Foto: Football Fancast

Ed Woodward baru-baru ini mengambil langkah yang tidak biasa, yang salah satunya ia lakukan dalam sesi wawancara. Mungkin, hal ini dilakukannya sebagai tanggapan atas diskusi-diskusi Manchester United yang banyak dibahas di musim ini, namun, kali ini ia selalu membicarakan berbagai topik soal eit United, dan paling tidak membicarakan soal keluarga Glazer yang sedang menyusun rencana jangka panjang di Old Trafford.

“Berkenaan dengan penawaran dan permintaan harga untuk pembelian United dari beberapa pihak, pemahaman saya, adalah bahwa belum ada diskusi untuk menentukan harga klub atau hal-hal semacam itu. Setiap percakapan yang kami lakukan di sini didasarkan pada rencana jangka panjang,” tutur Woodward, yang tampaknya menanggapi adanya laporan tentang rencana pembelian klub dari pihak kerajaan Arab Saudi.

Namun, yang menariknya, Ed Woodward juga mengomentari beberapa hal tentang keuangan Manchester United dalam sebuah obrolan intim dengan fanzine bernama United We Stand. Ia mengatakan beberapa konteks singkat seputar keungan klub, terutama soal utang Manchester United.

“Utang adalah hal jangka panjang, terstruktur dan rencana kami mirip dengan beberapa klub sepakbola lainnya. Ini (jumlah utang) adalah jumlah tetap untuk periode waktu tertentu, dan membuatnya menjadi cukup murah untuk diperbaiki. Ini (jumlah hutang) hanya di bawah dua persen pendapatan tahunan kami per tahunnya, jadi itu tidak benar-benar berdampak pada keungan kami,” ujar Ed Woodward dilansir dari MEN Sports.

Menurut laporan keuangan terbaru per satu tahun yang berakhir pada 30 Juni 2019 lalu, total peminjaman uang yang dilakukan United lumayan besar yaitu berjumlah 511 juta paun, dan lebih dari 99% di antaranya akan jatuh tempo setelah melewati batas satu tahun peminjaman. Ini adalah warisan dari pembelian oleh Malcolm Glazer, sang mendiang ayah dari saudara kandung Glazer yang meninggal pada 2014.

Lalu, dari jumlah hutang jangka panjang, tercatat ada sekitar 331 juta paun, yang memiliki bunga tahunan sebesar 3,79%, dan hutang ini akan jatuh tempo pada Juni 2027. Jumlah 175 juta paun lainnya akan jatuh tempo pada Agustus 2029, 10 tahun setelah klub mengubah ketentuan fasilitas peminjamannya pada Agustus 2019 lalu. Semua utang ini terbilang lumayan memberatkan karena lagi-lagi harus dibayar dengan bunga.

“Kami terus mengevaluasi opsi pembiayaan kami, dan dari waktu ke waktu, kami sedang mengambil keuntungan dari peluang untuk membeli kembali atau membiayai kembali semua atau sebagian dari hutang kami yang ada sejauh peluang tersebut muncul,” kata penanggung jawab laporan keuangan United.

Sementara itu, Manchester United juga sebetulnya masih dapat meminjam hingga 150 juta paun lagi dari jalur kredit bergulir –seperti misalnya meminjam 125 juta paun lalu ditambah 25 juta paun lagi–, meskipun di satu sisi mereka belum memanfaatkan opsi tersebut bahkan sampai saat ini.

Mungkin yang terjadi sekarang persis seperti apa yang dikatakan Ed Woodward, yang bilang bahwa biaya untuk melayani tumpukan utang klub “hanya di bawah dua persen dari pendapatan tahunan klub per tahunnya.” Jadi intinya, United tidak butuh menerapkan opsi lain untuk membayar utangnya sendiri.

Di sisi lain, pada musim 2018/2019, Manchester United memiliki biaya keuangan bersih yang hampir seluruhnya terkait dengan utang sebesar  22,5 juta paun –sekitar 3,6% dari total pendapatan sebesar 627,1 juta paun yang diperoleh di musim tersebut. Namun, biaya keuangan ini tidak termasuk beban atau kredit pajak penghasilan klub.

Selain itu, biaya keuangan bersih yang dimilik United hanya berkisar antara 18 juta dan 35 juta paun dari musim 2013/2014 hingga 2018/19, sementara pendapatan pada saat itu naik hampir 200 juta paun –naik dari 433 juta paun di musim pertama setelah Sir Alex Ferguson pensiun hingga menjadi 627 juta paun di musim lalu. Ini berarti, sejak musim 2013/2014, pihak klub telah mengeluarkan sekitar 147 juta paun biaya keuangan dengan pendapatan sekitar 3,14 miliar paun –sekitar 4,7% dari pendapatan.

Hal ini merupakan sebuah kenaikan dari progres jangka panjang. Karena sebelum musim 2013/2014, klub harus membayar utang mereka dengan serius karena hampir seluruh aspeknya terkait dengan tumpukan utang. Dari musim 2008/2009, biaya keuangan bersih klub tidak pernah turun di bawah 50 juta paun, dari puncaknya sebesar 117 juta paun di musim itu –atau sekitar 42% dari pendapatan sebesar 278 juta paun di musim itu– hingga turun 109 juta paun di tahun berikutnya.

Di atas bunga, Manchester United adalah di antara kelompok klub terpilih yang hanya membayar dividen kepada pemegang saham. Jadi, hal ini tidak akan mempengaruhi bagian dari biaya keuangan klub. Intinya United hanya harus membayar sekitar 23 juta paun per musim –tergantung pada nilai tukar dolar AS– dengan bagian terbesar dari jumlah ini masuk ke enam saudara kandung Glazer sebagai pemegang sebagian besar saham klub.

Utang bersih Manchester United –utang bruto dikurangi kas– berada di bawah 204 juta paun pada akhir musim lalu. Hal itu bisa terjadi karena tumpukan utang peminjaman yang sebesar 511 juta paun berhasil diimbangi oleh tumpukan uang tunai yang mereka dapatkan yaitu sebesar 308 juta paun. Perlu digarisbawahi bahwa, utang di awal tahun ini adalah utang bersih terendah yang tercatat sejak 2005, tahun di mana Malcom Glazer pertama kali mengambil kepemilikan saham di United.

 

Sumber: Manchester Evening News