Foto: The Sun

Apa yang ditampilkan Romelu Lukaku pada musim ini membuat banyak yang bertanya-tanya terkait kinerja tim medis Manchester United.

Membicarakan Romelu Lukaku maka akan membuat penggemar United terbelah menjadi dua kubu. Satu sisi akan mengatakan kalau melepas striker Belgia tersebut adalah sebuah kesalahan, sedangkan sisi lainnya merasa kalau Lukaku memang sudah sepantasnya dilepas. Perbedaan penilaian ini kerap kali membuat penggemar United saling ribut jika melihat kolom komentar di beberapa Fanpage baik dalam maupun luar negeri.

Saya pun merasakan pedasnya komentar penggemar United yang tidak setuju dengan argumen saya. Saat itu, saya menyebut kalau akan menjadi sebuah kesalahan jika melepas Lukaku tanpa mencari pengganti mengingat nyaris seluruh striker yang dimiliki bermasalah dengan yang namanya sistem dan konsistensi. Namun banyak yang menilai kalau Rashford dan Martial saja sudah cukup ditambah dengan masuknya Mason Greenwood.

Pada akhirnya, Ole juga yang kebingungan. Rashford cedera, Martial inkonsisten, dan Greenwood masih terlalu muda dan sedang berkembang. Ketika Rashford menghilang, dua pemain ini belum bisa mengisi kekosongan. Di sisi lain, Ole juga butuh hasil agar nasibnya tidak terombang-ambing. Untuk itulah ia akhirnya memilih Odion Ighalo dengan status pinjaman sebagai rencana cadangan.

Oleh penggemar United, Lukaku tidak akan dinilai sebagai penyerang yang baik. Meski membuat jumlah gol yang bisa dibilang cukup banyak untuk pemain yang hanya bermain dua musim, 42 gol dari 96 pertandingan, namun penggemar akan lebih ingat dengan first touch yang buruk atau hilangnya ia dalam laga-laga besar. Sangat disayangkan memang, mengingat dulu United juga punya Javier Hernandez. Seorang striker yang tidak dibekali teknik mumpuni, namun penggemar United akan selalu ingat dengan gol-golnya alih-alih melihat dia juga beberapa kali sering kehilangan penguasaan bola.

Atas dasar itu Lukaku kemudian harus angkat kaki. Ditambah dengan masalah ruang ganti yang ia rasakan membuat pindah menjadi satu-satunya cara menyelamatkan karier. Inter Milan kemudian menjadi pelabuhan baru si pemain. Di sana ia kemudian merasakan kebangkitan sebagai seorang penyerang.

Sejauh ini ia sudah membuat 21 gol dari 31 laga bersama Inter dengan 17 gol ia buat di Serie A. Hanya Ruben Sosa dan Ronaldo Nazario de Lima yang membutuhkan jumlah laga lebih sedikit untuk mencetak jumlah gol serupa. Jika konsisten, maka bukan tidak mungkin ia akan mencetak gol melebihi catatan terbaiknya sepanjang karier pada 2016/2017 yaitu 26 gol. Jika Cristiano Ronaldo menyebut Serie A jauh lebih sulit dari Premier League, maka Lukaku bisa dibilang berhasil menaklukkan Serie A.

Banyak faktor yang melatar belakangi kebangkitan Lukaku. Selain kemampuan Conte yang bisa memaksimalkan talentanya, ia juga berada di ruang ganti yang kondusif. Tidak seperti di United yang penuh huru-hara dan ego tinggi seperti yang diutarakan Fred. Satu yang krusial, kebangkitan Lukaku disebabkan keberhasilannya menurunkan berat badan.

Kerja Keras Manajemen, Tim Medis, dan Tim Nutrisi Inter

Dibandingkan dengan musim lalu, saat ini Lukaku memiliki bentuk tubuh yang jauh lebih ideal. Ia tidak terlalu gemuk seperti saat ia bermain di Piala Dunia lalu. Kini, ia jauh lebih kurus yang membuat pergerakannya menjadi jauh lebih lincah lagi dari sebelumnya.

Pujian sudah pasti diberikan kepada tim medis dan ahli nutrisi Inter yang mengawasi perkembangan Lukaku dalam menurunkan berat badan. Seperti dilansir Telegraph, dengan beberapa bimbingan dari ahli nutrisi, Lukaku bisa menurunkan berat badannya sebanyak tiga kilogram hanya dalam tempo 12 hari. Jika satu bulan ada 30 hari, maka per bulannya Lukaku bisa turun enam sampai tujuh kilogram sebelum ia menemukan berat yang ideal. Hal ini yang dianggap memberikan pengaruh terhadap penampilan si pemain di atas lapangan.

Menurut manajemen Inter, Lukaku mengalami gangguan pencernaan dan bukan karena gaya hidup yang suka makan banyak seperti yang dituduhkan oleh banyak orang. Ketika datang dari United, berat Lukaku menyentuh angka 104 kg. Jumlah yang jauh dari kata ideal untuk pemain bertinggi 190 cm. Hal ini yang membuat debutnya sempat ditunda oleh Conte.

“Sistem pencernaan saya sebenarnya baik. Saya buang air secara normal. Tetapi, ahli nutrisi berkata kepada saya kalau ada masalah dalam sistem pencernaan saya,” ujarnya.

“Ada masalah pada otot saya setelah kembali membela Belgia di Piala Dunia. Saya sudah melakukan banyak tes untuk melihat apa masalahnya. Saya harus mengurangi massa otot setelah Piala Dunia yang ternyata tidak cocok untuk Premier League. Saya harus meminum banyak air dan mengubah diet makanan yaitu dengan makan sayur dan ikan.”

Di Inter, Lukaku tidak hanya mengalami perubahan fisik. Di sesi latihan, ia lebih sering mengasah teknik mencetak golnya, menembak lebih sering, dan memperbaiki sentuhan bola yang membuatnya menjadi bahan lawakan selama di Manchester United. Selain itu, ia juga meningkatkan kemampuannya yang pandai dalam membuka ruang bagi pemain lainnya.

Pertanyaan Untuk Departemen Kesehatan United

Apa yang dialami oleh Lukaku menimbulkan tanda tanya besar. Harian Telegraph misalnya, mereka mempertanyakan apakah hal ini juga sudah diketahui oleh para departemen kesehatan Manchester United kalau Lukaku memiliki masalah di pencernaan? Pasalnya, berat badan Lukaku sudah meningkat sejak ia bermain pada Piala Dunia 2018 lalu dan bukan setelah dia pindah ke Inter. Ini yang kemudian membuat mereka berasumsi kalau kegagalan United mengidentifikasi masalah ini menjadi faktor lain yang membuatnya dilepas ke Inter Milan.

Masalahnya, hal-hal seperti ini bukan kali pertama terjadi di Manchester United. Setelah hijrah ke Juventus pada 2014, tim medis Juve menemukan fakta kalau Patrice Evra memiliki alergi terhadap telur. Hal ini yang membuat si pemain sempat kaget karena telur merupakan menu yang sering disiapkan oleh Manchester United.

“Ketika saya datang ke sini, mereka bilang kalau saya ternyata alergi telur, dan anehnya saya makan telur setiap hari di Manchester. Hal ini yang membuat saya sering muntah dalam beberapa sesi latihan. Saya pergi ke rumah sakit dan mereka hanya berkata kalau saya hanya memiliki maag dan beruntung tidak ada pendarahan,” kata Evra.

Departemen kesehatan United memang sering kali menerima kritikan. Yang paling banyak sudah pasti pertanyaan tentang beberapa pemain yang sulit kembali menemukan performa terbaik setelah cedera. Luke Shaw, Diogo Dalot, Marcos Rojo, dan yang terbaru adalah Paul Pogba, merupakan beberapa pemain yang tampak sulit kembali ke performa terbaik setelah cedera.

Jose Mourinho bahkan menyimpan kekesalan terhadap tim kesehatan Manchester United. Jelang leg pertama babak 16 besar Liga Champions melawan Sevilla, ia mendapatkan info dari tim kesehatan United kalau Ander Herrera sudah layak untuk kembali bermain dan benar-benar fit 100 persen. Mourinho tentu senang karena andalannya di lini tengah sudah kembali. Namun, pemain asal Spanyol ini hanya bertahan 17 menit sebelum kembali mengalami cedera.

“Departemen kesehatan United bilang kalau Ander sudah 100 persen siap untuk pertandingan hari Sabtu melawan Huddersfield, tapi kami memberikan waktu lebih banyak lagi agar ia bisa benar-benar pulih. Namun melawan Sevilla, satu senggolan di tumit membuat ototnya kembali kontraksi. Dari kejadian ini saya akhirnya paham kalau Ander belum benar-benar pulih 100 persen,” kata Mourinho.