadi manajer ketiga setelah Sir Alex Ferguson dan Jose Mourinho yang bisa meraih gelar Premier League secara back to back. Keberhasilan Pep Guardiola sukses membuat dominasi Manchester City masih kuat di Premier League dalam dua musim terakhir.
Di sisi lain, dua manajer yang jejaknya diikuti Pep sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Mourinho lagi aktif-aktifnya bekerja sebagai pundit di Bein Sports, sementara Sir Alex Ferguson masih menunaikan tugasnya dengan hadir di stadion Old Trafford sebagai anggota kehormatan klub. Khusus untuk Fergie, ia kembali diberikan pemandangan yang kurang mengenakkan dari kesebelasan yang pernah ia bawa berjaya selama lebih dari dua dekade.
Manchester berada dalam dua sisi yang berbeda. Sisi biru berpesta dengan poin 98 yang mereka punya. Sementara nelangsa melanda sisi merah. Berniat memberikan perpisahan bagi dua pemainnya, MU justru kalah dari kesebelasan yang sudah dipastikan degradasi.
Ada Sir Alex Ferguson dalam pertandingan tersebut. Ia menyaksikan dari jauh ketika Nathaniel Mendez-Laing membuat United terlihat jauh lebih lemah dibanding mereka. Di sisi lain, Ferguson melihat Pep Guardiola, orang yang ia harap bisa menjadi pewarisnya, mengangkat gelar liga keenam sepanjang sejarah klub.
Menurut jurnalis MEN, Samuel Luckhurst, ada dua kesalahan besar yang dilakukan Sir Alex Ferguson sepanjang kariernya di Manchester United. Yang pertama adalah perseteruannya dengan John Magnier dan JP McManus terkait kepemilikan kuda Rock of Gibraltar yang membuat penampilan MU di kompetisi tidak terlalui baik pada musim 2004/2005.
Kesalahan kedua adalah tidak menjadikan Pep Guardiola sebagai penerusnya. Kesuksesan bersama Barcelona dalam rentang 2008 hingga 2012 membuat Fergie saat itu yakin kalau Pep adalah orang yang tepat. Apalagi mereka sudah dua kali bertemu pada final Liga Champions, yang kedua-duanya dimenangi Pep.
September 2012 adalah perjumpaan kesekian bagi dua pelatih hebat tersebut. New York sebagai latar belakang dari pertemuan yang membahas tentang keinginan Fergie menjadikan Pep sebagai pengganti. Ia berkata kepada Pep untuk menghubunginya jika Manchester United menjadi tawaran yang menyenangkan untuknya.
“Saya meminta Pep untuk menelepon saya sebelum dia menerima tawaran dari klub lain tetapi dia tidak menelepon saya dan akhirnya bergabung dengan Bayern Munich pada Juli 2013,” kata Ferguson dalam bukunya, Leading.
Panggilan tersebut ternyata tidak kunjung datang. Sebaliknya, Bayern Munich mengumumkan Pep sebagai pengganti Jupp Heynckes pada Januari 2013. “Bahasa Inggris saya tidak bagus pada saat itu dan mungkin saya tidak mengerti apa yang dikatakan Sir Alex Ferguson,” kata Pep Guardiola beberapa waktu lalu.
“Kami bertemu di sebuah restoran yang luar biasa untuk makan malam dan saya pikir dia mengatakan kalau merekomendasikan saya untuk pergi ke Old Trafford. Tapi saya benar-benar tidak ingat apakah ada pembicaraan itu atau tidak. Yang saya ingat kami berbicara tentang kehidupan, sepakbola, Premier League. Tetapi tidak ada pesan tentang United. Saya pikir saya akan terus mengingat-ingat pembicaraan tersebut.”
Sayangnya United tidak bergerak cepat untuk mem-booking Guardiola meski sudah dikontrak Bayern. Mereka memilih untuk mencari sosok lain. Visi Manchester City ternyata jauh lebih visioner. Meski sudah menggaet Manuel Pellegrini, City langsung mendekati Pep karena mereka yakin bisa bekerja sama di masa depan.
“Bayern adalah klub pertama yang menelepon saya. Lalu ada Manchester City yang kemudian menelepon. Tetapi saya sudah bilang kalau saya ingin membuktikan diri di Jerman dan menjalani pengalaman itu. Setelah itu, ketika saya sudah bersiap bekerja bersama Bayern, City bertanya lagi kepada saya. Sejak saat itu saya berkata kalau saya akan bekerja bersama mereka setelah petualangan di Jerman berakhir,” ujarnya.
Perekrutan Ferran Soriano dan Txiki Begiristain menjadi langkah awal dari proyek besar City yang mulai menemukan puncak kesuksesannya pada dua musim terakhir. Dua nama itu adalah sekutu Pep Guardiola ketika di Barcelona. Masuknya mereka pada September dan Oktober 2012 tersebut seolah menjadi kode kalau cepat atau lambat Pep akan menjadi manajer City.
“Saya berbicara dengan Khaldoon (Al Mubarak) dan Txiki selama periode terakhir saya di Bayern dan mereka menunjukkan minat yang jauh lebih besar daripada klub lain. Itu sangat penting bagi saya.”
Saat City sudah punya rencana matang sejak awal, Manchester United dan Sir Alex Ferguson masih kesulitan dalam mencari pengganti. Tidak hanya dari sektor pelatih namun juga pemain. Ia sadar kalau pemain yang ia wariskan beberapa diantaranya bukan pemain kelas dunia dan mungkin hanya bisa bekerja sama dengan Fergie seorang. Oleh karena itu, United bergerak cepat pada bursa transfer. Karim Benzema, Mesut Ozil, Wesley Sneijder, Samir Nasri, dan Lucas Moura, adalah incaran yang ingin diwariskan kepada penerusnya kelak. Akan tetapi, tidak ada satu pun yang bisa didapatkan.
Selain Pep Guardiola, ada empat nama lain yang juga menjadi kandidat pengganti Ferguson. Yang pertama sudah pasti Pep. Disusul kemudian Mourinho, Carlo Ancelotti, Jurgen Klopp, dan Louis van Gaal. Namun keempat nama tadi sudah terikat dengan kesebelasan tertentu. Pada akhirnya, United memilih David Moyes yang menurut Fergie adalah kandidat keenam. “Kami senang dengan penunjukkan David (Moyes),” kata Avram Glazer.
Ada sebuah pertemuan khusus yang dibuat Sir Alex dan Pep Guardiola beberapa hari sebelum Sir Alex Ferguson terkena brain hemorrhage. Bukan tidak mungkin dalam makan malam tersebut Fergie mendekati Pep lagi untuk kesekian kalinya agar dia mau menangani United dan membuat tim ini memperlebar jarak trofi dengan Liverpool. Namun nampaknya hal itu sangat sulit karena Pep sudah memperpanjang kontrak hingga 2021.
Dari Moyes, Louis van Gaal, Mourinho, dan kini Ole Gunnar Solskjaer, menjadi manajer United yang diharapkan bisa memberikan kesuksesan. Tiga nama pertama gagal sementara Ole sudah menanggung tugas berat dalam dua bulan terakhirnya. Jika the baby faced assassin kembali gagal, bukan tidak mungkin ada PDKT kesekian antara pihak manajemen klub dengan Pep Guardiola. Itupun kalau Pep tidak keburu diambil klub lain seperti yang mereka rasakan sebelumnya.