Bulan Mei 1999 menjadi momen yang tidak akan pernah bisa dilupakan oleh Manchester United dan para penggemarnya di seluruh dunia. Hanya dalam kurun 10 hari, Setan Merah sukses membuat sejarah baru bagi dunia sepakbola Inggris. Mereka meraih tiga gelar sekaligus yaitu Premier League, Piala FA, dan Liga Champions.

Gelar Piala FA menjadi piala kedua yang diangkat Roy Keane cs. Pada tanggal 22 Mei 1999, United bertarung di Wembley untuk menghadapi Newcastle United pada partai puncak yang berlangsung sengit. Meski Newcastle punya kualitas pemain yang jauh di bawah United, namun ambisi mereka untuk meraih piala ini cukup besar mengingat sudah 44 tahun mereka tidak bisa mengangkat piala ini.

Namun bekal United menuju Wembley jauh lebih mentereng sehingga mereka lebih dijagokan untuk menang. Dalam perjalanannya, mereka menyingkirkan tiga tim kuat yaitu Liverpool, Chelsea, dan Arsenal. Klub yang disebut terakhir menyajikan pertandingan yang ketat hingga memaksa pertandingan harus diulang.

Akan tetapi, United justru mendapat masalah pada 10 menit ketika babak pertama dimulai. Tekel dari belakang yang dilakukan Gary Speed membuat Roy Keane tidak bisa melanjutkan pertandingan. Tidak memiliki stok gelandang tengah di bangku cadangan, Fergie justru memainkan Teddy Sheringham. Ia menggeser Beckham di sisi sayap menjadi gelandang tengah, sementara Solskjaer mengisi posisi yang ditinggalkan Beckham.

Kehilangan Keane sempat membuat Newcastle beberapa kali mengancam gawang Schmeichel. Akan tetapi, beberapa ancaman tersebut hanya seperti gertakan saja karena United langsung unggul beberapa saat kemudian. Bekerja sama dengan Scholes, Sheringham melepaskan sepakan melewati sela-sela kaki dari penjaga gawang Steve Harper. Lagi-lagi Fergie membuktikan kapasitasnya sebagai sosok yang pandai membaca alur permainan.

Akan tetapi, gol Sheringham tersebut menjadi satu-satunya gol yang tercipta pada babak pertama. Beberapa peluang United yang dibuat Andy Cole dan Sheringham sia-sia. Meski begitu, Newcastle juga tidak bisa memanfaatkan beberapa peluang yang ada sehingga United kembali ke kamar ganti dalam kondisi unggul.

Pada babak kedua, manajer Newcastle, Ruud Gullit, memasukkan Duncan Ferguson untuk menggantikan Dietmar Hamann. Ferguson adalah penyerang yang hobi mencetak gol ke gawang United saat masih membela Everton. Kecakapan Ferguson menyambut bola-bola atas diharapkan bisa membahayakan gawang United.

Akan tetapi, Newcastle tidak bisa menutupi masalah mereka pada lini pertahanan. Nikos Dabizas tidak bisa menghadapi pressing dari Ryan Giggs. Sapuannya berhasil diserobot oleh Solskjaer yang mengarah ke Teddy Sheringham. Teddy yang membelakangi gawang Newcastle kemudian memberikan umpan kepada Scholes yang langsung disambut dengan tendangan mendatar yang tidak bisa dijangkau Harper.

Alan Shearer dan rekan tampak tidak beruntung. Semenit setelah gol Scholes, mereka mendapat peluang dari Temuri Ketsbaia yang membentur tiang. United juga sama. Mereka punya banyak kesempatan untuk memperlebar keunggulan. Namun tidak satu pun ancaman dari Yorke, Scholes, dan Giggs yang bisa menjadi gol. Skor 2-0 bertahan hingga pertandingan beres dan United mendapat gelar keduanya sekaligus Piala FA ke-10 sepanjang sejarah.

Kemenangan ini jelas disyukuri oleh Sir Alex Ferguson. Selain meraih gelar kedua dan membuka kesempatan meraih tiga gelar, kemenangan ini mereka dapat saat situasi tim sedang sulit. Beberapa hari sebelum pertandingan, Ferguson mendapati beberapa pemainnya berada dalam kondisi kurang sehat karena terkena flu.

“Kami semua menderita sedikit flu beberapa hari ini, tetapi saya merasa baik-baik saja. David Beckham, Gary Neville, dan beberapa pemainnya berjuang dengan serangan flu tersebut,” kata Paul Scholes.

Di sisi lain, Ferguson mengatakan, “Ini musim yang luar dan sekali lagi para pemain saya sukses meraih kemenangan. Kami mencoba mengatur kembali tim setelah Keane pergi tetapi Sheringham mampu bermain luar biasa. Kami memiliki keputusan besar untuk memutuskan apakah akan mengambil risiko bagi beberapa pemain. Keputusan kami berjalan baik dan sekarang saatnya memikirkan Eropa.”

Jika kubu United merasa begitu gembira, maka lain halnya dengan Newcastle. Untuk kedua kalinya secara beruntun, mereka kalah pada partai final. Jika tahun sebelumnya, mereka tidak bisa membendung keperkasaan Arsenal yang meraih dua gelar, kini mereka tidak bisa membendung keperkasaan Setan Merah. Pertandingan dua dekade lalu sekaligus kali terakhir mereka bermain di stadion Wembley.