Foto: Skysports

Kesenangan itu hanya sesaat. Satu orang yang menjual saham MU, tidak serta-merta mengakhiri rezim mereka yang sudah berlangsung 14 tahun tersebut.

***

Beberapa waktu lalu, para penggemar United di seluruh dunia bergembira. Alasannya adalah karena mereka mendengar kabar kalau salah satu pemilik United, Kevin Glazer berniat menjual sahamnnya. Prestasi klub yang anjlok dijadikan alasan bagi Kevin sehingga memaksanya untuk menguangkan saham yang ia miliki di NYSE.

Ada 13 persen saham yang siap dijual dengan harga 270 juta paun (4,82 triliun rupiah). Kevin sendiri dikabarkan sudah mengubah saham kelas B di United menjadi kelas A. Hal ini berarti, saham tersebut sudah bisa diperjual-belikan di lantai bursa.

Mendengar hal ini, para penggemar United di seluruh dunia mulai dilanda euforia. Mereka yakin kalau akhir dari rezim keluarga Glazer akan tiba lebih cepat dengan diawali dari keputusan Kevin Glazer menjual 13 persen saham yang dimiliki tersebut. Apalagi hal ini didukung dengan kabar dari Saudi Media kalau beberapa raja Arab mulai tertarik mengambil alih United yang ditandai oleh munculnya nama Pini Zahavi sebagai negosiator antara keduanya.

Keluarga Glazer adalah public enemy number 1 bagi para penggemar Manchester United. Bagi suporter setia United, mereka adalah sosok yang patut untuk disalahkan dari keterpurukan klub saat ini. Mereka dianggap hanya menjadikan klub sebaga mesin uang berjalan, kurang berambisi untuk meraih prestasi di atas lapangan, investasi yang tidak tepat sasaran, gemar pecat-memecat pelatih, menunjuk Ed Woodward sebagai wakil dewan eksekutif, dan terlalu banyak melakukan intervensi menjadi alasan kalau rezim ini harus segera digulingkan.

Munculnya Kevin Glazer di NYSE dianggap menjadi awalan bagus untuk menyambut era baru sekaligus membuktikan kalau kampanye #GlazersOut yang sudah digembar-gemborkan sejak sedekade lalu mulai menemui hasil. Tidak ada kata lain memang untuk bergerak melakukan perubahan mengingat klub saat ini sedang dalam fase yang tidak begitu baik. Mereka hanya unggul dua angka saja dari zona degradasi, dan terancam kehilangan sponsor utama mereka.

Namun kesenangan dari Kevin tersebut sepertinya hanya euforia sesaat saja. Beberapa hari setelah klaim yang berasal dari The Sun tersebut, Kevin disebut-sebut tidak punya keinginan untuk menjual saham Manchester United. Kedatangan dia ke NYSE beberapa waktu lalu ternyata bukan untuk membuat sahamnya bisa dijual-belikan melainkan hanya untuk mengurus dokumen-dokumen yang tidak ada kaitannya dengan kepemilikan saham keluarga Glazer di Manchester United. Dalam dokumen tersebut juga tidak ditemukan indikasi apakah dia melakukan pinjaman tambahan kepada saham.

Kejadian ini sudah pasti membuat harapan melihat keluarga Glazer ingin menjual sahamnya kembali pupus. Atau setidaknya ekspektasi para penggemar diturunkan sedikit karena ternyata mereka belum mau melepaskan statusnya sebagai penguasa Manchester United.

Jika Kevin benar-benar menjual sahamnya pun tidak serta-merta langsung mengubah tatanan kepemilikian klub. Perlu diingat kalau saham United 90 persen diantaranya dikuasai oleh enam orang anak Glazer yaitu Avram, Joel, Bryan, Edward, Kevin dan si bungsu Darcie. Seandainya Kevin melepaskan sahamnya, maka masih ada 75% lagi saham yang tetap membuat keluarga Glazer masih tercatat sebagai pemilik MU.

Selain itu, yang baru diterpa rumor untuk menjual sahamnya baru Kevin seorang, sementara saudara-saudaranya yang lain nampak belum ada niatan untuk pergi dari klub dalam waktu dekat. Joel dan Avram bahkan dikabarkan menjadi orang pertama yang menentang kedatangan rezim Arab Saudi dan diyakini belum mau menjual sahamnya meski kemungkinan besar pendapatan klub tiga bulan ke depan cenderung menurun dibanding pengumuman yang dikeluarkan Ed Woodward pada September.

Butuh pergerakan masif untuk bisa menggeser posisi mereka dari Manchester United. Tidak membeli jersey original, melakukan boikot terhadap pertandingan-pertandingan kandang, serta demonstrasi secara konsisten bisa menjadi cara yang tepat untuk dilakukan. Namun hal itu nampaknya masih sulit untuk terealisasi karena para penggemar klub di sana masih memenuhi toko merchandise MU, Old Trafford tidak pernah tidak memiliki penonton hingga di bawah 70 ribu (kecuali Piala Liga atau Liga Europa), dan tiket terusan yang terus sold out setiap musimnya.

Hal ini yang membuat situasi United nampak tidak ada masalah di mata keluarga Glazer.