Foto: Fabrizio Romano (Twitter)

Sosok manajer sementara yang ditunjuk setelah pemecatan Ole Gunnar Solskjaer, Ralf Rangnick, akhirnya memutuskan untuk pergi dari Manchester United. Ia tidak jadi mengambil alih peran sebagai konsultan di klub setelah musim 2021/2022 ini berakhir.

Sebelumnya banyak suporter United antusias dengan penunjukan Rangnick, sosok yang telah menikmati masa-masa indah di RB Leipzig dan Schalke. Sayangnya ia gagal membalikkan musim buruk United. Kondisi klub malah semakin terpuruk, dan klub akhirnya harus bergerak cepat untuk mendatangkan Erik ten Hag.

Rangnick sendiri memutuskan pergi karena baru-baru ini ia ditunjuk sebagai pelatih kepala untuk timnas Austria. Ini merupakan sebuah keputusan yang akan membuat peran konsultannya dibatasi selama dua tahun di Old Trafford. Satu situasi yang kemudian digambarkan sebagai “omong kosong” oleh pundit Inggris yakni Jamie Carragher.

Maka menjelang pertandingan Nation League yang akan dijalani Austria, yakni menghadapi Kroasia, Denmark dan Prancis, Rangnick akhirnya memilih masa depannya. Ia mengkonfirmasi dalam konferensi pers di hari Minggu kemarin (29/5) bahwa waktunya di Old Trafford telah berakhir karena tuntutan pekerjaan baru.

Manchester United juga telah mengkonfirmasi berita tersebut dalam sebuah pernyataan di situs resmi mereka. Pihak United mengabarkan kalau manajer sementaranya itu sudah tidak akan melanjutkan perannya di klub. Dan saat ini mereka hanya akan mendoakan kesuksesan sang manajer di petualangan barunya.

“Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ralf Rangnick atas usahanya sebagai manajer sementara selama enam bulan terakhir. Dengan kesepakatan bersama, Ralf sekarang akan fokus pada peran barunya sebagai manajer tim nasional Austria. Karena itu dia tidak akan mengambil peran sebagai konsultan di Old Trafford. Kami hanya ingin mendoakan yang terbaik untuk Ralf di petualangan baru dalam kariernya,” tulis United di situs resminya.

Menyusul kekalahan memalukan 4-1 dari Watford di liga, Manchester United memilih untuk memecat Ole Gunnar Solskjaer dan menunjuk Ralf Rangnick. Keputusan itu didasari pada pengalaman istimewa Rangnick, dan klub ingin mencoba memantapkan posisinya jika pengalamannya itu memberikan hasil positif.

Tapi sayangnya, United malah finis di urutan keenam dengan total poin terburuk dalam sejarah Premier League. Selain itu The Red Devils juga tersingkir dari Piala FA oleh tim Championship Middlesbrough di putaran keempat. Kemudian mereka kalah dari Atletico Madrid di Liga Champions, dan mengalami banyak masalah lainnya (baik di dalam maupun di luar lapangan).

Dalam beberapa bulan terakhir, terdapat pula banyak bocoran dari ruang ganti Old Trafford. Diantara bocoran tersebut berisi rumor betapa buruknya kondisi pemain-pemain United di paruh kedua musim ini. Bahkan sebuah laporan dari Manchester Evening News menggambarkan isi skuat Setan Merah sebagai “campuran beracun dari fitnah dan dengki”.

Rumor itu kemudian diperkuat dengan ungkapan dari lulusan akademi United Jesse Lingard dan Marcus Rashford yang mengatakan jika pemain “tidak diberikan instruksi dan rencana permainan” sepanjang musim 2021/22. Bahkan, seorang pemain di United dikatakan menyebut manajer sementara Ralf Rangnick sebagai gambaran nyata dari serial Amerika karya Chris Armas yakni Ted Lasso.

Apa yang menjadi warisan Rangnick di United?

Sekali lagi, sebetulnya banyak kegembiraan yang menyelimuti kedatangan Ralf Rangnick ke United. Karyanya dalam mengembangkan gaya sepakbola modern dan menekan telah terlihat ketika ia berada di Red Bull (Salzburg dan Leipzig) dan Hoffenheim. Hal ini sedikit menanamkan harapan dan optimisme di United setelah dipecatnya Ole Gunnar Solskjaer.

Namun ternyata, ada sesuatu yang berbeda dari karyanya yang bisa dibilang masterpiece itu. Karena eksperimen Rangnick di United sama sekali tidak berhasil. Bahkan posisi empat besar saja tidak berhasil didapat dengan adaptasi taktik spesialnya. Manajer asal Jerman itu justru menjatuhkan United dan menjadikan mereka mengalami musim terburuk.

Pada akhirnya Ralf Rangnick mengakui kalau ia dan stafnya harus berbagi kesalahan setelah gagal menerapkan taktik yang tidak mencerminkan filosofinya. Dan itu merupakan peninggalan atau warisan pertama dari sang manajer pencetus gegen pressing di Old Trafford.

Selain kegagalannya ini, Rangnick juga telah membawa perspektif baru ke Old Trafford. Sebelumnya Solskjaer berusaha mengatasi semua masalah secara tertutup, dan ia menjaga jarak dengan media. Sementara Rangnick dengan transparan membuka semuanya. Kejujurannya ini telah menyoroti beberapa masalah besar di United. Dan itu akhirnya berhasil membuat siapa pun yakin tentang peran manajer baru Erik ten Hag.

Jadi terlepas dari semua ini, pada akhirnya kita semua memang harus tetap mengucapkan terima kasih kepada Ralf Rangnick. Thank you and good luck, Ralf!