Persaingan antar dua klub sekota, Manchester United dan Manchester City tengah memanas saat ini. Kedua tim memang sedang bersaing di puncak klasemen sementara Premier League Inggris 2017/2018.

Faktor pelatih kedua kesebelasan juga membuat persaingan jadi semakin panas. Jose Mourinho di kubu The Red Devils dan Pep Guardiola yang melatih City memang dikenal sudah bersaing ketat. Keduanya pernah bersaing di Liga Spanyol saat Mou membesut El Real, sementara Pep di Barcelona. Makanya, ketika sejak musim lalu mereka berada di tim yang menjadi rival sekota Manchester, persaingan lama itu pun kembali bergelora dan mencapai tensi tinggi setelah City menaklukkan United di Old Trafford pada laga pekan ke-16 Premier League.

Gaya bermain kedua tim di liga domestik musim ini pun turut menjadi sorotan banyak pihak, yang ikut memanaskan suasana. Mourinho diketahui beberapa kali memainkan taktik negatif ketika tim Setan Merah menghadapi sejumlah partai besar. Jauh berbeda dengan City yang sama sekali tidak takut siapa pun lawannya, dan terus menampilkan permainan ofensif yang sangat menghibur dalam setiap laga. Ini terbukti produktifitas gol mereka yang sudah jauh meninggalkan United. Tidak heran jika Mourinho kerap mendapat kritik karena taktik defensif itu, sedang Guardiola terus menuai pujian.

Belum lama ini, Guardiola juga ikut mengomentari gaya bermain beberapa tim di Premier League. Pelatih yang sempat menukangi klub Bundesliga Jerman, Bayern Muenchen setelah berhenti dari Barcelona dan sebelum mendarat di Etihad Stadium, markas City musim lalu itu memang sama sekali tidak mengungkit soal strategi defensif yang beberapa kali dimainkan Mourinho.

Dia sendiri hanya memuji sejumlah klub pesaing yang selalu bermain menyerang. Guardiola pun mengaku dirinya lebih suka gaya bermain Tottenham Hotspur dan Chelsea yang lebih berani menerapkan taktik ofensif.

“Tottenham saya pikir, bersama Chelsea, adalah tim terbaik yang memang ingin bermain sepakbola. Mereka tidak mengharapkan tim lainnya [untuk bermain], mereka ingin memainkan gaya mereka sendiri, dan itu akan menjadi ujian luar biasa bagi kami hanya tiga hari setelah main lawan Swansea [pekan ke-17].”

“Setelahnya, kami memiliki laga melawan Leicester City di Piala Liga Inggris. Tak ada banyak waktu untuk pemulihan tapi kami siap berjumpa Tottenham dan menjaga level permainan kami sejauh ini,” ungkap Guardiola dalam konferensi pers beberapa waktu lalu, dilansir The Mirror.

Pernyataan itu disampaikan manajer berkebangsaan Spanyol tersebut sebelum laga pekan ke-18 menghadapi Tottenham, Minggu (17/12/2017). City sendiri kemudian berhasil mencukur sang lawan dengan skor telak 4-1, yang secara tidak langsung jadi penegasan bahwa tim yang diasuh Guardiola masih jauh lebih bagus dari klub yang dipujinya sebagai tim terbaik di Premier League musim ini.

Sebelumnya, pada pekan ketujuh, mereka pun juga sukses menaklukkan Chelsea 1-0 di markasnya sendiri. Pernyataan Guardiola itu pun juga malah terdengar sebagai sebuah sindiran bagi Mourinho.

Menariknya, sebelumnya pelatih 46 tahun itu sempat menyatakan bahwa hubungannya dengan Mourinho berada dalam rasa persahabatan. Ketika ditanya soal rivalitas mereka sebelum laga Derby Manchester, Guardiola malah memilih merendah.

“Hubungan kami ada di jalur yang tepat, penuh persahabatan. Kami belum pernah bertemu satu sama lain di kota Manchester,” katanya ketika itu dalam sesi jumpa pers.

Selain itu, Guardiola juga merasa punya kemiripan dengan Mourinho soal obsesi untuk memenangkan banyak gelar juara dan meraih kesuksesan bersama tim masing-masing.

“Pastinya, dalam hal tersebut kami identik. Dia ingin memenangkan banyak trofi, saya juga, dan saya pikir Antonio Conte, Jurgen [Klopp] dan Mauricio [Pochettino] juga sama seperti itu. Saya tak pernah mengkritik cara dari para kolega saya untuk menerapkan permainan sepakbola. Sepakbola itu indah, karena setiap manajer punya cara mereka masing-masing. Ada banyak cara untuk menikmatinya, sesederhana itu,” pungkasnya.

Guardiola pun sebenarnya terbilang junior jika dibanding Mourinho, karena dia masih jadi pemain Barcelona ketika manajer berjuluk The Special One itu sudah bekerja sebagai asisten pelatih Louis van Gaal di klub raksasa Spanyol tersebut periode 1996-2000 silam.