Foto: Bleacher Report

Tidak ada yang tahu nasib seseorang di masa depan. Dia yang sebelumnya dianggap tidak bisa menggapai kesuksesan, mendadak mendapatkan apa yang menjadi impiannya. Begitu pula sebaliknya, dia yang sebelumnya berada pada titik puncak bisa dengan cepat berada pada titik yang penuh dengan gejolak.

***

Situasi tersebut saat ini dialami oleh Luke Shaw. Hanya dalam tempo 24 bulan, perjalanan hidupnya berubah dengan cepat dan secara drastis. Memburuk, membaik, namun harus kembali berada pada titik terendah.

Meski ia bermain dalam laga melawan Manchester City, namun status Shaw musim ini berubah. Ia hanya menjadi bek kiri cadangan setelah pemain muda yang penampilannya mengejutkan, Brandon Williams. Ole Gunnar Solskjaer lebih terkesan dengan pemain muda berusia 19 tahun tersebut meski belum memiliki pengalaman sebanyak Shaw.

Bahkan Shaw sebenarnya hanya menjadi bek kiri pilihan ketiga. Jika Williams absen, Ashley Young yang lebih diutamakan untuk mengisi posisi tersebut. Bahkan kapten utama United ini sejatinya akan dimainkan pada laga derby jika ia mampu memulihkan dirinya dengan baik setelah tampil 90 menit melawan Tottenham Hotspur.

“Ya hanya sedikit alasan saja untuk tidak memainkan Young. Saya tidak merasa adil kalau terus memainkan dirinya hanya dengan dua hari melakukan pemulihan,” tutur Solskjaer jelang laga derby.

Shaw mungkin tidak pernah menyangkan kalau jalan kariernya kembali berubah dengan cepat. Hal ini sebenarnya sudah sering ia rasakan sejak pertama kali mencicipi Premier League pada musim 2012/13. Setelah sukses bersama Southampton yang membuat namanya diplot sebagai bek kiri dalam tim PFA musim 2013/14 dan masuk timnas Inggris pada Piala Dunia 2014, Shaw mulai menemukan banyak rintangan ketika ia memutuskan pindah ke Manchester United.

Gagal beradaptasi pada musim pertama, Shaw kemudian menderita cedera patah kaki pada musim kedua. Pada musim berikutnya hingga 2018 ia dilanda masalah soal berat badan. Bahkan pada musim 2017/18 ia diasingkan oleh Jose Mourinho yang tidak terlalu suka dengan gaya main serta kondisi fisiknya. Hal ini yang membuat namanya sempat berada dalam baris depan pemain yang akan dijual pada 2018.

Namun musim lalu nampak menjadi musim yang hebat bagi Shaw. Itulah satu-satunya musim Shaw yang berjalan mulus dengan selama bermain untuk Setan Merah. Tampil 40 kali di semua kompetisi, tidak pernah tergantikan semusim penuh, mencetak gol pertamanya, dan menutup musim dengan gelar pemain terbaik menjadi torehan manis Shaw saat itu. Sayang, masa puncaknya hanya bisa dirasakan sebentar.

Shaw bukannya pemain jelek. Tapi konsistensinya begitu berantakan. Setelah ia tampil bagus dan konsisten pada musim lalu, grafik penampilan Shaw justru menurun pada awal-awal musim 2019/20. Ia kembali mengalami cedera dan absen cukup panjang. Laga melawan City menjadi laga pertama ia kembali menjadi starter setelah pekan ketiga melawan Crystal Palace.

Sepakbola memang begitu sederhana, ketika ada satu yang mulai menurun maka akan muncul satu pemain yang akan melesat. Selama ia absen, Brandon memanfaatkan kesempatan ini untuk menunjukkan jati dirinya. Terkesan dengannya, Solskjaer kemudian dilaporkan mulai ragu terhadap Shaw yang kini mulai tertinggal dari si pemain muda tersebut karena mudahnya ia mengalami cedera.

Brandon memang memberikan apa yang tidak bisa diberikan Shaw saat ini. Meski sama-sama memiliki kecepatan yang bagus, namun ada beberapa aspek yang hanya dimiliki oleh pemain muda tersebut. Brandon lebih memiliki determinasi dan kemampuan menusuk melalui half space, sesuatu yang mulai jarang dilakukan Shaw. Bahkan ia kerap ikut dalam proses serangan United dengan berada di dalam kotak penalti seperti yang ia tunjukkan ketika mencetak gol pertamanya ke gawang Sheffield United. Selain itu, transisi Brandon ketika bertahan dianggap jauh lebih baik ketimbang Shaw. Hal ini yang membuatnya lebih disukai oleh Solskjaer untuk menjadi bek kiri utama klub.

“Brandon membangun reputasi yang bagus untuk klub ini, terutama bagi para pemain senior. Semua orang menyukai sikapnya dan keinginannya untuk terus belajar. Agresifitasnya bahkan disukai oleh Marcos Rojo. Ia mendapat pengakuan dari manajer yang memainkannya menjadi starter melawan Brighton,” kata salah satu sumber dalam klub seperti dikutip dari Mirror.

Pemain yang memiliki sepupu seorang petinju ini memang tidak bermain dalam dua laga terakhir Manchester United. Namun hal itu bisa dimaklumi mengingat laga melawan Spurs dan City sangat penting sehingga Solskjaer membutuhkan pemain-pemain yang berpengalaman. Oleh karena itu, ia memilih untuk memainkan Young dan Shaw secara bergiliran meski tidak mengubah status Brandon sebagai pilihan utama.

Situasi ini juga membuat Solskjaer memilih untuk mengambil sikap dengan tidak ingin membeli satu pun bek kiri pada bursa transfer nanti. Sebelumnya, United dikabarkan akan bersaing dengan Chelsea untuk mendapatkan jasa Ben Chillwell. Namun sosok seperti Brandon membuat keluarga Glazer punya peluang untuk mengeluarkan uang yang jumlahnya lebih sedikit.

Saat ini, Solskjaer memiliki lima pemain yang bisa bermain sebagai bek kiri. Selain Brandon, Young, dan Shaw, ia juga punya Marcos Rojo dan Diogo Dalot. Situasi ini memang sangat menguntungkan karena memudahkan Solskjaer untuk melakukan rotasi mengingat pemain muda seperti Brandon rentan terhadap performa yang inkonsisten. Saat ia memasuki fase tidak konsisten tersebut, Shaw akan berusaha untuk kembali mendapatkan posisinya sebagai bek kiri utama Setan Merah.