Rasisme kembali muncul di sepakbola. Kali ini menimpa kepada pemain Juventus, Blaise Matuidi. Kejadiannya terjadi ketika Juve berhadapan dengan Cagliari akhir pekan lalu. Inilah kali kedua bagi pemain asal Prancis tersebut menderita perlakuan serupa setelah sebelumnya ia juga menjadi korban rasisme ketika Juve berhadapan dengan Verona.

Hal ini kemudian mengundang Zlatan Ibrahimovic untuk ikut berbicara soal rasisme. Dalam wawancaranya bersama stasiun TV Prancis, Canal+, Ibra mengatakan kalau dia masih mendapat perlakuan serupa terutama dari para jurnalis Swedia.

“Apakah mereka (media) membela saya? Mereka justru masih menyerang saya karena mereka masih tidak bisa menerima kalau saya adalah Ibrahimovic. Jika pemain Swedia lain melakukan kesalahan seperti yang saya lakukan maka mereka membelanya. Namun, ketika saya melakukan kesalahan maka mereka tidak membela saya,” ujarnya seperti dikutip The Local Sweden.

Ibra yang lahir di Malmo merupakan Anak dari pasangan berbeda negara. Sang Ayah yaitu Sefik berasal dari Bosnia. Sedangkan Ibunya, Jurka merupakan warga negara asal Kroasia. Latar belakang Ibra yang bukan penduduk asli Swedia inilah yang membuat dirinya kerap menjadi korban rasisme.

“Ini adalah soal rasisme. Saya tidak berkata kalau ini rasisme tapi saya lebih suka menyebut ini merupakan rasisme yang tersamar. Saya 100 persen yakin karena saya bukanlah Andersson atau Svensson (nama khas Swedia). Jika saya seperti mereka, maka mereka akan membela saya bahkan ketika saya merampok bank sekalipun, percayalah. Tapi mereka tidak membela saya sesuai keinginan mereka.”

Serangan rasis yang dia dapatkan ini membuat segala prestasi yang dibuatnya bersama timnas Swedia seolah sia-sia. Hal inilah yang membuat mantan pemain Juventus ini sangat kecewa karena setelah era Thomas Brolin dan Henrik Larsson, sepakbola Swedia bisa bersaing di Eropa berkat Zlatan Ibrahimovic. Hingga saat ini, Ibra masih memegang status sebagai top skor sepanjang masa Swedia.

“Saya mungkin adalah pemain terbaik yang pernah Swedia miliki. Apa yang saya lakukan tidak bisa dilakukan oleh orang lain. Contohnya adalah penghargaan Bola Emas (pemain terbaik) di Swedia. Yang terbaik yang pernah saya ketahui hanyalah mendapat dua kali Bola Emas. Lantas, berapa yang saya punya? Saya punya 11. Saya punya 11 Bola Emas,” ujarnya menambahkan.

Canal+ yang mengadakan interview tersebut kemudian bertanya kepada Ibra apakah dirinya tidak takut jika disebut sebagai sosok yang sombong dan arogan. Mendapat pertanyaan tersebut, Ibra dengan enteng menjawab, “Itu tidak masalah. Saya yang terbaik yang pernah mereka miliki. Entah Anda akan bangga atau tidak jika mendapatkan apa yang ingin anda miliki. Kami membawa sikap seperti itu dalam kehidupan sehari-hari. Tapi itu bukanlah sikap arogan, itu adalah sikap percaya diri. Jadi jelas sangat berbeda.”

Ibra sendiri kemudian menutup interviewnya dengan menyindir perlakuan media Prancis terhadap dirinya ketika masih membela Paris Saint Germain. Ia mengatakan, “Saya pernah membaca kalau di Prancis kami punya masalah dalah hal sikap terkait ucapan dan perilaku. Tapi, Anda memanggil saya arogan dan orang-orang Prancis terkenal karena arogansi mereka. Jadi, saya rasa Anda harus mencintai saya karena saya sudah mewakili Prancis dengan baik karena saya sudah menjadi diri sendiri.”

Sumber: Daily Star, Goal, The Local Sweden