Ada satu hal yang membedakan nasib Ole Gunnar Solskjaer dan Jose Mourinho ketika menangani Manchester United. Jika United kalah di era Mourinho, maka ia akan menjadi sasaran utama sebagai penyebab kekalahan. Namun berbanding terbalik jika Solskjaer yang menangani United, sasaran justru berpindah kepada para pemain dan manajemen United sebagai biang masalah keterpurukan mereka.

Tidak sedikit para penggemar United yang mulai merasakan kalau Mourinho benar. Tim ini memang tidak terlalu bagus meski diisi pemain-pemain berharga mahal. Hal ini terlihat dari kekalahan 4-0 melawan Everton kemarin. Para pemain tampil tidak jelas dan tidak ada koordinasi serta komunikasi yang terjalin dengan rapi antar sesama pemain.

Kolumnis Manchester Evening News, Richard Fay, merangkum enam pernyataan Jose Mourinho selama menangani United terkait kondisi tim ini. Beberapa pernyataan ini seolah menjadi penguat kalau ternyata selama ini para manajer yang menangani klub adalah korban.

Tim ini sudah menurun – September 2017

“Klub ini tidak ada lagi evolusi. Di klub lain, evolusi terus terjadi. Kami berhenti di tempat yang seharusnya menjadi aspek kesuksesan klub ini. Itu merupakan periode yang cukup kosong di dalam klub.”

Banyak yang menolak ucapan ini karena United penuh dengan talenta hebat. Mourinho datang dan langsung memberikan beberapa piala. Ini adalah prestasi terbaik yang pernah diraih United setelah Sir Alex Ferguson pensiun. Semusim kemudian, ia membawa Setan Merah berada di peringkat kedua di liga. Ketika Mourinho ingin membuat perubahan, ia terkendala beberapa hal seperti manajemen yang tidak mendukung serta ketiadaan orang yang bisa berperan sebagai direktur sepakbola.

Tim ini butuh kesabaran dan ketenangan, bukan uang – Desember 2017

“Saya tidak ingin mengambil kredit dari apa yang City lakukan. Apakah kami bisa bersaing bersama mereka? Mungkin bisa, tapi sulit. Jika Anda tidak punya keuangan yang kuat, maka Anda butuh potensi. Tetapi jika klub punya keuangan yang tidak terbatas, maka yang dibutuhkan untuk bisa bersaing adalah sabar, tenang, dan waktu.”

Maksud dari Mourinho di sini adalah jika United benar-benar ingin bersaing dalam perebutan gelar, maka mereka tidak hanya membutuhkan pengeluaran yang besar. Akan tetapi, mereka juga butuh dukungan untuk manajer dan bersikap sabar.

Namun hingga saat ini, United belum bisa melakukan itu semua. Dalam kurun enam tahun, United sudah menggunakan empat manajer berbeda. Pengecualian untuk Solskjaer, mayoritas pelatih yang mereka angkat selalu berakhir dengan pemecatan.

Skuad ini tidak kuat – Juli 2018

“Ini bukan skuad kami. Setengahnya bahkan bukan skuad saya, atau bahkan 30 persennya. Saya ingin dua pemain lagi. Tapi saya berpikir tidak mungkin mendapatkan dua pemain. Mungkin hanya satu. Saya sudah memberi klub daftar lima pemain yang ingin saya mau bulan lalu.”

Ucapan ini dikeluarkan Mourinho ketika United bermain buruk selama pra-musim. Sayangnya, Mourinho tidak didukung oleh manajemen untuk membangun kekuatannya sendiri. Mereka malah mendatangkan Fred yang habis dari Piala Dunia, Dalot yang cedera, serta Lee Grant yang sudah tua. Jika manajemen tidak mendukung Solskjaer pada musim panas nanti, maka siap-siap saja nasibnya akan sama seperti Mourinho.

Peringkat dua bukan prestasi buruk – Agustus 2018

“Kami tim Inggris terakhir yang bisa juara di Eropa. Saya memenangi delapan gelar, saya satu-satunya orang yang bisa juara di Inggris, Spanyol, dan Italia. Posisi kedua musim lalu adalah prestasi terbaik yang pernah saya raih di sepakbola.”

Banyak yang menertawakan ucapan Mourinho ketika dia berkata seperti ini. United seharusnya bisa mengejar posisi puncak dengan para pemain kelas dunia seperti Pogba, Martial, Rashford, dan Lukaku.

Harapan itu ada ketika Solskjaer masuk menggantikannya. United bermain baik dan membuktikan ucapan Mourinho salah. Namun dalam sebualan terakhir, beberapa individu United kembali bermain buruk yang membuat ucapan Mourinho terkesan benar adanya. Bahkan ketika ada kesempatan melangkah ke empat besar, mereka masih kerap menyia-nyiakan peluang tersebut.

Pertahanan kami tidak cukup baik – Oktober 2018

“Kami tidak punya pertahanan kokoh seperti yang saya inginkan. Kami tidak sekokoh yang saya mau. Kami juga tidak punya naluri pembunuh. Beberapa tim bsia mencetak tiga gol dalam tiga peluang dan beberapa tim dapat menahan dan meraih clean sheet. Bagi kami, hampir tidak mungkin untuk meraih clean sheet bahkan dengan kiper hebat yang kami miliki.”

Mourinho dikritik ketika meminta bek baru. Namun musim ini, lini pertahanan United benar-benar bermasalah. Mereka sudah mencetak rekor kebobolan terburuk mereka sepanjang sejarah dengan 48 gol. Hanya Lindelof yang mengalami peningkatan sedangkan Bailly dan Rojo masih tidak menunjukkan perkembangan yang berarti. Begitu juga dengan Smalling dan Jones yang tidak mencerminkan pemain yang kenyang pengalaman meski sudah menghabiskan waktu cukup lama di klub ini.

Pemain tidak punya hasrat – November 2018

“Pemain tidak punya intensitas, tidak punya hasrat. Mereka tidak ada yang bermain dengan hati. Anda harus main pakai otak, dan juga bermain dengan hati. Sayangnya, tidak ada cukup hati dari mereka. Solusinya? Anda tidak bisa mengubah sifat pemain secara dramatis. Mungkin saya harus membuat pilihan berdasarkan hati, kemudian saya akan menyalahkan diri sendiri karena saya berpikir hati tidak cukup karena tidak ada kualitas di sini.”

Hal ini terjadi dikarenakan sifat Mourinho yang memang tidak bersahabat. Hal itu dibuktikan ketika Ole masuk, para pemain langsung sumringah dan bermain seolah-olah dengan hati yang tulus. Namun kekalahan melawan Barcelona dan Everton, membuat komitmen mereka untuk klub kembali dipertanyakan.

Bahkan pendekatan man-management ala Ole yang katanya lebih bagus dari Mourinho saja tidak cukup membuat ruang ganti tetap kondusif. Justru dalam beberapa hari terakhir, ruang ganti United kembali panas.