Foto: Thetimes.co.uk

Setelah membawa Manchester United memenangi 38 trofi, termasuk di antaranya 13 Premier League dan dua gelar Liga Champions Eropa, Sir Alex Ferguson membuat pengumuman mengejutkan pada 8 Mei 2013. Setelah 26 setengah tahun menangani Setan Merah, Fergie memutuskan pensiun.

“Keputusan untuk pensiun adalah keputusan yang sudah saya pikirkan dengan matang. Ini adalah waktu yang tepat,” kata Ferguson.

Ada banyak versi jika membahas mengenai alasan Ferguson untuk pensiun. Ada yang menyebut kalau Ferguson merasa sudah cukup atas prestasi yang diraih. Akan tetapi, ada juga yang menyebut kalau manajer kelahiran Govan ini pensiun karena segala taktik dan pendekatannya sebagai manajer sudah tidak cocok dengan kondisi sepakbola saat ini.

Selain itu, ada beberapa alasan lain terutama yang menyangkut masalah pribadi. Kesehatan adalah salah satunya. Pada 2003, Ferguson mengalami gangguan jantung yang memaksanya melakukan terapi kejut listrik dan pemasangan ring jantung. Pada Desember 2012, hidung Fergie pernah mengeluarkan darah setibanya dia di rumah.

Namun dalam buku autobiografinya, Fergie memutuskan pensiun agar bisa lebih dekat dengan Cathy, istrinya. Saat Ferguson masih menangani United, kehidupan Cathy kerap ditemani oleh Bridget, kakak kandungnya. Setelah sang kakak meninggal pada Oktober 2012, Fergie merasa kalau inilah waktunya untuk fokus kepada Cathy.

“Ketika kakak perempuan Cathy meninggal dunia pada Oktober silam, kejadian tersebut langsung mengubah hidup kami. Cathy mulai merasa kesepian. Joel (Glazer) memahami keputusan saya dan kami mengadakan pertemuan di New York. Dalam pertemuan itu, ia meminta saya untuk meralat keputusannya. Saya katakan, saya tidak bisa lagi mengubah keputusan saya,” ujarnya.

“Kematian kakak perempuan istri saya telah membuat perubahan yang begitu dramatis. Dan saya ingin pensiun sebagai seorang pemenang. Jadi, saya berhenti ketika saya sedang meraih kejayaan.”

Sepanjang musim 2012/13 tidak ada gosip yang menyebut kalau mantan manajer Aberdeen ini akan menyudahi kariernya. Satu-satunya orang yang mengetahui kalau Fergie akan pensiun adalah David Gill yang sudah mengumumkan rencana untuk undur diri pada Februari 2013.

Keputusan pensiunnya Fergie yang mendadak tentu membuat orang-orang yang bekerja bersamanya merasa terkejut. Tidak terkecuali para pemain. Fergie menulis dalam bukunya kalau beberapa pemain menunjukkan raut wajah yang tidak percaya. Terutama mereka yang datang pada musim terakhir Ferguson seperti Shinji Kagawa dan Robin Van Persie. “Di otak para pemain, timbul pertanyaan: “Apa manajer yang baru akan menyukai saya? Bisa jadi saya akan berakhir setelah ini,” tulis Fergie.

Era Baru yang Justru Lebih Gelap

Momen ini yang kemudian membawa Manchester United menuju era baru. Sayangnya, era baru yang dimaksud justru adalah era kegelapan. Setelah piala ke-38 diangkat, United kemudian tidak sama lagi dengan sebelumnya. Pergolakan demi pergolakan terus-menerus muncul yang membuat klub ini justru semakin terbenam menuju keterpurukan.

Mereka kerap bergonta-ganti pelatih. Dalam enam musim, sudah lima sosok, termasuk caretaker, yang berada di pinggir lapangan. Semuanya tidak memiliki garansi untuk membawa kesuksesan. Jikalau ada yang berhasil memberikan gelar, maka nasib mereka tetap tidak akan bertahan lama layaknya Van Gaal dan Mourinho.

Soal penerus, Fergie sebenarnya punya tiga kandidat untuk menggantikannya saat itu. Mereka adalah Pep Guardiola, Carlo Ancelotti, dan Jose Mourinho. Akan tetapi, tidak ada yang berhasil direkrut. Pep sudah memilih Bayern Munich serta ia merasa bahasa Inggrisnya belum terlalu bagus. Ancelotti sudah kepalang bilang ‘iya’ kepada Real Madrid. Sementara Mourinho sudah berjanji untuk kembali ke Chelsea aapbila ia kembali ke Inggris.

Ferguson kemudian hanya sanggup digantikan oleh David Moyes, manajer yang prestasinya hanya sekadar membawa Everton finis pada urutan empat muism 2004/05. Sempat menjanjikan di awal, namun Moyes hanya bertahan sepuluh bulan saja. Sejak saat itu, tradisi pecat memecat manajer menjadi rutinitas United pasca Sir Alex Ferguson.

Warisan pemain yang ditinggalkan Fergie pun sebenarnya tidak terlalu istimewa. Ya, masih ada nama-nama macam Rio Ferdinand, Nemanja Vidic, Patrice Evra, dan Wayne Rooney dalam skuad. Akan tetapi, performa mereka saat itu sudah habis dan mulai kesulitan bersaing dengan para pemain lain.

Pemain lain macam Danny Welbeck, Tom Cleverley, Alex Buttner, dan Anderson juga tidak berkembang. Melempemnya mereka semua setelah Fergie pensiun adalah bukti kalau sosok yang pernah menjadi striker ini adalah manajer yang jenius. Dengan pemain medioker seperti keempat nama di atas, Sir Alex sukses membuat keempatnya mampu mengeluarkan permainan terbaik.

Sosok Ferguson memang sudah tidak lagi hadir sebagai manajer. Akan tetapi, wujudnya masih wara-wiri saat tim sedang bertanding di manapun dan kapanpun. Hal ini tidak lepas dari statusnya yang kini sebagai dewan kehormatan. Namun kehadiran Ferguson di tribun justru menjadi momok bagi manajer United sekarang. Tak ayal, setiap manajer baru United yang gagal membawa United menang pada setiap pertandingan, maka kamera televisi akan mencari-cari sosoknya yang terpaksa menikmati United yang sekarang. United yang tertinggal dalam kegelapan.