Foto: DNA India

Manchester United sedang terpuruk. Sejak pensiunnya manajer legendaris Sir Alex Ferguson pada akhir musim 2012/2013, klub kesulitan untuk kembali ke level permainan tertinggi. The Red Devils pun sudah tidak mampu lagi menunjukkan status sebagai salah satu tim elit di Eropa. Bahkan, di Premier League Inggris hanya sekali saja United bisa finish di posisi runner-up dalam enam musim terakhir. Selebihnya, tim ini beberapa kali tercecer di luar empat besar, sehingga gagak ke Liga Champions. Satu-satunya pencapaian terbaik hanya saat menjuarai Lga Europa 2017/2018 lalu.

Pada musim 2019/2020 ini pun United juga masih kesulitan bersaing dengan tim-tim lain dalam perburuan titel juara Premier League. Bahkan, dalam delapan pertandingan awal di liga domestik, tim Setan Merah sudah harus menelan tiga kekalahan, sedangkan kemenangan hanya diraih dalam dua laga, dan tiga sisanya berakhir imbang. Tragisnya, kekalahan itu dialami ketika menghadapi tim-tim papan tengah, yakni Crystal Palace, West Ham United, dan Newcastle United. Bahkan, kekalahan pertama malah terjadi ketika menjamu Palace di stadion kebanggaan, Old Trafford.

Alhasil, United saat ini tertahan di posisi 12 klasemen sementara Premier League. Padahal, publik Theatre of Dreams sempat menaruh harapan besar pada Ole Gunnar Solskjaer, saat sang manajer muda ditunjukkan menggantikan Jose Mourinho pada Desember 2018 lalu.

Mantan bomber The Red Devils di era 2000-an itu awalnya memang mampu memberi angin segar, dengan membawa tim mencatatkan sejumlah kemenangan beruntun dan penting pada paruh kedua di musim lalu. Namun, jelang akhir musim United kembali melempem, dan masih terus berlanjut hingga saat ini.

Melihat perjalanan tim Setan Merah sejauh ini, salah seorang pemain legenda Viv Anderson pun ikut bersuara. Dia membandingkan transisi United di akhir 1980-an pada masa Ferguson dengan era Solskjaer. Menurutnya, tugas Solskjaer saat ini jauh lebih berat dibandingkan ketika Ferguson memulai pekerjaan di Old Trafford pada 1986 lalu.

“Saya pikir demikian [tugs Solskjaer lebih berat dibanding Ferguson]. Sebagian, karena begitu banyaknya uang yang sudah dihabiskan. Sekarang ini juga masa yang berbeda. Semua sangat diperhatikan,” ungkap Anderson dilansir oleh The Sun.

“Dia [Solskjaer] memiliki pekerjaan yang sangat banyak, tapi Ole mengetahui saat dia mengambil pekerjaan itu. Saat saya bergabung dengan United, klub sedang dalam fase transisi, seperti saat ini,” kata Anderson lagi, yang juga merupakan rekrutan pertama Ferguson ketika mulai membesut United.

Ketika itu, manajer asal Skotlandia tersebut juga masih muda, baru akan berusia 45 tahun, sama seperti Solskjaer yang juga bekas anak asuhnya. Ferguson pun tak langsung bisa membawa United berprestasi; memenuhi ekspektasi publik untuk mengulang pencapaian Sir Matt Busby.

Bahkan, pertandingan pertama mendampingi The Red Devils di pinggir lapangan, dua hari setelah diangkat menjadi pelatih, malah berakhir dengan kekalahan. Pada 1990, publik mendesak klub untuk memecatnya. Namun, tak lama, Ferguson malah berhasil memenangkan Piala FA. Itulah gelar pertamanya untuk United, lebih tiga tahun setelah pengangkatannya. Berikutnya, mereka menjuarai Piala Winners 1991, dan berlanjut dengan trofi juara liga 1992/1993 yang  pertama kali diadakan dalam format baru; itu hampir enam tahun setelah Ferguson dipercaya menjadi pelatih.

Berkaca pada perjalanan Ferguson yang juga sempat hampir dipecat; dan jika itu benar-benar terjadi maka belum tentu United bisa mencatatkan sejarah meraih treble winners 1998/1999, tak salah jika kesempatan yang sama juga diberikan kepada Solskjaer. Menurut Anderson, komposisi skuat saat ini memang tak ideal untuk bersaing dengan klub-klub lain yang sudah berkembang sangat pesat. Apalagi dengan kondisi krisis striker yang sedang dialami, menyusul cedera Anthony Martial dan tumpulnya Marcus Rashford, setelah Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez dilepas.

Anderson mengatakan setidaknya United dan Solskjaer masih membutuhkan tambahan pemain bintang sekitar empat hingga lima pemain.

“Ole masih membutuhkan empat sampai lima pemain. Dia sudah menciptakan rekor dunia untuk mendatangkan Harry Maguire, tapi dia masih butuh lebih dari itu. Mendapatkan pemain-pemain dengan tipe seperti itu menjadi lebih sulit andai mereka tak lolos Liga Champions,” kata bek tengah yang direkrut dari Arsenal pada 1987 itu lagi menambahkan komentarnya.

Masalahnya, apa publik Old Trafford masih bisa bersabar menunggu lima atau enam tahun lagi untuk melihat United kembali mengangkat trofi juara Premier League?