Foto: Manchester Evening News

Dimitar Berbatov tidak hanya memberi peringatan kepada pemain United terkait keberadaan Erik ten Hag sebagai pelatih anyar klub musim depan. Ia juga memberi peringatan kepada kita, yaitu para suporter, untuk jangan terlalu lebay terhadap penunjukkan sosok pria berusia 52 tahun tersebut.

Peresmian Erik ten Hag disambut positif oleh banyak suporter Manchester United di seluruh dunia. Ia disebut sebagai manajer yang tepat untuk mengisi kursi kepelatihan yang kosong setelah ditinggalkan oleh Ole Gunnar Solskjaer dan Ralf Rangnick. Tidak sedikit yang optimis kalau mantan pelatih Bayern Munchen II ini bisa membawa perubahan.

Ini semua tidak lepas dari rekam jejaknya yang positif bersama klub terakhirnya, Ajax Amsterdam. Di sana, Ten Hag membuat juara Eropa 1995 ini kembali bangkit setelah empat musim hanya melihat gelar juara Liga Belanda berpindah-pindah dari PSV ke Feyenoord.

Tidak hanya itu, Ajax juga berhasil ia bawa melangkah hingga semifinal Liga Champions 2018/2019. Hebatnya lagi, ia melakukan itu dengan skuad yang berisikan pemain-pemain muda. Ten Hag juga berhasil membuat Ajax menjadi kesebelasan dengan permainan sepakbola yang indah dan atraktif.

Segala kesuksesannya itu yang membuat Ten Hag jadi komoditas utama dalam bursa transfer pelatih. Ia punya filosofi sepakbola yang jelas, efektif, agresif, menyerang, dan yang paling penting ia juga penganut pressing tinggi yang menjadi dasar utama dari taktik sepakbola sekarang ini.

Tak ayal, harapan itu kembali muncul saat namanya diumumkan. Meski begitu, tidak sedikit yang memilih untuk apatis disaat banyak orang yang menyambut kedatangannya.

Dimitar Berbatov termasuk dalam golongan tersebut. Ia bukannya tidak senang dengan kedatangan Ten Hag. Ia hanya memilih untuk tidak mau berlebihan dalam mengumbar keyakinan kalau Ten Hag adalah sosok yang tepat untuk menangani mantan klub yang ia bela empat musim tersebut.

“Saya tidak mau terlalu optimis dengan penunjukkan dirinya. Sebelum ini, United beberapa kali memperkerjakan manajer handal namun sampai sekarang tidak ada yang dibilang sukses. Jadi jangan terlalu berlebihan dan berharap terlalu banyak. Kita harus bersikap realistis,” tuturnya kepada Betfair.

Mantan pemain Spurs ini seperti berkaca dari pengalaman. Ia tidak mau lagi mendapat harapan palsu dari siapa pun yang menjadi pelatih baru United. Karena semuanya berakhir sama saja yaitu pemecatan.

Moyes gagal meski dia adalah pilihan langsung dari Sir Alex. Louis van Gaal gagal meski sudah memberi gelar Piala FA. Optimisme meninggi ketika Jose Mourinho datang dan disebut-sebut akan membuat United menjadi serial winner yang kemudian hanya terbukti semusim saja.

Belum lupa juga dari ingatan ketika Rio Ferdinand dengan pede meminta United memberi kontrak kosong untuk ditandatangani langsung oleh Ole Gunnar Solskjaer dan merasa kalau United akan kembali hebat bersama Ole yang pada akhirnya juga tidak terbukti. Bahkan Rangnick pun mulai diserang kanan dan kiri oleh beberapa suporter yang kecewa setelah ia selalu disebut-sebut sebagai gurunya Klopp dan Tuchel. Inilah yang membuat Berbatov tidak mau ikut-ikut latah dengan memberi komentar yang penuh dengan kepercayaan diri kalau Ten Hag bakal sukses di United.

“Saya berharap klub memberikan waktu yang cukup dan tidak bisa menilai hanya dari satu musim. Tim ini sudah hancur dalam waktu lama. Ajaib kalau United langsung juara liga musim depan. Ten Hag harus bisa membawa tim ini memenangkan Premier League untuk menjadi standar kesuksesannya,” kata Berbatov.

Menurunkan ekspektasi bisa menjadi cara. Apabila nanti ke depannya segala pekerjaan Ten Hag belum membuahkan hasil, suporter tidak kecewa terlalu dalam karena ekspektasi yang rendah tersebut.

Beberapa legenda lain juga sudah memberi peringatan kepada Ten Hag terkait tugas barunya ini. Paul Scholes menyebut kalau pekerjaan menjadi pelatih United 10 kali lipat lebih berat dari Ajax. Scholes menyebut kalau Ajax akan selamanya menjadi tim besar di Belanda, sedangkan United tidak demikian. Ia juga diminta untuk tidak kaget kalau ke depannya akan ada pemain yang mempertanyakan kapasitas dan metode kepelatihan yang ia usung seperti yang sekaran ini menimpa Ole dan Rangnick.

Ucapan Scholes memang masuk akal. Ten Hag bisa sukses di Ajax karena klub tersebut berjalan dengan stabil. Inilah yang membuatnya bisa bekerja dengan baik karena ia juga dikelilingi orang-orang yang sejalan dengan pemikirannya. Di sisi lain, United baru berusaha bangkit setelah terjebak satu dekade dalam lubang kemediokeran.

Jika manajemen United belum bisa membuat Ten Hag bekerja dengan nyaman seperti yang ia rasakan di Ajax, maka jangan harap ia bisa menjadi jawaban dari segala pertanyaan tentang siapa manajer yang pantas menangani klub ini setelah Fergie.

Yang ada, bisa-bisa Ten Hag bernasib sama seperti empat pelatih sebelumnya.