Selasa dini hari kemarin, Wayne Rooney mendapat kesempatan untuk menjadi tamu dalam acara televisi Monday Night Football (MNF). Inilah pertama kalinya Wazza menjadi pundit dalam acara yang disiarkan di kanal Sky Sports tersebut. Pada acara yang dipandu David Jones tersebut, Rooney ditemani oleh pundit lainnya, Jamie Carragher.

Selain membahas pertandingan antara Watford melawan Chelsea yang dimenangi Watford dengan skor 4-1, Rooney juga berbincang-bincang kepada David dan Carra soal karirnya di dunia sepakbola. Salah satunya mengenai karirnya yang bergelimang prestasi bersama Manchester United.

Menjalani karir selama 13 tahun bersama Iblis Merah tentu menyimpan kenangan tersendiri bagi ayah dari tiga orang anak ini. Akan tetapi, ia mengaku bahwa kenangan yang paling sangat disukainya adalah ketika menjadi striker utama terutama pada musim 2009/2010 saat ia menjadi runner up top skor Premier League di bawah Didier Drogba. Kala itu, ia mencetak banyak gol melalui sundulan kepala.

“Saya selalu bermain baik sebagai nomor sembilan (striker utama). Saya punya insting untuk masuk ke dalam kotak penalti, lalu saya akan berhenti dan membiarkan orang lain berlari melewati saya. Namun sebagai nomor sembilan, saya selalu berada di kotak penalti,” ujarnya menambahkan.

“Musim pertama saya menjadi striker tunggal adalah pada 2009/2010 ketika saya mencetak 26 gol di liga. Posisi itu memudahkan saya untuk bermain. Anda punya lima gelandang di belakang untuk mendukung pergerakan anda. Dulu saya frustrasi karena tidak bisa mencetak banyak gol melalui kepala, jadi saya bekerja keras untuk melakukannya, dan gol-gol pun mulai berdatangan.

Rooney sendiri memang tidak setiap musim bermain sebagai striker utama bersama Iblis Merah. Beberapa kali ia bahkan ditempatkan sebagai gelandang tengah demi kepentingan taktik. Hal ini yang membuat Rooney jarang sekali membuat lebih dari 20 gol di Premier League. Sepanjang karirnya di United, hanya dua kali ia mampu membuat lebih dari 20 gol di liga.

Selain bermain sebagai striker utama, Rooney juga menceritakan kenangan lucunya selama membela United. Salah satunya adalah ketika dirinya berseteru dengan Roy Keane karena masalah yang terhitung sepele. Dua pemain bertemperamen keras tersebut bertengkar hanya karena rebutan remote TV.

“Saya sangat mengingat perjalanan pertama saya dimana saya bertengkar cukup hebat dengan Roy Keane. Dia saat itu sedang menonton rugby lalu pergi untuk mengambil makanan. Seketika saya langsung duduk dan mengganti acara tersebut dengan acara X-Factor dan menyembunyikan remote. Kemudian dia marah besar, tapi saya kembali menemuinya. Ternyata dia menghormati keberanian saya dan pergi. Mungkin dia merasa badan saya cukup besar untuk melawannya,” ujarnya sambil tertawa.

Musim ini, Rooney kembali ke klub lamanya Everton. Ia sedang berusaha membantu The Toffees kembali masuk ke jajaran lima besar. Ketika ditanya mengenai kegiatannya apabila sudah pensiun nanti, sosok 32 tahun ini menjawab kalau dirinya ingin berkarir di dunia manajerial.

“Saya ingin masuk ke jajaran manajemen klub. Saya terlibat dalam sepakbola seumur hidup saya dan itulah yang saya inginkan. Saya menikmati malam ini, dan saya yakin selepas saya pensiun saya akan banyak bekerja di televisi, tapi yang paling utama saya ingin masuk ke dunia manajemen,” ujarnya.