Manchester United adalah klub terpopuler sedunia, sehingga apapun yang terjadi menyangkut United, pasti akan menyita perhatian. Istilahnya, “Gak emyu, gak makan”.

Hal ini jelas bagus untuk bisnis United sebagai klub. Namun, tidak bagi orang-orang di dalamnya. Segala gerak-gerik mereka diperhatikan yang dampaknya bisa jadi pada penurunan performa andai mentalnya tidak kuat.

Hal ini yang dirasakan oleh Erik ten Hag. Ia sadar betul bahwa pilihannya meninggalkan Ajax Amsterdam dan menjadi pelatih Manchester United adalah keputusan yang sangat besar. Ten Hag bukan cuma harus mempersiapkan dirinya, tapi juga para pemainnya. Soalnya, ada banyak permasalahan yang dimulai saat pemain tidak kuat mentalnya.

Besarnya tekanan tersebut harus dihadapi oleh Ten Hag dan skuad United. “Kami harus menghadpainya,” kata Ten Hag.

“Satu-satunya cara kami bisa melakukannya adalah para pemain bersama-sama dengan manajer dan staf kepelatihannya. Jadi kami dituntut. Jadi jangan memikirkan apa yang terjadi di sekitar. Tidak, fokus pada apa yang ada dan bagaimana cara untuk menjadi sebuah tim yang bagus.”

“Jadi fondasinya adalah selalu tentang gaya bermain. Saat Anda mengikutinya dan Anda punya fondasi, Anda akan memenangi pertandingan,” jelas Ten Hag.

Ucapan Ten Hag di atas seperti menyoroti hal yang paling bikin dia kesal: pemain tidak mengikuti instruksinya. Ia tidak menyebut faktor lain selain soal kebersamaan yang selalu ia ulang di setiap wawancara.

Tekanan bertubi-tubi ini sendiri tidak membuatnya terkejut. Meski United sudah memenangi trofi Piala Liga Inggris musim lalu, ke final Piala FA, dan menempati peringkat ketiga Premier League. Ten Hag tak pernah merasa kalau target bahwa United harus jadi juara tidaklah realistis. Menurut Ten Hag, yang harus dilakukannya saat ini hanyalah memenangi setiap pertandingan yang dihadapi.

Akan tetapi, United tak bisa melakukannya. Bahkan, musim ini menjadi awalan terburuk dalam 37 tahun sejak Sir Alex Ferguson datang ke klub. Selain kesabaran, kepala yang dingin, yang dibutuhkan juga adalah kebersamaan dan lagi-lagi: cara bermain.

Saat datang ke United, Ten Hag tahu kalau ia tak akan bisa langsung mengubah tim ini menjadi tim juara. Perbaikannya tidak akan cepat dan segera.

“Aku tahu akan ada kesenjangan, kemunduran, dan itu akan selalu ada di setiap proses. Tapi, di klub ini hal itu mungkin lebih sering terjadi. Itu bisa dimengerti. Tapi, seperti yang aku bilang, kami harus fokus pada hal-hal yang ada di dalamnya dan itu adalah sepakbola, bukan yang lain,” tegas Ten Hag.

Bicara soal sepakbola, satu hal yang hilang dari United adalah soal konsistensi. Itu adalah masalah yang tengah dihadapi The Red Devils. Meski, dalam pertandingan mereka melakukan hal yang tepat, tapi ada momen di mana United tak bisa bertahan.

“Saat ini Anda harus melakukan hal yang benar, bertahan dan bekerja, konsisten dengan komunikasi. Ketika Anda melakukan itu, Anda menjaga organisasi yang tepat dan Anda melakukannya seperti sebelumnya.”

“Pastinya, Anda bisa menandai momen-momen ketika kami mencetak gol atau kebobolan sebagai momen menentukan yang merugikan kami, lalu kami sedikit kalah sebagai sebuah tim. Namun lebih dari 95 persennya, kami [bertindak] sebagai sebuah tim, jadi teruslah melakukan [ini] sepenuhnya. Jadi majulah.”

Ada banyak faktor yang membuat United belum 100 persen bermain. Masalah konsentrasi adalah salah satunya, tapi ada hal lain juga. Namun, yang paling penting saat ini adalah para pemain punya pemahaman yang sama satu dengan yang lain.

Sumber: Manutd.com