Siapa yang tidak menginginkan rasa hormat? Rasanya semua orang agak sulit menolak hal tersebut. Tapi pertanyaannya, rasa hormat yang seperti apa yang diinginkan banyak orang? Apakah hanya sebatas ucapan? Atau pembuktian?
Perkara inilah yang jadi polemik pada akhir pekan kemarin. Erik ten Hag beralasan jika ia tidak menurunkan Cristiano Ronaldo untuk bermain di laga Manchester City vs Manchester United adalah “karena rasa hormat”. Pasalnya di laga bertajuk Big Match ini Setan Merah kalah 6-3 dari tuan rival sekotanya itu.
Namun berbeda halnya dengan mantan kapten United Roy Keane. Ia justru mengkritik penanganan klub terhadap Cristiano Ronaldo. Alih-alih sependapat dengan Ten Hag, ia menyatakan bahwa United telah menunjukkan “rasa tidak hormat” kepada sang superstar Portugal.
Jadi sebenarnya, rasa hormat seperti apa yang dimaksud?
Semuanya bermula dari Cristiano Ronaldo yang menjadi pemain pengganti tidak terpakai untuk pertama kalinya di musim ini pada laga City vs United. Kembalinya Marcus Rashford dari cedera otot membuat Ronaldo keluar dari starting line-up.
Tapi bukan di situ masalahnya. Di laga yang dihelat di Etihad Stadium itu, Erik ten Hag membuat lima pergantian pemain selama pertandingan. Sayangnya Ronaldo bukanlah salah satu yang dimainkan. Dan ketika ditanya mengapa Ronaldo tidak tampil, Ten Hag beralasan bahwa itu semua “karena rasa hormat”.
“Saya tidak memasukkannya untuk menghormati karier besarnya, dan hal-hal lainnya. Ada keuntungan yang bisa saya bawa dari Antony Martial. Dia membutuhkan menit bermain, tetapi saya tidak hanya ingin seperti itu. Dia harus membuktikan diri,” pungkas Erik ten Hag dikutip dari Sky Sports.
Tetapi kemudian Roy Keane sangat tidak terkesan dengan pernyataan itu. Ia dengan opini sebaliknya bilang kalau Manchester United menunjukkan “rasa tidak hormat” dengan tidak memainkannya. Dan menurut Keane, keputusan Ten Hag itu akan membuat keadaan semakin buruk.
“Saya pikir United menunjukkan rasa tidak hormat kepada Ronaldo. Dia seharusnya dilepaskan sebelum jendela transfer. Manajer menahannya. Oke, dia bilang dia menginginkan opsi. Tapi Anda tidak berpegang pada Ronaldo untuk duduk di bangku cadangan. Dia adalah salah satu pemain terhebat yang pernah ada,” tutur Roy Keane.
“Dia (Ronaldo) punya opsi (untuk pindah di musim panas). Dia tidak punya pilihan menjadi cadangan. Dia punya empat atau lima pilihan bagus. Gambaran besarnya adalah dia (Ten Hag) tidak akan memainkan Ronaldo. Itu hanya akan memperburuk keadaan seiring berjalannya musim. United tidak menunjukkan apa-apa selain tidak menghormati Ronaldo.”
Perkara ini dengan cepat menjadi ramai ke permukaan, terutama di media sosial. Beberapa pundit pun mengomentari hal ini, dan salah satunya adalah Gary Neville. Ia mengutarakan pendapatnya di Twitter, dan membela Erik ten Hag bahwa sang manajer telah berkata jujur.
“Saya mendapatkan poin perkataannya (Ten Hag), dia sangat jujur. Membawa Ronaldo pada kedudukan 4-0 dan 6-1 akan menjadi penghinaan. Ten Hag mungkin tidak menyampaikan kalimat dengan benar dan mungkin lebih baik tidak mengatakannya. Tapi saya suka kejujurannya,” ungkap Gary Neville di akun Twitter pribadinya.
Sedangkan dari sudut pandang lain yang sama dengan Roy Keane, rival Neville yakni mantan pemain Liverpool Jamie Carragher juga berbicara di Twitter. Ia mengklaim Ten Hag telah melakukan kesalahan dan itu menurutnya sangat menggelikan.
“Gagasan bahwa dia (Ten Hag) melakukan kesalahan kemarin dengan tidak memainkan Ronaldo adalah menggelikan! Ronaldo bermain di Brentford ketika skornya 4-0! Ini bukan soal rasa hormat kepada Ronaldo, tetapi ini soal kecepatan Rashford dalam serangan balik. Jadi dia (Ten Hag) tahu siapa pemain yang menurutnya 100% pilihan terbaik,” tandas Jamie Carragher.
Berbicara soal rasa hormat ini memang tidak ada habisnya. Namun begitulah keadaannya jika seorang pemain mega bintang cuma duduk di bangku cadangan dan tidak bermain disaat timnya kalah. Ini merupakan risiko yang wajar terjadi.
Terlepas dari keputusan Erik ten Hag atau pendapatnya Roy Keane, pada esensinya “rasa hormat” memang akan menempel pada pribadi yang layak dihormati. Dan mungkin itulah yang bisa kita lihat dari Cristiano Ronaldo, sekalipun waktu senja telah tiba menyambut kariernya.