foto: espnfc.com

Banyak dari penggemar yang masih belum kehabisan energi untuk berdebat soal perlu atau tidaknya Paul Pogba kembali ke Old Trafford. Media-media pun seolah lupa bagaimana cantiknya tembakan akrobatik Zlatan Ibrahimovic ke gawang Galatasaray akhir pekan lalu.

Sebelum Pogba, rumor soal kepergian Zlatan memang terbilang deras tapi tidak liar. Semua seolah tahu kalaupun Zlatan pindah ke Inggris, tujuannya pasti Manchester United. Terlebih, The Red Devils telah mengumumkan Jose Mourinho sebagai pelatih di awal bursa transfer.

Zlatan bukanlah pesepakbola dengan profil biasa-biasa saja. Bukan cuma soal prestasi, Zlatan pun menjadi sosok ikonik dan kerap dianggap menjadi simbol dari hiruk pikuknya berita sepakbola dalam sudut pandang lain.

Banyak yang bilang kalau dulu, adalah sebuah kesalahan saat United melepas Pogba. Juventus bahkan tak perlu keluar uang banyak karena kontrak Pogba di United saat itu memang telah habis. Banyak yang mencerca keputusan manajemen, meski Sir Alex dengan tegas menyayangkan soal kepergian Pogba.

“Sungguh mengecewakan. Aku pikir dia tidak menunjukkan respek kepada kita sejujurnya,” kata Sir Alex.

Sekelumit soal Pogba, membuat kita lupa memuji pergerakan manajemen yang mendatangkan sang ikon sepakbola, Zlatan Ibrahimovic, dengan status free transfer dari Paris Saint-Germain. United pun hanya mengeluarkan 200 ribu pounds untuk gaji Zlatan, masih lebih rendah ketimbang Falcao yang tidak berguna itu.

Makin Tua Makin Sempurna

Banyak yang bilang kalau United hanya memboyong pria renta yang sudah habis masanya. Benar, bahwa Zlatan Oktober ini berusia 35 tahun, tapi Anda tak bisa menyangkal 113 gol yang ia cetak dari 122 penampilannya selama empat musimnya membela PSG. Jelas, Zlatan adalah jaminan mutu di lini serang United.

Zlatan bukan cuma mampu mendorong bola melewati garis gawang, tetapi juga membuat penonton terkesima. Zlatan bukan cuma sekali dua kali melakukan gerakan akrobatik. Hal tersebut seolah menjadi kebiasaan buat pria kelahiran 3 Oktober 1981 ini.

Selain itu, dengan semakin bertambahnya usia, cara berpikir Zlatan pun kian bijak. Rekan-rekannya di Manchester United pun mengakuinya.

“Zlatan masuk ruang ganti dan dia sudah punya aura tersendiri,” ucap gelandang United, Morgan Schneiderlin. “Dia memiliki keistimewaan, yakni kehadiran dan kebesarannya. Saya kira, musim ini dia akan menghadirkan hal yang hebat buat kita.”

Dampak Zlatan buat United sejatinya bisa langsung terasa dalam debutnya buat The Red Devils di International Champions Cup 2016 menghadapi Galatasaray. Menyambut umpan Antonio Valencia, Zlatan melompat lebih tinggi ketimbang bek Galatasaray. Alih-alih menyundul, ia justru menyambar bola dengan kakinya. Bola pun meluncur deras ke gawang Galatasaray yang menjadikannya sebagai gol pembuka United.

Sepanjang pertandingan pun, terlihat para pemain United begitu antusias dengan kehadiran Zlatan. Interaksi antarmereka membuat kondisi United saat ini terlihat lebih hangat.

Membicarakan Zlatan berarti membicarakan kejayaan buat United. Tidak ada kesebelasan di liga top Eropa yang tidak pernah merengkuh gelar juara bersama Zlatan. Ia pernah mencicipi gelar juara Eredivisie, Serie A, La Liga, sampai Ligue 1. Tinggal trofi Liga Champions yang belum pernah ia raih. Zlatan keburu pindah saat Inter meraih gelar Liga Champions saat ditangani Jose Mourinho.

Kombinasi yang Tepat

Mino Raiola dianggap sebagai super agen yang mampu menangani para pemain bintang lengkap dengan egonya masing-masing. Hal senada juga dilakukan Raiola untuk Zlatan. Bahkan, Zlatan begitu menghormati Raiola karena sama-sama “arogan” sama-sama suka bikin sebal.

Raiola jelas bukan sembarang agen karena bisa memiliki hubungan yang baik dengan Zlatan. Dulu, Zlatan dengan sombongnya ingin Raiola langsung bertemu dengannya, tanpa perantara. “Kalau tidak begitu, aku tidak tertarik,” kata Zlatan seperti ditulis Detik Sport.

Karena punya karakter yang sama, ini jawaban Raiola, “Bilang pada orang bernama Zlatan ini, persetan dengannya!”

Namun, tingkah laku Raiola justru membuat Zlatan tertarik. Lambat laun, Raiola yang kemudian menjembatani kepindahan Zlatan dari Ajax Amsterdam ke Juventus. Lantas apa kata Raiola? “Siapkah Italia menerima Zlatan?” Super!

Karakter-karakter itulah yang mungkin menjadi pas untuk seorang Zlatan. Beruntung bagi Zlatan karena ia bertemu kembali dengan Jose Mourinho di Manchester.

Kesuksesan ini yang dirasakan oleh Hernan Crespo yang pernah menjadi tandem bagi Zlatan dan juga pernah diasuh oleh Mourinho. “Mereka adalah dua pemenang dengan kepribadian hebat,” ucap Crespo.

“Para penggemar Manchester United benar-benar bisa menantikan dua sosok kelas dunia di tim, satu di bench dan satunya lagi di lapangan. Mereka berdua bisa mengubah Manchester United jadi pemenang lagi.”

Crespo tentu bukannya tanpa alasan. Ia mencontohkan ada yang hilang dari United usai ditangani oleh Sir Alex Ferguson. Yang disoroti Crespo adalah mentalitas yang hilang di era David Moyes dan Louis van Gaal.

“Sebagai manajer, Mourinho adalah sosok ideal untuk mengembalikannya,” tulis Crespo dalam kolomnya di The Guardian.

Manurut Crespo, Mourinho adalah manajer yang selalu tahu bagaimana cara menciptakan sesuatu yang spesial. DI sisi lain, Zlatan adalah penyerang yang memenangi pertandingan buat timnya. Sesederhana itu,” ungkap penyerang kelahiran Argentina, 41 tahun silam ini.

Ketimbang saat masih menjadi tandemnya, Crespo memandang Zlatan saat ini adalah Zlatan yang lebih matang. Crespo menjabarkan bahwa dulu Zlatan adalah seseorang yang impulsif; seseorang yang kerap tidak kukuh pada pendiriannya. Belum lagi ego Zlatan yang begitu besar untuk memenangi pertandingan untuk dirinya sendiri. “Dulu, ia masih terlalu muda untuk memahami pentingnya tim,” ungkap Crespo.

Crespo mencontohkan bagaimana Zlatan bermain di PSG. Ia punya koneksi yang baik dengan para pemain seperti Marco Verrati, Javier Pastore, sampai Ezequiel Lavezzi. Tidak jarang ia mencetak gol dari hasil umpan-umpan tanpa putus.

Kemampuan Zlatan sempat memudar saat membela Barcelona. Hal ini tak lain karena Pep Guardiola, pelatih Barcelona saat itu, merasa tidak begitu tepat dengan karakter Zlatan. Hal senada juga dirasakan Zlatan yang merasa kalau Pep “sudah berubah”.

“(Semasa Zlatan di Inter Milan) Pep terus menerus menelepon Zlatan sepanjang tahun. Di Barcelona, Pep juga berkata pada Zlatan bahwa ia akan membantu apapun yang Zlatan butuhkan,” kata Raiola. “Namun, tiba-tiba Guardiola berhenti bicara dengannya.”

Raiola sendiri tidak tahu apa penyebab Pep berlaku demikian. Ia menduga karena menurunnya performa Lionel Messi saat keduanya diturunkan bersama. Kecewa terhadap Pep, Zlatan awalnya akan pindah ke Real Madrid meski urung terlaksana. Kini, keduanya bisa kembali bertemu reguler di liga meski dengan kesebelasan yang berbeda.

Zlatan punya hubungan yang kurang baik dengan Pep. Namun, sebaliknya. Mourinho kerap menjadi pelatih panutan yang kerap ia banding-bandingkan.

Lantas, apakah duet Zlatan dengan Mou akan meraih kesuksesan? Setidaknya begini pengamatan Crespo:

“Dengan Jose dan Ibra, Anda cuma butuh sejenak untuk memahami mereka. Satu lirikan, satu kalimat.Yang spesial dengan Mourinho adalah kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang spesial dengan setiap pemain. Ia selalu tahu apa yang harus dikatakan kepada setiap pemain usailaga, sesuatu yang benar-benar impresif. Jadi ia tahu bagaimana harus menangani Zlatan,” jawab Crespo.