Foto: Tribuna.com

Breaking, deal done, reached agreement, agreed, setuju secara personal, selangkah lagi, dipastikan akan bergabung, dan kata-kata mengambang lainnya merupakan sesuatu yang sering dilihat oleh penggemar sepakbola di manapun ketika membaca tentang rumor-rumor transfer di beberapa media. Hal itu juga dirasakan oleh penggemar Manchester United setiap kali memasuki lantai bursa.

Beberapa hari terakhir, penggemar Manchester United mungkin menjadi orang yang sibuk bolak-balik menyegarkan lini masa media sosial mereka. Semua demi mendapatkan satu berita yang sudah mereka nanti-nantikan sejak musim panas lalu yaitu peresmian Bruno Fernandes. Ya, saga transfer pemain Portugal ini berlanjut layaknya sinetron di Indonesia yang sulit menentukan akhir cerita.

Namun seiring berjalannya waktu, pendukung United kini rata-rata sudah pasrah atau bahkan muak ketika membaca berita tentang Bruno Fernandes. Mereka yang tadinya bersemangat kini mulai malas karena pemberitaan yang tarik ulur sehingga menghasilkan satu kesimpulan: Datang ya syukur, gak datang ya bodo amat.

Dilansir dari beberapa media, kabar terbaru menyebutkan kalau United tidak mau memenuhi permintaan kubu Sporting yaitu 80 juta Euro (65 juta plus 15 juta Euro dalam bentuk bonus) atau 68,1 juta pounds jika menggunakan mata uang Inggris. Hal ini dirasa terlalu mahal karena pada musim panas lalu, Bruno ditengarai memiliki banderol 60 juta Euro saja.

Penyebab dari naiknya harga Bruno disebabkan oleh perpanjangan kontrak yang ia lakukan pada pertengahan November 2019 lalu. Saat itu, Bruno diikat kontrak jangka panjang hingga 2023 dan memiliki release clause sebesar 100 juta Euro atau 85,4 juta pounds.

Kontribusi yang luar biasa bersama Sporting jelas menjadi alasan mengapa mereka tidak akan melepas pemainnya ini dengan mudah. Musim lalu saja, pemain berusia 25 tahun ini berkontribusi terhadap 50 gol (32 gol dan 18 asis) klubnya dari 53 laga yang ia mainkan. Musim ini, tren gacor Bruno juga belum mau berhenti. Ia sudah berkontribusi terhadap 28 gol (15 gol dan 13 asis) mereka dari 26 laga. Ini berarti, gol-gol Sporting akan datang melalui kaki Bruno setiap pertandingannya.

Sporting sendiri sebenarnya bersedia jika aset berharganya tersebut dijual ke klub lain. Mereka jelas membutuhkan dana untuk berinvestasi dengan mencari ‘Bruno-Bruno’ lainnya yang bisa menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Akan tetapi, permasalahan nilai harga yang diminta membuat United kini mulai mundur dan transfer ini kemungkinan tidak akan terjadi.

Samuel Luckhurst, jurnalis Manchester Evening News, beberapa waktu lalu menyebut kalau keterarikan United kepada Bruno oleh media Portugal sifatnya cenderung berlebihan. Meski beberapa pemandu bakat sudah dikirimkan untuk menyaksikan Bruno, namun Samuel ragu kalau si pemain menjadi target utama. Hal ini mengeluarkan kesimpulan kalau target utama Solskjaer sebenarnya adalah James Madisson.

Tuntutan Kebutuhan, Prinsip, dan Kecemasan akan Kegagalan

Berbicara soal transfer sebagai kebutuhan, maka United memang butuh pemain tambahan jika mereka benar-benar serius ingin memperbaiki skuatnya demi bisa kembali mengincar gelar juara liga dan Liga Champions.

Banyak masalah di hampir semua lini terutama dengan cederanya pemain-pemain kunci. Scott McTominay sedang menjalani pemulihan dua bulan, begitu juga Paul Pogba yang baru saja melakukan operasi. Kabar terbaru, Rashford juga absen hingga April setelah cedera melawan Wolverhampton.

Permasalahan ini kemudian ditambah lagi dengan krisisnya pemain kreatif yang menjadi masalah musim ini. Setan Merah kekurangan pemain yang pantas menjadi gelandang serang. Hal ini yang kemudian membuat nama Bruno Fernandes masuk sebagai daftar incaran. Namun, transfer ini kemungkinan tidak akan terealisasi karena harga 80 juta Euro tersebut yang mengganjal pihak United.

Manajemen United, dalam hal ini Ed Woodward, tampak sedang berusaha memperbaiki citra diri (halo, kubu Woodward out dan Glazers out) untuk tidak lagi boros di bursa transfer. Mereka tidak mau dijadikan ladang uang oleh kesebelasan yang pemainnya diincar oleh United. Terutama jika pemain-pemain ini punya klausul tambahan, atau komisi agen. Ini yang kemudian membuat United frustrasi dan mundur dari perburuan Bruno.

United sudah trauma dan mencoba belajar dari masa lalu ketika mereka membeli Paul Pogba, Dilatar belakangi oleh Mino Raiola sebagai agen, Pogba kemudian disetir demi hasrat Mino mendapat keuntungan yang membuat si pemain kemudian tidak fokus lagi terhadap Setan Merah dan beberapa kali dikabarkan ingin pindah.

Ed juga tampak ingin belajar dari kasus ketika ia membeli Angel Di Maria, Paul Pogba, Henrikh Mkhitaryan, hingga Fred. Semua pembelian itu lebih dikarenakan nafsu ketimbang apakah pemain itu sesuai dengan skema dan kebutuhan manajernya. Kasus pembelian Anthony Martial dari AS Monaco juga sempat menjadi masalah karena si pemain baru satu musim bermain apik di League 1.

Hal ini yang coba tidak mau diulang lagi oleh Ed. Kekalahan 2-0 dari Liverpool kembali memancing penggemar United untuk berteriak akan adanya pemain baru. Namun tampaknya hal itu tidak akan terjadi mengingat mereka tidak ingin lagi mengambil risiko seperti yang sudah-sudah.

Sebenarnya, permasalahan ini juga tidak lepas dari output yang dihasilkan oleh pembelian mahal Setan Merah sesudah era Sir Alex Ferguson. Mayoritas diantaranya gagal atau tampil tidak sebagus di klub sebelumnya. Jika nama-nama macam Di Maria, Pogba, atau bahkan Martial bisa tampil bagus, konsisten, dan bisa membawa United rutin finis tiga besar saja, maka harga mahal untuk Bruno mungkin tidak akan jadi soal. Namun beda jika ternyata pemain-pemain ini tidak bisa perform sesuai dengan harganya.

Mengingat Bruno datang dari kompetisi yang bukan Premier League, maka hal itu juga menjadi kekhawatiran bagi Ed Woodward. Ed khawatir kalau Bruno nanti tidak bisa beradaptasi di Premier League setelah ia mengeluarkan 80 juta Euro. Dengan bekal kontribusi 78 gol dalam dua musim, tentu ada ekspektasi besar dari para pendukung United kalau permainan Bruno akan sebagus ketika di bersama Sporting.

Sayangnya, harapan ini baru akan terealisasi ketika bursa transfer sudah ditutup dan si pemain memakai jersey klub barunya. Alih-alih tampil baik, Bruno ditakutkan tampil tidak sesuai ekspektasi. Kalau sudah begini, si pemain akan mendapat cacian yang bisa saja membuat kariernya di United menjadi pendek dan kemudian dijual lagi ke tempat lain.

Itulah mengapa Harry Maguire dan Aaron Wan-Bissaka rela ditebus mahal karena mereka tidak perlu beradaptasi lagi mengingat keduanya sudah punya pengalaman di Premier League. Beda dengan Fred yang butuh dicaci selama satu musim dulu sebelum bisa membaik pada musim ini. Beruntung bagi dirinya karena ia nyaris dipinjamkan ke beberapa klub pada musim panas.

Membeli pemain adalah perjudian yang awam terjadi di sepakbola. Sebuah aksi yang mau tidak mau harus dilakukan sebuah klub untuk bergerak maju. Sayangnya, batas gagal dan berhasilnya si pemain di klub baru itu sangat tipis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sukses atau tidaknya si pemain di klub barunya. Terutama soal adaptasi. Baik itu adaptasi terhadap lingkungan, budaya, bahasa, hingga adaptasi terhadap skema yang diterapkan pelatih di klub barunya.

Dengan segala kekhawatiran ini, Ed ingin meredam egonya untuk tidak bernafsu menuruti kemauan Sporting. Besar kemungkinan, kalau Ed tidak mau membayar 80 juta Euro untuk Bruno Fernandes karena takut tidak bisa adaptasi, maka dia mungkin memilih untuk mengeluarkan 100 juta pounds demi James Maddison yang risiko gagalnya di United dianggap kecil olehnya.