Manchester United memang belum bisa memastikan diri lolos ke Liga Champions musim depan. Kemenangan tipis 1-0 melawan Bournemouth nyatanya belum cukup membawa mereka menyegel empat besar karena Liverpool masih bisa memaksakan hasil imbang melawan Aston Villa. United pun setidaknya butuh satu poin lagi untuk bisa kembali ke kompetisi tertinggi Eropa tersebut.

Meski begitu, United tetap pantas untuk bergembira. Pasalnya, penjaga gawang mereka David de Gea, berhasil memastikan diri sebagai pemenang Golden Glove atau Sarung Tangan Emas Premier League musim ini.

Keberhasilan menjaga gawang United tetap perawan selama 90 menit di markas Bournemouth membuatnya mengumpulkan 17 clean sheets. Catatan ini sudah pasti tidak akan terkejar oleh pesaingnya yaitu Alisson yang hanya mengumpulkan 14 kali nirbobol setelah gawangnya kemarin dibobol oleh Jacob Ramsey ketika melawan Villa.

Sebelumnya, De Gea memang sudah dipastikan menjadi pemenang saat United mencetak clean sheets melawan Wolverhampton. Akan tetapi, saat itu Alisson masih punya potensi untuk membuat penghargaan tersebut dimenangkan secara bersama. Akan tetapi, hasil melawan Villa di Anfield membuat De Gea kini menjadi pemenang tunggal.

“Saya membantu tim sebisa saya. Ketika Anda menjaga gawang untuk tidak kebobolan maka Anda akan dekat untuk memenangkan pertandingan. Musim ini kami banyak melakukan itu dan hari ini kami bisa mendapatkannya satu lagi (clean sheet) yang besar,” kata De Gea selepas laga.

Papan Bawah Jadi Kunci

Sarung Tangan Emas musim ini menjadi raihan kedua bagi penjaga gawang asal Spanyol tersebut. Sebelumnya, ia sudah lebih dulu mendapatkannya pada musim 2017/2018. Akan tetapi, trofi musim ini bisa dibilang dimenangkan De Gea dengan cukup unik.

Berbeda dari lima tahun sebelumnya, raihan ini didapat De Gea saat kondisi lini belakang United sebenarnya tidak bisa dibilang cukup kuat. Musim ini, mereka sudah kebobolan 41 gol. Atau dengan kata lain, rataan 1,1 gol menunjukkan kalau United selalu kebobolan pada tiap pertandingan. Bandingkan dengan musim 2017/2018 ketika De Gea hanya kemasukan 28 gol.

Catatan ini membuat De Gea menjadi kiper kedua yang mendapat gelar Sarung Tangan Emas meski kebobolan lebih dari 40 gol semusim. Sebelumnya, hanya Wojciech Szczesny (Arsenal) yang bisa melakukannya pada musim 2013/2014.

Tidak hanya itu, De Gea bahkan bisa kebobolan banyak gol dalam satu laga. Brentford, Man City, dan Liverpool adalah tiga tim yang bisa menjebol gawangnya minimal empat kali. Bahkan Liverpool melakukannya hingga tujuh kali. Tidak jarang juga De Gea membuat beberapa kesalahan yang berujung gol untuk lawan seperti ketika melawan West Ham.

Namun De Gea punya cara lain untuk mengatasi itu semua. Disaat dia sulit konsisten untuk tidak kebobolan melawan tim-tim papan atas, De Gea membayarnya dengan konsisten tampil bagus melawan tim papan tengah ke bawah.

Dari 17 nirbobol yang sementara ini didapat, 13 diantaranya ia raih saat melawan tim peringkat 13 ke bawah. Bahkan ia bisa melakukannya dua kali (Home and Away) seperti ketika melawan Wolverhampton, Bournemouth, Nottingham Forest, Leicester City, dan Southampton. Sisanya ia dapat ketika melawan West Ham, Everton, dan Leeds United.

Bandingkan dengan saat dirinya berhadapan melawan tim-tim peringkat sembilan besar. Hanya Newcastle, Villa, Spurs, dan Brentford yang tidak bisa membobol gawangnya dan itupun hanya satu laga saja.

Hiburan di Tengah Tekanan

Gelar ini tentu menjadi hiburan tersendiri di tengah banyaknya tekanan bagi eks Atletico Madrid tersebut. Sudah kita ketahui bersama kalau De Gea punya masalah dalam urusan umpan-umpan pendek. Atau dengan kata lain, De Gea belum bisa beradaptasi dengan taktik sepakbola modern yang menuntut seorang penjaga gawang harus bisa terlibat dalam proses serangan timnya.

Beberapa kali timbul suara sumbang untuk mempersilahkan De Gea pergi dan membuat United melakukan regenerasi di sektor penjaga gawang. De Gea memang tampak tidak tersentuh meski United banyak memiliki penjaga gawang potensial seperti Sergio Romero, Dean Henderson, atau Tom Heaton yang masih punya kualitas bagus meski sudah berusia tua.