Musim 2019/2020 belum juga dimulai, namun Manchester United sudah melakukan pergantian manajer. Kali ini menimpa Ricky Sbragia yang menangani tim U-23 Manchester United. Pada Rabu (22/5) lalu, Ricky resmi meninggalkan klub dengan persetujuan bersama setelah dua tahun memimpin Tahith Chong dan rekan dari pinggir lapangan.

Prestasi menjadi alasan mengapa Ricky didepak dari statusnya sebagai manajer. Selama dua musim kepemimpinannya, prestasi tim U-23 tidak terlalu cemerlang. Ia bahkan membawa tim ini terdegradasi pada musim 2017/2018. Tiket promosi yang menjadi target pada musim lalu juga tidak bisa didapat. United junior mengikuti seniornya yang finis pada posisi keenam dengan hanya meraih delapan kemenangan dan menderita delapan kekalahan.

Dilansir dari Manchester Evening News, mayoritas para pemain juga tidak terlalu suka dengan Ricky. Metode kepelatihannya dianggap membosankan dan komunikasi antar pemain dianggap buruk. Taktinya juga dianggap tidak membangkitkan semangat para pemain.

Selain itu, langkah peminjaman yang buruk menjadi alasan mengapa jasa Sbragia tidak digunakan lagi pada musim depan. Ada 14 pemain U-23 yang dikirim Sbragia untuk berkarier di klub lain sebagai pemain pinjaman. Akan tetapi, hanya sedikit dari mereka yang bisa meyakinkan tim peminjam untuk memainkan mereka.

Callum Whelan gagal untuk bermain reguler di tim League Two sekelas Port Vale. Tom Sang bahkan tidak menjadi pilihan reguler di tim Divisi Lima, Fylde. Dua nama ini menyusul beberapa pemain lain seperti Matty Wilock, Charlie Scott, dan James Wilson, yang tidak bisa menjadi bintang di liga Skotlandia. Sbragia dianggap bertanggung jawab karena tidak bisa membuat beberapa pemain ini tampil lebih baik di luar tim U-23. Nama-nama tadi membuat United ragu untuk memberikan kontrak baru dan kemungkinan beberapa dari mereka akan dilepas secara gratis.

Periode Kedua Lebih Buruk

Nasib Sbragia saat ini jelas jauh berbeda dibanding saat ia pertama kali menangani tim cadangan United periode 2002 hingga 2005. Pada periode awal menangani klub, ia memenangi beberapa gelar seperti Manchester Senior Cup, Premier League Reserve North dan Premier Reserve League National Championship. Prestasi yang tidak bisa diulang pada periode keduanya yang justru menghasilkan tiket degradasi ke Premier League 2.

Buruknya periode kedua Sbragia bukan semata soal prestasi. Ia juga dianggap tidak bisa mewariskan beberapa pemain yang layak untuk memperkuat tim utama United. Beberapa didikan Sbragia belum terlalu menonjol sehingga kelayakan beberapa pemain akademi untuk memperkuat tim utama United dipertanyakan.

Direktur akademi United, Nicky Butt, pernah menyebut kalau ada celah yang mulai melebar antara akademi United dengan beberapa akademi dari tim-tim lainnya. Penunjukkan Sbragia dianggap bisa mempersempit jurang perbedaan tersebut. Akan tetapi, hal tersebut tidak bisa ia lakukan. Terbukti dengan beberapa pemain akademi United yang masih kesulitan untuk naik tingkat ke tim utama.

Tahith Chong belum mampu bermain di level tertinggi dan mengikuti ritme kompetisi Premier League. Begitu juga dengan Angel Gomes. Keduanya bahkan berpotensi untuk dipinjamkan musim depan. Padahal, Tangan Dingin Sbragia sempat menuai kesuksesan ketika ia sukses menelurkan Darren Fltecher pada 2003.

Nicky Butt justru jauh lebih baik dari Sbragia. Dalam tempo satu musim menjadi caretaker, ia sukses membuat Scott McTominay menanjak dan perlahan-lahan mulai mendapat tempat reguler di dalam skuad. Orbitan lain macam Axel Tuanzebe bahkan mulai dilirik oleh Solskjaer untuk menjadi penggawa utama klub musim depan.

Hal ini tentu sangat berbahaya bagi akademi United yang dulu dikenal sebagai penghasil pemain-pemain jempolan. Di sisi lain, City mulai memetik hasil dengan keberadaan Phil Foden dan Jadon Sancho, Chelsea dengan Callum Hudson-Odoi, dan Arsenal dengan Joe Willock.

Warren Joyce Kembali?

Kehilangan Sbragia tentu membuat manajemen United harus mencari pengganti. Nama yang santer diberitakan akan mengisi kekosongan posisi tersebut adalah mantan manajer Wigan Athletic, Warren Joyce. Pria berusia 54 tahun ini baru saja melepas jabatannya sebagai manajer di kesebelasan A-League, Melbourne City.

Sama seperti Sbragia, Joyce bukan orang baru di tim junior United. Ia adalah manajer tim akademi United dalam kurun 2011 hingga 2016. Saat itu, ia menggantikan peran Ole Gunnar Solskjaer yang saat memutuskan untuk melatih Molde. Ia bisa dibilang mentor bagi Ole sekaligus pembuka jalannya untuk bisa memiliki karier seperti sekarang ini.

Tim cadangan United mencapai era terbaiknya ketika dipegang oleh Joyce. Mereka memenangi tiga dari empat gelar tim cadangan. Selain itu, ia sukses mengorbitkan beberapa pemain yang kemudian menjadi pemain inti dalam skuad United sekarang seperti Paul Pogba, Marcus Rashford, Jesse Lingard, dan Andreas Pereira.