Foto: Sempre Inter

Sewajarnya sepakbola disebut sebagai drama terbaik. Setidaknya itulah kutipan yang pernah saya baca pada tulisan Pandit Football pertengahan Mei 2018 lalu. Ada sosok protagonis, antagonis, dan beberapa pemeran pembantu yang akan memperkuat jalannya drama tersebut. Cerita yang dimainkan tidak hanya apa yang terjadi di atas lapangan, tetapi juga di luar lapangan. Bahkan para klub yang berkecimpung di sebuah kompetisi juga tidak luput dari drama tersebut dengan ragam cerita yang berbeda-beda.

Saat ini, Manchester United sedang terlibat skenario yang rumit layaknya drama yang sehari-hari kita lihat di beberapa stasiun TV Indonesia. Semuanya dimulai dari sosok Ashley Young. Kapten utama United musim ini tertarik untuk pindah pada bursa transfer musim dingin. Pesaing Juventus dalam perburuan gelar Serie A, Inter Milan, menjadi peminat nomor satu Young.

Bahkan menurut Gianluca Di Marzio, jurnalis yang dianggap sebagai salah satu pemberi informasi transfer dengan kredibilitas tinggi, menyebut mantan pemain Aston Villa ini sudah tidak mau lagi namanya ada di dalam skuat Setan Merah baik itu sebagai pemain inti maupun sebagai pemain cadangan. Singkatnya, ia tidak mau main lagi sampai kepindahannya bisa terealisasikan.

Pemain ngambek adalah benalu bagi sejarah United. Mereka yang berniat menjadi pembangkang maka siap-siap saja dibukakan pintu keluar oleh manajemen United. David Beckham dan Ruud van Nistelrooy adalah contoh ketika mereka dipaksa pindah setelah tidak bisa lagi mengatur sikapnya.

Sudah lama penggemar United ingin mendapatkan kabar gembira ini. Namanya sudah tidak lagi populer di mata penggemar United sejak ia bermain bagus terakhir kali pada musim 2014/2015. Setiap jajak pendapat yang membahas siapa pemain United yang diinginkan untuk hengkang, maka nama Young selalu muncul dalam daftar.

Apalagi, ia minta pindah dengan cara yang tidak mempunyai etika seperti yang dikabarkan media-media luar. Ucapan sumpah serapah dan nyinyiran kalau tingkahnya bak pemain kelas dunia sudah pasti akan menyertai pria plontos ini mengingat kontribusinya di atas lapangan juga tidak semewah apa yang ditampilkan Beckham maupun Van Nistelrooy.

Namun, yang menjadi masalahnya adalah justru United sendiri yang menahan Young untuk pindah. Jika klub lain akan menyambut pemain-pemain yang ingin pindah karena bisa bergerak di bursa transfer untuk mencari pemain baru, maka United tidak demikian. Sebisa mungkin, pintu untuk pindah itu ditutup rapat-rapat sampai tidak ada celah sedikitpun.

Kontrak Young akan habis pada akhir musim ini alias ia bisa pindah dengan dua pilihan yaitu pindah pada bulan Januari atau pindah setelah kontraknya berakhir pada akhir Juni mendatang. Young kemudian memilih opsi yang pertama. Opsi yang jelas disambut baik kubu Inter karena harga si pemain tidak terlalu tinggi untuk ditebus. Kubu Inter sendiri juga ingin Young datang lebih cepat ketimbang menunggu hingga musim berakhir.

Namun manajemen United mencoba untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi dari Inter. Mereka memberikan Young tambahan kontrak baru selama setahun dengan gaji mingguan yang tidak berubah yaitu 110 ribu pounds. Dengan cara ini, kontrak Young akan bertambah menjadi 18 bulan dan otomatis membuat harganya naik dari harga pertama yang siap ditebus kubu Inter.

Contohnya seperti ini: Jika Young pindah pada bulan Januari ini, maka Inter bisa membelinya dengan harga 5 juta pounds. Harga yang bisa mereka sanggupi. Namun, ketika ia menambah durasi kontraknya hingga 2021, maka United bisa menaikkan harga Young menjadi 7 atau 8 juta pounds karena kontraknya masih cukup panjang. Belum tentu juga harga itu bisa dipenuhi oleh Inter Milan.

Inilah yang membuat Young dikabarkan marah kepada manajemen United. Ia merasa kalau United tidak menghargai keputusannya untuk mengambil keputusan soal masa depannya dengan pindah klub. Ia juga merasa, jika ingin memberinya kontrak baru, maka hal tersebut seharusnya sudah dilakukan sejak awal musim. Ketika kontrak itu sudah diberikan, Young sudah terlanjur mantap untuk memilih pindah klub.

Apa yang terjadi dengan Young ini tidak jauh berbeda dari apa yang dialami Ander Herrera musim lalu. Jika Young dilarang pindah, maka Herrera dibuat menunggu perihal nasibnya sebagai pemain United.

Kala itu, Samuel Luckhurst menyebut Ander Herrera sudah pernah mendapatkan permintaan dari manajemen klub untuk bertahan pada November 2017. Akan tetapi, dia tidak pernah diajak bertemu oleh manajemen klub untuk mendiskusikan soal kontrak barunya. Anehnya, pihak klub hanya mengirimkan surat permohonan kepada Ander untuk bertahan dalam bentuk e-mail ke alamat pribadi pemain asal Spanyol tersebut. Ini yang kemudian membuat Ander merasa tidak dihargai sebagai pesepakbola dan akhirnya mantap pindah ke PSG.

Young sebenarnya sudah punya itikad baik kepada penggemar United dengan memilih pindah pada Januari ini. Ia merasa kalau dirinya sudah terlalu tua untuk menjadi andalan di klub seperti Manchester United. Tahun depan, usianya sudah 35 tahun. Mengingat rencana Solskjaer yang ingin membangun tim dengan pemain muda, maka ia merasa sudah tidak layak lagi berada di sana.

Ia juga sudah kalah bersaing dengan Aaron Wan-Bissaka dan Diogo Dalot di sektor kanan. Di sisi kiri pun persaingan semakin ketat dengan kehadiran Luke Shaw, dan Brandon Williams. Jadi untuk apa Young berada di sana mengingat ia masih ingin bermain sepakbola secara rutin dan Inter Milan bersedia memenuhi keinginan jebolan dari Watford ini.

Jadi, nyinyiran penggemar United yang menyebut kalau Young sok pemain kelas dunia, baperan, sensi, tidak profesional, hingga sok keren, sebenarnya tidak beralasan. Jika memang penggemar United ingin Young pindah, seharusnya sasaran olok-olok lebih tepat diarahkan kepada manajemen United yang masih menginginkannya untuk bertahan disaat si pemain merasa dirinya lebih layak untuk pergi.

Apakah kalian mau, setelah menyebut Young baperan, sok keren, sok kelas dunia, tiba-tiba ia menerima perpanjangan kontrak setahun dari klub? Bukankah itu artinya kalian akan dipaksa menahan sakit dengan melihat sosok yang tidak diinginkan ini bermain mengisi sektor kiri United hingga 2021 mendatang?

Dalam konferensi pers sebelum melawan Norwich, Solskjaer menyebut kalau dia masih butuh Young karena senioritasnya di ruang ganti sebagai kapten utama. Terkait spekulasi kepindahannya, ia menyebut masih akan membicarakannya dengan si pemain.

“Dia adalah pemain kami. Dia kapten kami yang profesional dan selalu fokus. Jadi saya tidak merasa dia berubah. Kami akan membahasnya bersama (jika Inter memberikan penawaran resmi). Satu hal yang bisa saya katakan adalah kami butuh beberapa pemain senior. Mari lihat apa yang akan terjadi pada bulan Februari atau bulan Juni nanti,” kata Solskjaer.

Menarik untuk melihat akan berakhir seperti apa drama dari dua kubu ini. Young, selaku protagonis, meminta untuk pindah lebih cepat. Namun manajemen United hadir sebagai si antagonis dengan menahan kepindahannya. Disinyalir, keputusan United mencoba menahan Young ada kaitannya dengan keengganan mereka untuk membeli pemain baru pada bursa transfer.