Musim 2007/2008 adalah musim yang cukup fantastis bagi Manchester United. Mereka menutup musim dengan menjadi juara Premier League dan Liga Champions Eropa. Namun pada musim tersebut, United seharusnya bisa mengulangi pencapaian mereka sembilan tahun sebelumnya yaitu meraih treble. Sayangnya, United mendapatkan kesialan pada turnamen tersebut.

Setan Merah punya kesempatan yang cukup besar untuk meraih Piala FA dan berpotensi meraih tiga gelar. Hingga babak 16 besar, pesaing-pesaing United gugur satu per satu. Liverpool kalah dari Barnsley di Anfield, Arsenal rontok di Old Trafford. Hanya Chelsea yang bisa dikatakan pesaing kuat United pada babak 8 besar. Sisanya adalah klub medioker seperti Portsmouth, Barnsley, Middlesbrough, Cardiff, Bristol City, dan West Bromwich Albion.

Undian kemudian mempertemukan United dengan Portsmouth. Pompey merupakan tim kuda hitam yang saat itu mengejutkan Premier League dengan berada di jajaran 10 besar. Para pemainnya juga diisi nama-nama tenar seperti David James, Lauren, Glen Johnson, Lassana Diarra, Sulley Muntari, hingga duet striker Milan Baros dan Nwanko Kanu.

Portsmouth memang tidak bisa dianggap remeh, namun United punya keuntungan yaitu bermain di kandang sendiri. Kualitas pemain yang dimiliki pun jauh lebih baik ketimbang kepunyaan Harry Redknapp. Lagipula, beberapa bulan sebelum laga ini, United mengalahkan mereka 2-0 melalui dua gol Cristiano Ronaldo.

Memainkan Scholes, Ronaldon, Hargreaves, Rooney, dan Tevez, United hanya butuh enam menit untuk mengancam pertahanan Portsmouth. Akselerasi Cristiano Ronaldo dihentikan secara ilegal oleh Sylvain Distin. Namun Martin Atkinson tidak menunjuk penalti yang membuat Ferguson berang.

Menit ke-18, kolaborasi Rooney dan Tevez sukses membuat lini pertahanan Portsmouth berantakan. Sudah melewati David James, striker asal Argentina itu kemudian menendang bola yang sayangnya bisa diblok oleh Glen Johnson tepat di garis gawang. Peluang demi peluang terus dibuat Setan Merah. Namun pertahanan Portsmouth begitu solid dan tertolong oleh kemampuan David James. Skor 0-0 menutup 45 menit pertama.

Pada babak kedua, mimpi buruk menimpa United. Van Der Sar tidak bisa melanjutkan pertandingan dan digantikan oleh Tomasz Kuszczak. Namun pergantian penjaga gawang tampak tidak mempengaruhi sektor lain karena mereka terus menguasai pertandingan. Namun dominasi United tetap terasa semu karena tidak ada gol yang tercipta.

Pada menit ke-70, United punya peluang yang kalau kata komentator sepakbola Indonesia adalah peluang emas 24 karat. Carrick sukses melewati David James dan tinggal menceploskan bola ke gawang yang kosong. Jarak Carrick dengan gawang kurang dari lima meter namun Distin mampu menggagalkan serangan tersebut. Dua menit kemudian, sepakan Evra membentur tiang. Sebuah pertanda kalau United tidak diizinkan untuk menang.

Anggapan itu semakin kuat ketika 15 menit jelang pertandingan berakhir, Baros sukses melewati Kuszczak sebelum dijatuhkan oleh penjaga gawang Polandia tersebut. Kartu merah keluar dari saku Atkinson. United bermain 10 orang, pergantian pemain sudah habis. Ingin mengulangi kisah John O’Shea di White Hart Lane, Rio Ferdinand menjadi penjaga gawang.

Rio sukses membaca arah penalti tersebut, tapi bola sepakan Muntari kepalang keras sehingga masuk ke gawangnya. Portsmouth unggul 1-0 di sisa pertandingan yang tinggal 12 menit lagi. Segala cara dilakukan United untuk bisa memaksa pertandingan ulang namun tidak berhasil. Setan Merah tersingkir dan meneruskan tren United yang gagal ketika menghadapi tim asuhan Harry Redknapp pada ajang tertua tersebut.

“Pertandingan yang konyol. Saya sulit menjelaskannya. Manajer bisa dipecat akibat hal-hal seperti itu. Pertandingan yang dirusak oleh kepemimpinan wasit,” tutur Ferguson dengan marah. “Keith Hackett, Dewan Pertandingan Profesional di Inggris, dia tidak melakukan pekerjaannya dengan baik. Penampilannya hari ini membuat kami tidak ingin dipimpin olehnya ketika tim bermain di kandang.”

Nasi sudah menjadi bubur, protes Ferguson sudah tidak ada artinya lagi. United sudah pasti kalah. Ambisi meraih tiga gelar dalam semusim kandas oleh Portsmouth. Sementara sang penakluk terus melaju tanpa henti hingga akhirnya pada 17 Mei 2008, mereka meraih trofi Piala FA keduanya setelah menunggu selama 69 tahun.