Angel Di Maria punya banyak cerita unik dalam hidupnya. Ia pernah dipinang dengan 26 bola sampai digaet senilai 60 juta paun, yang menjadikannya sebagai pemain termahal di Premier League kala itu. Berikut Setan Merah rangkumkan cerita-cerita unik tentang Di Maria.

Dibeli Dengan 26 Buah Bola

Bersama El Torito, Di Maria memang sudah menunjukan bakat menjanjikannya. Hingga akhirnya, Rosario Central melirik dan tertarik untuk mengontrak Di Maria yang saat itu baru berusia enam tahun. Namun permasalahannya adalah administrasi yang tidak bisa memakai uang untuk anak sekecil itu.

Akhirnya kedua klub bernegosiasi dan solusi dari permasalahan tersebut adalah pembayaran dilakukan dengan cara Rosario memberikan 26 bola untuk El Torito. “Kami tidak bisa meminta uang untuk anak seusianya, setelah berbincang lama, akhirnya kami mengajukan pertukaran Di Maria dengan 26 bola, dan akhirnya mereka sepakat,” ujar Tulio Zof, pencari bakat Rosario Central.

Cerita Baik dan Buruk di Balik Tato

Tato di tangan kiri Di Maria

Terlihat jelas bahwa tangan kiri Di Maria dipenuhi dengan tato. Namun, tato yang ia ukir itu memiliki makna, tidak sekadar untuk bergaya. Di Maria memang gemar membuat tato yang menurutnya dapat memberikan semangat dalam meniti karier.

Tato pertama ia buat ketika masih di Argentina. Sebelum pindah ke Portugal, ia bersama enam teman masa kecilnya memutuskan untuk membuat tato dengan kalimat yang sama yaitu ‘Dilahirkan di Perdriel dan itu hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup saya’. Mereka meminta izin kepada orangtua masing-masing sebelum membuat tato yang tentunya menjadi kenang-kenangan dan tanda pertemanan di antara mereka.

Tapi sepertinya Di Maria tidak akan selalu senang jika melihat setiap tato yang pernah ia buat. Apalagi tato bergambar angka tujuh di lengan bagian atasnya. Tato itu ia buat setelah bergabung bersama Manchester United, nomor tujuh adalah nomor punggung yang ia kenakan di United. Penggemar United pun banyak yang menyambut dengan senang tato Di Maria yang mengindikasikan masa depannya bersama United. Tapi Di Maria justru dicap sebagai transfer gagal United sebelum akhirnya pindah ke PSG.

Baca juga: Kisah Sedih Angel Di Maria

Sosok yang Sangat Mencintai Keluarga

Di Maria memang melabeli dirinya sendiri sebagai “family man”. Ia memberikan bagian yang cukup besar dari gajinya untuk diberikan kepada keluarganya. Setelah pindah ke Benfica, Di Maria meminta ayahnya untuk berhenti bekerja agar dapat berisirahat dan membelikannya rumah yang dapat ditempati oleh orang tua dan saudara perempuannya.

Karir Di Maria bersama Real Madrid diperkirakan tidak akan lama lagi setelah Los Blancos mendatangkan Gareth Bale dengan status pemain termahal dunia saat itu. Madrid juga mendatangkan Isco dan membuat stok penyerang mereka sangat menumpuk. Di Maria merupakan pemain yang akan dikorbankan saat itu, tapi Di Maria menolak untuk meninggalkan Madrid.

Alasannya adalah anak dari pernikahannya bersama Jorgelina Cardoso, Mia, yang lahir tiga bulan premature dan sedang menjalani perawatan intersif di Hospital Universitario Montepríncipe Madrid selama tiga bulan. Bahkan dokter menyebut bahwa peluang hidup Mia hanya 30%.

Mia akhirnya selamat dan bisa hidup normal setelah terus dirawat di ICU (Intensive Care Unit). Pada ulang tahun pertama Mia, Jorgelina mem-posting foto di Instagram dengan caption, ‘Tidak ada orang lain selain ayah dan ibu yang mengerti betapa sedihnya melihat wajah kamu (Mia) ditutupi oleh kabel medis. Tidak ada yang lebih sedih dibanding pulang dari rumah sakit dengan tangan kosong. Air mata membasahi bantal kami setiap malam. Dan sekarang kami dapat mengatakan bahwa kamu anak perempuan yang kuat, sehat, dan ceria. Kamu memenangkan pertarungan untuk hidup kamu, untuk hidup kami.”

Kutukan Cedera dan Runner-up Bersama Timnas Argentina

Di Maria sebenarnya mengawali karir bersama timnas Argentina dengan baik. Ia pernah membela timnas Argentina di Olimpiade Beijing 2008 bersama pemain bintang lainnya seperti Lionel Messi, Sergio Aguero, dan Eziquel Lavezi. Di Maria menjadi penentu kemenangan Tim Tango di partai puncak melawan Nigeria dengan sepakan kaki kirinya yang menjadi gol satu-satunya pada pertandingan itu.

Tapi kiprah Di Maria bersama timnas senior Argentina tidak seindah ketika membela timnas Argentina muda. Pada Piala Dunia 2014 di Brazil, Di Maria menjadi pemain andalan Argentina hingga akhirnya ia cedera pada babak perempat final melawan Belgia setelah sebelumnya ia mengkreasikan gol Gonzalo Higuain. Di Maria harus menepi hingga kompetisi usai. Argentina keluar sebagai juara kedua usai kalah dari Jerman di partai final.

Satu tahun kemudian, Di Maria kembali memperkuat timnas Argentina di Copa America 2015. Cederanya Lional Messi membuat ia ditunjuk sebagai kapten tim pada pertandingan persahabatan melawan Bolivia. Di Maria sukses mengantarkan Argentina ke final setelah mencetak dua gol dan satu asis pada babak semi final melawan Paraguay. Namun sayangnya ia harus cedera pada babak pertama partai final melawan Cile, dimana Argentina kalah adu penalti.

Copa America kembali diadakan satu tahun berselang dengan tajuk Copa Amreica Centenario, memperingati 100 tahun penyelenggaraan kompetisi ini. Di Maria sukses mencetak satu gol dan satu asis pada pertandingan pembuka melawan Cile. Ia mendedikasikan golnya untuk neneknya yang belum lama meninggal saat itu. Di Maria kembali harus pulang lebih cepat setelah cedera pada pertandingan kedua melawan Panama. Argentina sukses melaju hingga ke final sebelum akhirnya kembali kalah dari Cile.