Saat masih menjadi pemain Manchester United, Paul Pogba adalah kunci di lini tengah. Ia adalah rekrutan di musim pertama Jose Mourinho. Ironisnya, Mourinho pula yang menganggap Pogba sebagai virus dalam skuadnya.

Hubungan Mourinho dan Pogba memang tidak bisa dibilang harmonis. Hanya dalam waktu beberapa tahun, keduanya sudah tidak dekat. Pada September 2018, Mourinho membatalkan jabatan wakil kapten dari Pogba. Tiga bulan kemudian, Mourinho dipecat oleh United setelah serangkaian serangan terhadap para pemainnya.

Saat mengenang momen tersebut, Pogba pun menyebut kalau dirinya mengalami depresi. Akan tetapi, ia tak mau membicarakannya.

“Terkadang, Anda tidak tahu kalau Anda depresi. Anda hanya ingin mengisolasi diri, sendirian, dan ini adalah tanda yang tak menipu,” terang Pogba.

Secara jelas Pogba bilang kalau segalanya bermula dari hubungannya dengan Mourinho di Manchester. Pemain timnas Prancis ini selalu bertanya-tanya mengapa ia selalu disalahkan dan apa salahnya. Soalnya, ia belum pernah mengalami hal semacam ini sebelumnya.

Pogba bergabung kembali ke United dengan nilai transfer yang memecahkan rekor dunia pada 2016. Ia membantu United menjuarai Piala Liga dan Europa League 2017 bersama dengan Mourinho. Hubungan keduanya memburuk di musim kedua.

Mourinho terang-terangan bilang kalau Pogba tak akan mengapteni timnya lagi selama ia masih menjabat sebagai manajer. Ini dilakukan Mourinho setelah mempertimbangkan perilaku Pogba sejauh ini.

Untuk menghilangkan depresi yang menderanya, Pogba fokus untuk bersama keluarga. Ia juga menghubungi mantan pemain United, Patrice Evra, untuk mengatasi rasa depresinya tersebut.

“Aku tidak ingin momen-momen negatif ini membuatku melupakan semua pencapaianku, tetapi itu tidak selalu mudah,” ujarnya.

“Dan ketika Anda tidak bisa melakukannya sendirian, aku berbicara banyak dengan ‘Paman Pat’ [Evra], mantan pemain yang menjalaninya, karena mereka akan langsung memahami Anda.”

“Berbicara, didengarkan, mengeluarkan semua amarah dan depresi yang menggerogotimu, itu wajib bagiku. Tentu saja, kami mendapat banyak uang dan kami tidak bisa mengeluh, sungguh, tapi itu tidak menghentikan Anda untuk melewati momen-momen ini,” terang Pogba.

“Sama seperti semua orang dalam hidup, sejumlah hal menjadi lebih sulit ketimbang yang lain.”

Pogba cerita meski ia mendapatkan banyak uang, tak berarti ia akan selalu bahagia. Soalnya, kehidupan tidaklah seperti itu. Namun, di sepakbola, banyak orang yang tak menerimanya. Padahal, mereka bukanlah pahlawan super, dan cuma manusia biasa.

“Sepakbola adalah olahraga tim yang paling individual. Anda dinilai setiap tiga hari. Anda harus bagus setiap saat meskipun kami punya masalah seperti orang pada umumnya.”

“Tentu saja, Anda akan merasakannya di tubuh Anda, di pikiran Anda, dan Anda bisa merasakan tak enak selama sebulan atau bahkan setahun. Namun, Anda tak bisa mengatakannya. Setidaknya di depan publik. Semua yang ada di kepala Anda, kepala Anda mengontrol segalanya dan setiap atlet di level tertinggi melalui momen-momen ini, tapi cuma sedikit yang membicarakannya,” terang Pogba.

“Kalau Anda tidak kuat secara mental, Anda sudah mati, di olahraga ini. Cobaan menempa Anda tapi Anda tak boleh menyerah.”

Polemik Pogba akhirnya berakhir saat ia tak memperpanjang kontraknya yang habis. Salah satu alasannya karena perannya di United yang tidak jelas. Ini berbeda dengan yang ia dapatkan di timnas Prancis. Pelatih Prancis, Didier Deschamps, memberinya peran yang ia pahami, sementara di United tidak.

Sumber: BBC