Foto: Telegraph

Datang dengan membawa harapan, apa daya Ralf Rangnick memilih untuk tidak menjalankan perannya sebagai konsultan. Fokus melatih timnas menjadi alasan. Sebuah keputusan yang kemudian menimbulkan banyak pertanyaan.

Meski liga-liga di Eropa sudah menyelesaikan kompetisinya, namun Manchester United tampak tidak mau ketinggalan untuk terus menghadirkan cerita absurd. Ralf Rangnick, orang yang diharapkan bakal menjadi salah satu sosok pembawa perubahan di kubu Setan Merah, mendadak mundur dari jabatannya sebagai konsultan yang sudah disepakati selama dua tahun.

Berita ini pertama kali muncul dari Fabrizio Romano beberapa saat setelah dia mengumumkan kepergian Sadio Mane dari Liverpool. Tak ayal, akun Twitter Romano pun ramai dengan mention yang mempertanyakan alasan utama kepergian sang mantan pelatih Schalke ini.

Melalui situs resminya, pihak United menyebut kalau Rangnick meninggalkan jabatan barunya tersebut untuk fokus sebagai manajer timnas Austria, jabatan yang ia terima sebelum kompetisi Premier League berakhir. United pun berterima kasih kepada apa yang sudah ia lakukan selama kurang lebih enam bulan ini.

“Kami ingin berterima kasih kepada Ralf Rangnick atas usahanya sebagai manajer interim selama enam bulan terakhir. Dengan kesepakatan bersama, Ralf hanya akan fokus pada peran barunya sebagai manajer timnas Austria dan karena itu ia tidak akan mengambil peran sebagai konsultan di Old Trafford,” tuturnya.

Kepergian Rangnick memang terkesan mendadak. Sebelumnya, tidak ada indikasi kalau Rangnick akan meninggalkan jabatan barunya di United tersebut. Sebaliknya, dia percaya diri kalau tugas ganda tersebut tidak akan membuatnya kehilangan fokus.

Inilah yang kemudian menimbulkan pertanyaan di kalangan suporter. Tidak sedikit yang merasa kalau alasan fokus sebagai manajer Austria adalah alasan yang terlalu sederhana untuk membuat Rangnick mundur sebagai konsultan. Menurut Telegraph, United lah yang merasa kalau Rangnick nantinya tidak akan bisa berdedikasi penuh kepada United karena akan lebih banyak fokus ke tim nasional Austria.

Asumsi liar pun mulai bermunculan. Kalau United pada akhirnya tidak menggunakan jasa Ralf sebagai konsultan, lantas untuk apa menunjuknya sebagai interim dan kenapa United tidak memilih bertahan saja dengan Ole Gunnar Solskjaer.

Ada kemungkinan kalau Rangnick adalah korban dari manajemen United. Tidak sedikit yang merasa kalau manajemen United tidak suka dengan kepribadiannya yang dianggap terlalu jujur melalui komentar-komentarnya mengenai manajemen klub ini. Beberapa kali ia menyindir klub, yang kemudian diikuti dengan komentar kerasnya kepada pemain, hingga berujung timbulnya rumor kalau beberapa anggota skuad tidak menyukai sosoknya.

Telegraph pun juga menyebut kalau alasan lain Rangnick memilih cabut adalah karena perannya yang tampaknya masih abu-abu alias tidak jelas

Ada juga yang beranggapan kalau Ten Hag tidak sejalan dengan Rangnick. Manchester Evening News sempat bertanya kepada Ten Hag: apakah dia mendukung peran Rangnick sebagai konsultan? Pertanyaan yang kemudian dijawab Ten Hag kalau itu semua adalah urusan klub. Meski sudah melakukan pembicaraan via telepon, namun baik Ten Hag dan Rangnick belum bertemu secara langsung.

Asumsi lain pun menyebut kalau Rangnick adalah salah satu sosok penipu terbesar dalam sejarah sepakbola. Alasan ini muncul karena latar belakangnya dengan Lokomotiv Moskow yang tidak berjalan dengan mulus. Demi United, Rangnick saat itu melanggar kontrak yang sudah disepakati selama tiga tahun sebagai manajer pengembangan sepakbola bagi klub Rusia tersebut. Inilah yang kemudian membuatnya dibenci oleh suporter mereka karena ia tidak menjalankan perannya hingga tuntas.

“Rangnick itu tidak peduli dengan sepakbola, karena yang ada di otaknya hanya bisnis. Lebih banyak negara dan klub yang ia kelola, maka lebih banyak uang yang di dapat. Sekarang dia ditawari uang di tempat lain dan dia akan ke United. Ketika nanti ada tawaran dari Afrika, maka dia juga akan ke sana demi uang dan meninggalkan rekannya di United. Sebuah bisnis yang bersih,” kata mantan Presiden Lokomotiv Moskow, Nikolai Naumov.

Sekarang, apa yang diucapkan Naumov seolah terbukti. Giliran United yang dianggap kena prank Rangnick. Sang pria 63 tahun hanya menjadikan United sebagai batu loncatan demi bisa menarik tawaran yang lebih menggiurkan dalam hal ini adalah menjadi manajer timnas Austria.

Akan tetapi, ini semua masih asumsi liar yang mencuat di pemberitaan media. Yang tahu alasan tepatnya hanyalah Rangnick dan juga United sendiri. Apakah dia memang ingin fokus menjadi manajer Austria atau ada alasan lain yang menyertai keputusan ini.

Namun yang pasti, suporter United kini lagi-lagi terpecah menjadi dua kubu. Ada yang senang dengan kepergian Rangnick namun ada juga yang kecewa. Kubu yang senang Rangnick pergi merasa kalau dia memang bukan orang yang tepat bagi United. Terutama berkaca dari hasil kerjanya sebagai interim. Sedangkan yang kecewa merasa kalau United kehilangan sosok yang pintar di bidang manajemen sepakbola.