Membuang Calon Pemain Top

Jika berbicara tentang pemain yang dibuang Jose Mourinho, sepertinya nama Kevin De Bruyne akan langsung terlintas dalam pikiran. Pemain asal belgia itu tidak kunjung diberi kesempatan bermain. Mourinho bahkan pernah memperlakukan De Bryune secara tidak adil. De Bruyne menceritakan bahwa ia dan lima gelandang serang lainnya dipanggil Mou. Mou membandingkan statistik gol, asis, persentase umpan, umpan kunci, dan dribel sukses.

Pemain asal Belgia ini merasa itu tidak adil karena ia bermain lebih sedikit dari pemain lainnya. Konflik semakin memuncak sehingga De Bruyne yang tidak kunjung diberi kesempatan bermain, akhirnya memutuskan pergi ke Wolfsburg di bursa transfer Januari 2014 setelah hanya mencatatkan tiga penampilan di semua kompetisi selama enam bulan.

Bersama Wolfsburg, De Bruyne sukses menunjukkan performa gemilang. De Bruyne mengemas 16 gol dan 27 asis pada musim 2014/2015 yang membuatnya menjadi pemain terbaik Bundesliga. Ia lalu bergabung dengan Manchester City dengan mahar 55 juta paun dan menjelma menjadi salah satu gelandang terbaik di dunia.

Selain De Bruyne, Mou juga pernah ‘membuang’ Muhammad Salah dan Juan Cuadrado yang keduanya menjadi pemain penting klub masing-masing sekarang.

Terjun Bebas dari Tahta Juara Liga

Mourinho memutuskan untuk kembali ke Chelsea pada musim 2013/2014. Semusim setelahnya, ia berhasil membawa The Blues meraih titel Liga Inggris. Catatan apik kembali ia torehkan. Musim itu, Chelsea berada di puncak dari partai pembuka hingga akhir musim dan hanya kalah tiga kali.

Banyak yang memprediksi Chelsea akan menjadi kandidat kuat untuk menjuarai liga musim selanjutnya. Tapi, entah bagaimana, Mourinho tak mampu menjaga performa Chelsea. The Roman Emperor bahkan sempat terpuruk di posisi 15 klasmen. Dari 12 patai pertama, Chelsea hanya mampu meraih 11 poin. Tekanan pun tertuju pada Mourinho yang tak berhenti menuai kontroversi. Ia mengungkapkan kepada media bahwa pemainnya bekerja sama untuk melawan dirinya.

Pada 15 Desember 2016, Mourinho akhirnya kembali dipecat oleh Chelsea menyusul sembilan kekalahan dari 16 pertandingan pertama. Padahal, ia baru memperpanjang kontrak hingga 2019 di bulan Agustus.

Kemampuan yang Diragukan di Awal Musim Bersama Manchester United

Mourinho tidak lama kehilangan pekerjaan meskipun terpuruk bersama Chelsea. Ia menandatangani kontrak berdurasi tiga tahun bersama Manchester United. Mourinho dipercaya bisa mengembalikan masa kejayaan United dibawah asuhan Sir Alex Ferguson. Penunjukan Mourinho juga dipengaruhi oleh Ferguson yang merasa Mourinho-lah yang bisa menjadi suksesornya.

United berhasil memenangkan empat laga pertama di semua ajang. Namun Mourinho kembali terjun bebas setelah tiga kekalahan beruntun tak dapat terelakan setelahnya. Usai takluk pada Derby Manchester, United mengalami kekalahan melawan Feyenoord di Europa League dan Watford di liga. Kemampuan Mourinho pun kembali dipertanyakan.

Pada pertengahan September lalu, kritik pedas terlontar dari salah satu legenda United, Roy Keane. Kesal dengan performa buruk United, Keane menyebut yang seharusnya dijuluki The Special One adalah Pep Guardiola, bukan Mourinho.

“Dua pelatih di Manchester. Mourinho menilai dirinyalah The Special One. Tapi buat saya pria ini (Guardiola) lebih tepat menyandang julukan itu. Kita telah sering melihat City start bagus dan mereka sedikit kendor kemudian. Tapi, saya tidak berpikir hal itu akan terjadi di bawah Guardiola,” ujar Keane.

Saat itu sepertinya adalah saat-saat dimana Mourinho harus berada di babgian bawah roda kehidupan. Mourinho kalah 13 kali dalam 34 pertandingan terakhirnya. Padahal sebelumnya, ia hanya kalah 16 kali di 116 partai.

Kesulitan Kala Menghadapi Barcelona

Setelah empat tahun menjadi asisten pelatih di Barcelona, ia kembali ke Portugal untuk menjadi asisten pelatih Benfica. Ia lalu melatih berbagai klub dan sukses meraih trofi. Tapi, Mourinho sebenarnya menginginkan posisi pelatih Barcelona. Ia adalah kandidat kuat pengganti Frank Rijkaard. Namun, petinggi Barca lebih mempercayakan posisi tersebut kepada Pep Guardiola yang baru semusim menjadi pelatih, itupun hanya menjadi pelatih Barcelona B.

Mourinho akhirnya berambisi untuk mengalahkan Guardiola dan Barcelona-nya. Namun, catatan buruk Mourinho ketika melawan Barca kembali berlanjut ketika ia menukangi Real Madrid. Berhadapan dengan Barca dalam tajuk El Clasico, Mou hanya mampu memenangkan lima pertandingan dari total 17 pertemuan.

Kegagalan itu membuat head to head-nya melawan Barca semakin buruk. Mou hanya mampu memenangkan dua dari enam laga bersama Chelsea, dan hanya mampu sekali mengalahkan Bara dari total empat pertandingan kala membesut Inter. Sepanjang karirnya, ia hanya mampu memenangkan delapan laga dari 27 pertemuan melawan barca.

Kekalahan di Pengadilan

Selain seputar sepakbola, Mou juga pernah mengalami kekalahan di pengadilan. Ia berusaha untuk menghentikan penjualan buku berjudul Jose Mourinho: Made In Portugal yang ditulis oleh jurnalis Louis Lourenco. Buku tersebut bukanlah buku yang dikonfirmasi realitanya oleh Mourinho.

Buku ini menggambarkan kehidupan keluarga Mourinho dan ketakutannya. Sayangnya, Mourinho gagal meyakinkan hakim untuk melarang buku tersebut dijual. Hakim memutuskan buku tersebut masih boleh dijual karena dianggap tidak melanggar aturan apapun.