Jose Mourinho sudah menjalani musim perdananya bersama Manchester United. Meski harus melakukan perjuangan lebih berat, akhirnya manajer asal Portugal itu berhasil menutup musim 2016/2017 dengan sebuah trofi yang terbilang istimewa, juara Europa League. Sebelumnya, Setan Merah tak pernah memenangi piala ini, baik saat masih bertajuk Piala UEFA sebelum 2009 maupun setelah berganti nama menjadi Europa League. Trofi ini pun melengkapi dua gelar lainnya yang telah direngkuh Mourinho bersama United, yakni Community Shield dan Piala Liga Inggris, sehingga disebut pula sebagai ‘treble winners mini’.

Musim lalu memang terasa cukup berat bagi Mourinho, meski mampu meraih tiga trofi. Ada banyak masalah yang dihadapi oleh timnya sepanjang musim, termasuk inkonsistensi permainan sejumlah anak asuhnya, selain juga masalah cedera.

Hal ini diakui pula oleh sang manajer yang berusia 54 tahun itu. Dia menilai ada beberapa pemainnya yang malah tidak mengetahui bagaimana caranya untuk memenangkan pertandingan. Meski dalam skuatnya saat ini masih tersisa sejumlah penggawa dari era pelatih legendaris Sir Alex Ferguson, namun sepertinya dia menyorot para pemain muda.

“Di United, saya menemukan diri bersama beberapa pemain yang tidak tahu betapa berartinya sebuah kemenangan, kecuali pemain-pemain yang sudah ada di sini sejak era Sir Alex Ferguson,” ungkap Mourinho belum lama ini kepada Express.

Oleh karena itu, dia melihat masih ada banyak hal yang harus dikembangkan lagi di dalam timnya pada musim depan. Menurut pelatih yang punya julukan The Special One tersebut, dirinya sendiri memiliki tugas untuk mengajarkan para pemainnya agar bisa berpikir lebih luas tentang permainan dalam setiap pertandingan yang mereka akan jalani.

“Tak mungkin mengajarkan (bermain bola), apa yang bisa saya lakukan adalah mengajarkan berpikir. Hal yang paling penting adalah ide-ide,” lanjut Mourinho.

Oleh karena itu, dengan perannya tersebut dia merasa sudah ikut memberikan kontribusi yang besar sebagai rujukan bagi banyak pelatih dalam mengembangkan sebuah tim. “Pep Guardiola adalah titik rujukan untuk pelatih-pelatih asal Spanyol. Sama halnya dengan (Arrigo) Sacchi untuk pelatih-pelatih Italia. Saya rasa saya telah berkontribusi menciptakan gambaran yang positif untuk pelatih-pelatih asal Portugal,” sambung Mourinho lagi.

Mantan pelatih Porto, Chelsea, Inter Milan, dan Real Madrid itu juga menilai bahwa The Red Devils merupakan sebuah tim yang bermasalah ketika dia datang untuk pertama kalinya ke Old Trafford pada musim panas 2016 lalu.

Mourinho mengatakan dia memang selalu salah dengan memilih untuk menangani klub-klub yang sedang mengalami keterpurukan, seperti United yang prestasinya terus menurun sejak ditinggalkan oleh Ferguson pada musim panas 2013. Namun, pria yang juga akrab disapa Mou itu mengklaim dirinya cukup berani untuk mengambil alih tampuk kepelatihan klub ini.

“Saya ini cukup buruk dalam memilih sebuah tim. Saya selalu memilih tim sebagaimana yang mereka katakan di Inggris, sedang berada dalam masalah besar. (Sebelum saya latih) Inter berada dalam masalah besar. Madrid juga berada dalam masalah besar. United juga berada dalam masalah besar. Klub yang saya pilih selalu dalam masalah besar,” cerita Mourinho lagi, masih kepada Expresso.

Namun, pada akhirnya dia memang mampu membuktikan kepiawaiannya sebagai seorang pelatih yang sukses, dengan memenangkan sejumlah trofi bergengsi bagi klub-klub yang pernah dilatihnya.

Bersama Inter di Serie A Italia periode 2008/2010, setelah pindah dari Chelsea yang ditanganinya selama tiga musim, Mourinho berhasil membawa klub berjuluk I Nerazzurri itu mencatatkan treble winners dengan meraih Scudetto Serie A, serta trofi Coppa Italia dan Liga Champions pada musim 2009/2010 silam.

Di akhir musim tersebut dia pun hijrah ke Madrid di La Liga Spanyol, meski minim prestasi; Copa del Rey 2010/2011, juara La Liga 2011/2012, dan Piala Super Spanyol 2012. Lalu, Mourinho pun memilih kembali ke Premier League Inggris bersama mantan tim asuhannya, Chelsea.

Setelah mempersembahkan trofi juara liga dan Piala Liga musim 2014/2015, Mourinho akhirnya dipecat pada pertengahan musim berikutnya. Sempat menganggur selama beberapa bulan, dia pun kemudian ditunjuk sebagai pelatih anyar United, menggantikan manajer asal Belanda Louis van Gaal yang gagal berprestasi di musim debutnya dan hanya mampu meraih juara Piala FA di musim kedua.

Kini, di musim perdananya bersama The Red Devils, Mourinho kembali berhasil mememberikan trofi, bahkan sekaligus tiga piala; yang bisa jadi tolak ukur kesuksesannya menyelesaikan masalah United.