Paul Pogba memilih hengkang dari Manchester United pada 2022 lalu ke Juventus. Ia memilih pergi saat kontraknya habis dan tak memperpanjangnya. Pemain berkebangsaan Prancis tersebut merasa kalau dirinya sudah tak dicintai lagi oleh suporter United.
Pogba adalah alumni Akademi Manchester United. Namun, namanya justru naik saat ia pindah ke Juventus dan meraih empat trofi Serie A di sana. Penampilan bagusnya tersebut menjadikan Pogba sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia.
Ini yang kemudian membuat United kembali merekrutnya pada Agustus 2016 dengan memecahkan rekor transfer dunia senilai 89 juta paun. Sayangnya, Pogba gagal menghasilkan penampilan yang konsisten. Ia sering main bagus di satu pertandingan, tapi mengecewakan di pertandingan yang lain.
Pogba sendiri turut membantu United meraih gelar juara Europa League 2017 dan Piala Liga 2017. Meski umpan-umpannya memukau, tapi kerja kerasnya dianggap kurang maksimal. Ia bahkan dianggap sebagai “virus” oleh sang pelatih, Jose Mourinho.
Pogba kembali ke Italia pada 2022 lalu. Namun, ia cuma tampil sekali di Serie A. Di awal musim, ia harus dioperasi karena cedera lututnya. Belum pulih benar, ia justru mengalami cedera hamstring di akhir musim.
Dalam wawancara dengan media Prancis, Views, Pogba mengingat 12 bulan terakhirnya yang buruk tersebut. Termasuk, ia menjelaskan alasan mengapa pergi dari United. Soalnya, ia merasa suporter United tak lagi mencintainya sehingga harus memikirkan ulang masa depannya.
“Saat aku meninggalkan Manchester, aku masih muda. Dan saat Anda masih muda, Anda ingin membuktikan sesuatu. Aku datang ke Juve, itu adalah ujian besar buatku. Namun, aku segera melihat cinta dari para suporter,” terang Pogba.
“Aku melihat cinta terhadap klub. Aku benar-benar suka bagaimana mereka bekerja dan banyak belajar. Aku kembali ke Manchester karena aku belum menyelesaikan pekerjaanku di sana. Aku bilang pada diriku sendiri ‘Aku benar-benar ingin bermain bersama para A [tim utama]. Aku berhasil melakukannya dan itu adalah tujuan yang berhasil dicapai untukku.”
“Kami sudah pernah menang, bukan Premier League, tapi gelar yang Manchester United belum pernah menangi dalam waktu yang lama. Dan aku kembali ke Juve, mengapa? Karena mereka adalah klub yang membantuku mendorong diriku sendiri.”
“Dan benar-benar rasa cinta dari para penggemar, rasa cinta dari klub yang aku dapatkan, aku tak mendapatkannya di Manchester. Aku cukup terkejut saat aku kembali ke Inggris, dengan label transfer yang diberikan padaku. Itu sungguh sedih.”
“Namun, keduanya adalah klub yang sangat aku cintai, yang membuatku tumbuh dan aku cuma bisa berterima kasih kepada dua klub tersebut. Mungkin aku bisa pergi ke klub lain, tapi adalah hatiku yang memilih klub tersebut dan aku biasanya mengikuti pilihan hatiku.”
Untuk para penggemar Manchester United, Pogba adalah sosok yang unik. Ia hebat tapi agaknya belum mencerminkan gaya khas United yang ngotot, pantang menyerah, dan serius. Pogba tidak sama dengan Roy Keane atau Gary Neville. Kepribadiannya yang senang bermain-main tak begitu disukai oleh para penggemar United.
Pogba sendiri merupakan kunci dari keberhasilan Prancis menjuarai Piala Dunia 2018. Ia menjadi pemain yang tak tergantikan di lini tengah Les Blues. Sungguh disayangkan talenta seperti Pogba tidak bisa maksimal di United karena pilihan hidupnya sendiri.
Sumber: Manchester Evening News