Foto: Football Fancast

Manchester United mengalami krisis dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak ditinggal pensiun oleh manajer legendaris Sir Alex Ferguson pada akhir musim 2012/2013. Pada musim pertama bersama David Moyes pada 2013/2014, The Red Devils yang berstatus juara bertahan malah terlempar keluar dari empat besar di Premier League Inggris dengan finish di posisi tujuh, sekaligus gagal ke Liga Champions. Sejak itu, United benar-benar kering prestasi, sementara para rival seperti Manchester City dan Liverpool melejit, tak hanya di liga domestik, tetapi juga di Eropa.

Sebenarnya, performa klub mulai tampak membaik seiring dengan kedatangan Jose Mourinho pada musim panas 2016. Meski masih belum mampu mengatrol posisi di liga; karena hanya finish di posisi enam pada saat itu, namun dia menutup musim dengan trofi juara Europa League yang pertama sepanjang sejarah klub.

Pada musim itu pula United merekrut Paul Pogba sebagai pemain termahal dunia. Pencapaian itu melengkapi raihan Community Shield di awal musim dan trofi Piala Liga Inggris di musim sama; menyusul juara Piala FA 2016 saat tim masih dilatih Louis van Gaal.

Musim berikutnya Mourinho membawa United ke posisi runner-up meski tanpa gelar. Sayangnya, manajamen klub kurang sabar, dan kemudian mendepaknya jelang paruh kedua musim 2018/2019 karena dianggap gagal mempertahankan konsistensi permainan tim dan konflik dengan beberapa pemain dan manajemen klub sejak musim sebelumnya.

Kini, eks striker era 2000-an, Ole Gunnar Solskjaer yang memegang tampuk kepelatihan. Namun, masih belum memberi perubahan berarti, karena faktanya United telah menelan tiga kekalahan dalam delapan laga awal di Premier League.

Satu sosok yang paling banyak disorot dan mendapatkan kecaman dari fans adalah Wakil Ketua Eksekutif United, Ed Woodward. Pria berusia 47 tahun itu pun dianggap bertanggung jawab atas kegagalan tim sejauh ini, karena manajemen klub di bawah pimpinannya tak becus dalam berburu pemain untuk merombak skuat.

Dengan jabatannya itu, Woodward sebagai perpanjangan tangan pemilik klub keluarga Glazer dalam operasional tim Setan Merah, sekaligus jadi orang yang paling bertanggung jawab atas aktivitas transfer United dalam pembelian dan penjualan para pemain.

Dia diangkat pada jabatan saat ini pada 2012, tujuh tahun setelah ditarik masuk dalam manajemen klub oleh keluarga Glazer. Setelah CEO David Gill pensiun di tahun berikutnya, eks bankir investasi itu dipromosikan pada peran operasional puncak di Old Trafford dalam restrukturisasi manajemen klub. Sejak itu pula; yang merupakan musim pertama sepeninggal Ferguson, Woodward jadi pengambil keputusan atas transfer United. Namun, dia malah jadi musuh bersama fans United yang kecewa melihat kiprah klub dalam setiap bursa transfer, dilansir oleh The Week.

The Times pernah menilai Woodward bukanlah sosok jenius dalam bursa transfer. Namun, dia juga bukan sosok yang tak kompeten, meskipun kemampuannya dalam berburu pemain hanya standar rata-rata. Kembali ke masa lalu, bursa transfer musim panas 2013 jadi aksi pertama Woodward. Saat itu, dia merekrut Marouane Fellaini, namun gagal mendapatkan target tramsfer lain, sehingga digambarkan sebagai ‘bencana’ oleh The Daily Telegraph. Berikutnya, Van Gaal sempat mengeluh karena aktivitas komersial United yang berlebihan dan tidak seimbang dengan peningkatan skuat.

Mourinho juga pernah mengkritik Woodward soal kurang gesitnya aktivitas United dalam bursa transfer pada 2018. Media pun berspekulasi bahwa kritik itu ditanggapi sang bos dengan memveto target transfer usulan manajer asal Portugal tersebut, dan akhirnya terbukti dengan ketegangan antara keduanya.

Seiring dengan itu, kritik dari fans semakin deras, bahkan menuntut pemecatan Woodward, termasuk musim panas 2019 lalu. Dia dinilai membayar terlalu tinggi untuk merekrut Harry Maguire, namun tak mencari pengganti Romelu Lukaku yang berujung blunder bagi tim.

Tapi, di balik kebencian fans, Woodward malah sangat disayang oleh keluarga Glazer. Sejak awal pengambilalihan United pada 2005 lalu, dia memang sudah banyak membantu sebagai penasehat Malcom Glazer, hingga direkrut untuk perencanaan keuangan klub.

Pada 2007, Woodward diberi tanggung jawab atas operasi komersial dan media, hingga sukses mengikat sejumlah kesepakatan sponsor menguntungkan. Dia lalu diangkat jadi dewan direksi dan sebagai wakil ketua eksekutif pada 2012, seiring peningkatan pendapatan dari 48,7 juta paun (2005) menjadi 117,6 juta paun.

Hingga kini, keluarga Glazer pun sangat senang dengan kinerja sang wakil CEO, dan bahkan disebut akan membiarkan Woodward bekerja hingga memutuskan pensiun nantinya, dilansir oleh Mirror.

Pasalnya, dia mampu membuat United terus menghasilkan uang untuk taipan dari Amerika Serikat tersebut, meski gagal memberi prestasi di lapangan hijau. Bahkan, laporan terbaru mengungkap klub mencatatkan peningkatan laba hingga 6,3 persen dari operasional musim lalu dengan total 627,1 juta paun. Jadi, sebaiknya bagaimana soal posisi Woodward ini menurut para Manchunian?