Wout Weghorst berterima kasih kepada para penggemar Manchester United karena membuat masa tinggalnya di Old Trafford terasa begitu istimewa. Meski, ia hanya bermain selama paruh kedua musim 2022/2023 usai dipinjam dari Burnley.
Pemain berkebangsaan Belanda tersebut bermain di 31 laga untuk Manchester United. Angka yang fantastis mengingat setengah musim liga hanya terdiri dari 19 laga. Weghorst sendiri main 17 kali di Premier League dan enam di Europa League. Ia menganggap 31 laga tersebut akan memberinya pengalaman dan menjadikannya manfaat untuk masa depannya.
Weghorst pun menyampaikan pesan emosionalnya kepada para pendukung United yang selalu ada di belakangnya.
“Penggemar Manchester United yang terhormat,” katanya.
“Terima kasih untuk semuanya. Aku sangat menikmati setiap detik di klub ini, mulai dari memenangi trofi hingga mencetak gol pertama, melawan Betis di Old Trafford.”
“(Ini adalah) Mimpi yang menjadi kenyataan. Sangat bangga mengenakan lencana (United). Semoga Anda mendapatkan yang terbaik untuk masa depan. Penggemar Manchester United – terima kasih untuk semuanya.”
Dalam sebuah wawancara dengan situs resmi Manchester United menjelang akhir musim, Weghorst menceritakan kenangannya bersama United. Kenangan tersebut mulai dari perannya dalam kemenangan Wembley atas Newcastle United, di final Piala Carabao, dan Brighton & Hove Albion, di semifinal Piala FA.
“Final, tentu saja, pertama kalinya bagiku di Wembley,” katanya.
“Dan ya, untuk kemenangan di sana, juga kontribusiku di laga itu. Itu menjadi kenangan indah dan hari yang indah untuk memenangi trofi pertamaku.”
“Jadi itu sangat bagus, tetapi semifinal yang kami mainkan, setelah adu penalti. Kami selalu tahu, hal-hal seperti ini hanyalah detail kecil. Jadi luncuranku [dalam perayaan di depan para penggemar] hanyalah sedikit dari kelegaan dan rasa bahagia.”
Weghorst mengonversi tendangan penalti dalam kemenangan adu penalti atas Brighton. Di laga itu ada momen menarik ketika ia dianggap bermain pikiran dengan pemain Brighton, Solly March.
Usai menendang penalti, Weghorst mengambil bola lalu menyemangati David De Gea. “Come on,” begitu kata Weghorst.
Mantan pemain Wolfsburg tersebut kemudian menunggu March yang melangkah ke kotak penalti. Sebelum memberikan bola pada March, Weghorst seperti mencium bola tersebut. Beberapa detik kemudian, tendangan March melambung tinggi. Orang-orang lantas menjuluki momen tersebut sebagai “Kiss of Death”.
Namun, Weghorst sendiri mengaku kalau ia tak pernah mencium bolanya.
“Sejujurnya, aku tidak pernah membicarakannya karena tidak ada yang bertanya kepadaku. Namun, aku tidak mencium bolanya!”
“Aku memegang bola dan mengatakan kepadanya (March): ‘Jangan tembak ke kiri!”.
“Itu sebenarnya satu-satunya hal yang aku katakan kepadanya. Aku hanya ingin mencoba untuk mungkin sedikit masuk ke dalam pikirannya dan mungkin membuatnya berpikir tentang apa yang dia lakukan.”
Menurut Weghorst, apa yang ia lakukan tidaklah punya dampak yang besar. Meski, kenyataannya, March memang tidak menendang ke kiri. Alias, March mungkin merasa kalau Weghorst bisa membaca pikirannya. Ia lantas menendang ke kanan, dan bola melambung tinggi.
Weghorst pun mengaku mendapatkan kepuasan luar biasa pernah mengenakan jersey Manchester United.
“Pertama-tama, aku bangga. Aku masing sangat, sangat bangga, dan bersyukur bisa bermian untuk klub luar biasa ini; klub besar, klub terindah di Inggris,” tutup Weghorst.
Sukses selalu, Weghorst!
Sumber: Manutd.com