Foto: Goal.com

Dalam kehidupan, seseorang kerap bersinggungan dengan sesuatu yang disebut sebagai karma. Kata ini seringkali dikonotasikan sebagai bentuk negatif. Apabila manusia mendapatkan kejadian buruk, maka itu adalah balasan dari perbuatan serupa yang pernah terjadi di masa lampau.

Akan tetapi, karma tidak hanya lekat dengan sesuatu yang negatif. Ada juga balasan yang baik sehingga karma kerap dipecah menjadi dua yaitu karma baik dan karma buruk. Meski begitu makna dari keduanya tetap sama yaitu balasan dari tindakan tersebut yang dalam ajaran Hindu kerap disebut karmaphala.

***

Menit terakhir laga Chelsea melawan United sudah mendekati ujung saat Ross Barkley mencetak gol penyeimbang keadaan yang membuyarkan kemenangan United. Harapan untuk menang di sana sejak 2012 sirna akibat kejadian tersebut.

Gol Barkley dirayakan dengan sukacita oleh kubu Chelsea. Salah satu asisten dari Sarri, Marco Ianni keluar dari bangku cadangan untuk merayakan gol tersebut. Ianni mengepalkan tangan dan mengayunkannya ke bawah sembari melirik Mourinho yang hanya bisa terdiam di bangku cadangan.

Mourinho begitu marah melihat provokasi dari Ianni. Ia bangkit dari duduknya dan mengejar Ianni yang berada di lorong stadion. Beruntung, Mourinho keburu ditenangkan oleh petugas keamanan yang dibantu oleh Sergio Romero dan Eric Bailly.

Kita seringkali melakukan perayaan berlebihan jika mendapat gol yang pengaruhnya begitu besar untuk hasil akhir pertandingan. Gol di masa injury time, gol dengan proses indah, hingga gol yang membalikkan keadaan alias comeback kerap dirayakan berbeda dari gol-gol lainnya. Itulah yang terjadi di Stamford Bridge Sabtu lalu.

Bagi Mourinho, apa yang dilakukan Ianni merupakan karma yang harus diterima oleh manajer asal Portugal tersebut. Kejadian ini adalah dampak yang harus ia terima dari perbuatannya di masa lalu yang terkadang tidak kalah mengesalkan.

Masih belum hilang dari ingatan saat Mourinho melakukan sprint dari bangku cadangan saat FC Porto menyingkirkan United dari liga Champions 15 tahun yang lalu. Setelah Costinha mencetak gol, ia berlari keluar dari area teknik untuk merayakan bersama para pemainnya. Setelah peluit wasit berbunyi, ia berjalan memasuki lorong stadion sambil berteriak yang membuat para penggemar United marah. Bahkan Sir Alex dibuat marah oleh tingkah Mourinho tersebut.

Ketika membesut Chelsea, Mourinho membuat gestur dengan menempatkan jari telunjuk di bibir sebagai sinyal kepada suporter Liverpool untuk diam. Hal itu terjadi di final Piala Liga saat Steven Gerrard mencetak gol bunuh diri yang membuat skor menjadi 1-1. Liverpool juga kembali terkena provokasi dari Mourinho saat ia kembali membesut Chelsea pada 2013/2014. Setelah Willian mencetak gol yang membuat langkah Liverpool untuk meraih gelar sirna, ia berlari untuk merayakan di depan para pendukungnya sambil berteriak “Yeehhh….yeehhh…..yeehhh.”

Siapa juga yang tidak bisa melupakan aksinya saat membesut Inter Milan. Mengetahui kalau timnya melangkah ke final dengan menyingkirkan juara bertahan Barcelona, Mourinho berlari di lapangan Camp Nou sambil mengacungkan jarinya ke atas. Hal tersebut membuat Victor Valdes kesal dan sempat melakukan kontak fisik kepada Mou yang sayangnya tidak digubris olehnya.

Ketika membesut Real Madrid, Mourinho juga akrab dengan provokasi kepada lawan-lawannya. Saat Kaka mencetak gol melawan Villareal, Mourinho merayakannya dengan kegembiraan kepada pendukung Los Blancos. Akan tetapi, perayaan tersebut ia lakukan di depan bangku cadangan lawan yang membuat salah seorang pemain cadangan mereka melemparkan botol ke arahnya.

***

Kasus ini sendiri sebenarnya sudah selesai. Sarri yang berbicara langsung kepada Mourinho kalau ia akan mengajak Ianni untuk meminta maaf kepadanya. Mantan pelatih Empoli tersebut juga ingin kembali berbicara kepada Mourinho untuk memberi tahu kalau Ianni benar-benar menyesal atas tindakannya tersebut.

Mourinho sendiri nampaknya adalah orang yang percaya dengan hukum karma. Setelah laga melawan Chelsea berakhir, ia pun berkata kalau tidak akan memperpanjang masalah tersebut karena di masa mudanya ia juga pernah melakukan hal serupa.

“Jika dia benar-benar menyesal, maka saya akan menerima permintaan maafnya dan melupakan kejadian itu. Di masa muda, saya juga membuat banyak kesalahan dalam karier saya, jadi saya tidak akan membunuhnya hanya karena satu kejadian,” tuturnya.