Kata mereka, banyak pemain Manchester United yang tidak menyukai Jose Mourinho. Akan tetapi, ada satu nama yang tampaknya sangat nurut kepada manajer asal Portugal tersebut. Tentu saja pemain tersebut bukan Paul Pogba. Pemain tersebut adalah Scott McTominay.
McTominay adalah kesayangan Mourinho. Tidak percaya? Kalau bukan kesayangan, lantas untuk apa Mourinho mendaulat pemuda Skotlandia ini sebagai pemain terbaik versi dirinya pada musim lalu. Disaat ada pemain yang lebih layak untuk mendapatkannya, Mourinho justru memilih McTominay sebagai pemain terbaik.
“McTominay selalu mengerahkan segalanya. Dalam dua penghargaan untuk pemain muda, tidak ada nama Scott dalam daftar dan saya tidak bisa menerima itu. Saya pikir bocah ini tidak boleh pulang ke rumah tanpa membawa penghargaan, jadi dia mendapatkannya,” kata Mourinho.
Sebuah kebanggaan bagi seorang pemain bisa mendapatkan pujian seperti itu. Apalagi keluar dari mulut Jose Mourinho. Orang yang katanya paling arogan di dunia sepakbola. Scott bisa dikatakan sejajar dengan Didier Drogba, Zlatan Ibrahimovic, dan Michael Essien, dalam hal mengambil hati Mourinho.
Beberapa pertandingan terakhir, McTominay mulai mencuri perhatian. Ia menjadi satu dari sedikitnya pemain United yang tampil elegan di tengah performa mereka yang berantakan dalam tujuh pertandingan terakhir. Hebatnya lagi, McTominay menunjukkan penampilan berkelas ketika menghadapi tim sekaliber Paris Saint Germain dan Barcelona.
Kehadiran McTominay membuat United sejenak bisa melupakan Nemanja Matic dan Ander Herrera. Tujuh pertandingan terakhir, ia mulai diberikan kepercayaan penuh oleh Solskjaer untuk bermain 90 menit. Dua laga lagi, ia akan melewati catatan terbaiknya di Premier League pada musim lalu. Peningkatan yang ia rasakan sekarang ini tentu tidak lepas dari peran Mourinho yang memberinya kesempatan.
“Jose luar biasa. Pertama kali saya datang, saya mendapat peringatan keras yang membuat saya sadar. Saat itu saya sedang berdebat dengan pemain tim utama dan dia berkata, ‘Hei, ketika kamu masuk tim utama, kamu harus membuat para pemain lain menyukai dirimu. Kamu bukan seorang bintang,” katanya dalam kolomnya di The Times.
“Mendengar kalimat itu saya berpikir, ‘apakah aku baru saja menghancurkan diriku sendiri?’ Saya mulai berpikir jika saya bukanlah pemain yang bagus menurut penilaiannya. Saya melihat hal itu sebagai ujian mental untuk saya. Dia mungkin hanya ingin melihat bagaimana anak ini bereaksi.”
Sejak saat itu, penampilan McTominay mulai mencuri perhatian Mourinho. Ia beberapa kali dimainkan dalam partai-partai penting hingga akhirnya ia menjadi kesayangan The Special One dan dianugerahi gelar pemain terbaik.
“Anda menyukai apa yang Anda lakukan di lapangan dan bagaimana Anda berada di luar lapangan dan saya merasa Mourinho melihat sesuatu dalam diri saya yang mungkin tidak dilakukan oleh orang-orang lainnya. Saya berterima kasih kepadanya.”
“Dia mengirimkan saya pesan dan kami punya hubungan yang baik. Saya sedih ketika dia pergi tetapi sepakbola terus berjalan. Dia adalah manajer yang luar biasa tetapi kami kini memiliki manajer lain yang tidak kalah luar biasa yaitu Ole,” tuturnya menambahkan.
Tidak mudah untuk mencuri hati Solskjaer. Dalam beberapa pertandingan, ia mulai terpinggirkan karena kembali vitalnya peran Matic dan Herrera. Padahal ia sudah diminta oleh Nicky Butt untuk terus tampil secara reguler. Meski begitu, McTominay tidak menyerah. Dia cukup sabar untuk menunggu kesempatan. Hingga pada akhirnya ia mendapat 12 pertandingan bersama Solskjaer hingga sebelum laga melawan Everton.
“Anda harus bersabar. Ole kerap memberi pesan kalau kalian memberikan yang terbaik maka Anda akan mendapatkan yang terbaik. Saya merasa ada beberapa pemain yang ingin terus-terusan bermain dan akan ngambek jika tidak terpilih. Itu sikap yang bagus, tetapi jika Anda benar-benar punya darah Manchester United, seperti yang saya miliki, maka Anda akan selalu berusaha.”
“Itu yang selalu ayahku bilang. Raihlah kesempatan yang ada karena ada orang lain yang mengincar kesempatan itu. Itulah yang saya lihat sekarang. Ada Jimmy Garner, Mason Greenwood, Angel Gomes, dan Tahith Chong. Jika Anda tidak berjuang, maka anak-anak ini yang siap mengambil tempat Anda,” ujarnya menambahkan.
McTominay kini berada dalam trek yang benar. Sekarang tinggal bagaimana ia mempertahankan performa dirinya hingga beberapa tahun ke depan. Karena yang dibutuhkan sekarang di Manchester United sebenarnya bukan pemain berprofil tinggi melainkan pemain yang konsisten tampil bagus. Itu yang diinginkan oleh McTominay.
“Ketika Anda berusia 22 tahun, orang-orang masih menganggap Anda anak-ana. Mereka akan selalu berpikir Anda adalah pemain akademi. Tapi saya ingin diperlakukan sama seperti pemain lainnya. Saya tidak ingin diperlakukan seperti pemain muda yang hanya bermain sedikit lalu kendur. Saya ingin mendapat sesuatu yang lebih keras lagi dari ini. Saya ingin tanggung jawab yang besar.”
“Saya di sini untuk jangka panjang. Saya ingin membuktikan kalau saya bisa bersaing meski tim membeli gelandang lain. Anda ingin menunjukkan bahwa Anda bisa bersaing dengan gelandang lain di dunia yang ingin main di United. Saya ingin menjadi pemain yang bagus, pemain yang atletis, bisa mencetak gol, enerjik, dan membuat perbedaan. Saya ingin paket lengkap itu.”
Ketegasan yang dimiliki McTominay semoga saja mampu membawa dirinya masuk ke dalam jajaran legenda klub pada masa yang akan datang. Dengan catatan, ia selalu tampil baik ketika diberikan kepercayaan untuk bermain.