Foto: United In Focus

Apa yang Dylan Levitt tampilkan selama 90 menit membuatnya berkesempatan untuk selalu bermain rutin bersama tim utama.

***

Berada di lingkungan baru mengharuskan kita untuk membuat kesan pertama semenarik mungkin. Kita perlu first impression agar mendapatkan kesan baik dari orang-orang yang baru pertama kalinya melihat kita. Kesan yang baik akan membuat kita berpeluang dipandang positif oleh orang yang melihat kita.

Begitulah yang harus dilakukan para pemain akademi Manchester United agar ambisi mereka untuk melangkah ke tim utama cepat terealisasi. Mason Greenwood dan Brandon Williams begitu nyaman berada di tim utama karena kesan pertama mereka yang positif. Di sisi lain, Angel Gomes dan Tahith Chong nampak belum memberikan kesan yang bagus bagi para penggemarnya. Hal ini membuat keduanya kembali menghabiskan waktu bersama tim U-23 dan bahkan berpeluang untuk dijual atau dipinjamkan ke tempat lain.

Satu pemain lain berpotensi untuk menyusul Greenwood dan Williams berkat kesan positif saat perkenalan. Dia adalah Dylan Levitt. 90 menit penampilannya di kandang Astana membuat namanya diprediksi akan sering dibawa Ole Gunnar Solskjaer untuk bermain bersama tim utama pada sisa musim ini.

Catatan statistiknya terbilang lumayan bagus untuk ukuran pemain yang baru bertanding pertama kali. 100 dari 104 umpannya menemui sasaran. 54 diantaranya merupakan umpan-umpan ke depan. Selain itu, 30 umpan diantaranya diberikan langsung ke sepertiga akhir. Akurasi tekelnya juga 100 persen dan ia empat kali melakukan recoveries.

Pemahamannya yang baik bersama James Garner membuat United beberapa kali berhasil mengontrol bola di lini tengah. Kinerja duet ini bahkan mendapat pujian dari legenda tim, Paul Scholes. “Dua pemain di tengah yaitu Garner dan Levitt mengesankan. Mereka membuat pertandingan berjalan baik dan membuat kendali permainan United menjadi lebih baik,” tuturnya.

Ucapan ini memang terkesan berlebihan, namun melihat visi Dylan ketika membawa dan mengalirkan bola, serta kepekaannya dalam membaca situasi lini tengah, maka sepintas ia mirip seperti Paul Scholes ketika baru pertama kali melangkah masuk tim utama.

Satu momen yang membuatnya mirip dengan Scholes adalah ketika ia melakukan gerak tipu yang membuat salah satu pemain Astana terjatuh. Bahkan dalam pertandingan tim U-23, ia melepaskan umpan panjang yang mengingatkan kita kepada pemain yang pernah memakai nomor 22 tersebut. Bukan tidak mungkin ia bisa menjadi seperti Scholes asal ia mau bekerja keras dan memanfaatkan kesempatan main sebaik mungkin.

Meski begitu, masih ada cacat dalam diri Dylan. Meski terlibat dalam build up play Setan Merah, namun ia hanya membuat satu umpan kunci. Akan tetapi, penampilannya secara keseluruhan memberi gambaran tentang seberapa baiknya Dylan Levitt untuk menjadi pemain masa depan klub. Ole Gunnar Solskjaer kini tinggal mengasahnya saja untuk menjadi pemain yang lebih baik lagi.

November Indah Bagi Dylan

November 2019 menjadi bulan yang mungkin akan selalu dikenang oleh Dylan. Debut melawan Astana mungkin menjadi hadiah terbesar bagi dirinya yang baru memasuki usia 19 tahun pada 17 November lalu. Sepekan sebelumnya, ia bahkan sudah menandatangani kontrak jangka panjang bersama klub hingga 2022 atau setahun setelah kontrak profesional yang ia dapat.

Musim lalu Dylan menjadi pemain yang berhak membawa pulang trofi Jimmy Murphy Young Player of the Year, penghargaan yang setahun sebelumnya diraih oleh Mason Greenwood. Dylan sendiri sudah bermain bersama United sejak usianya baru delapan tahun. Hanya butuh 12 bulan baginya untuk melangkah dari tim U-18 ke U-23.

Penampilan yang apik bersama tim cadangan musim ini membuat namanya sempat dipanggil oleh timnas senior Wales untuk menjalani kualifikasi Piala Eropa 2020 beberapa waktu lalu. Oleh Ryan Giggs, Dylan sudah dipanggil tiga kali ke tim senior meski ia belum mencatat satu menit pun. Jika ia terus menunjukkan penampilan yang apik, namanya bisa saja dibawa untuk Euro 2020 musim panas nanti.

“Dylan tidak pernah gagal mengesankan staf timnas Wales. Dia anak laki-laki yang hebat. Dia punya kemampuan teknis, pemahaman tentang permainan dan pengetahuan sepakbola yang layak untuk diapresiasi,” kata Gus Williams, manajer identifikasi bakat nasional sepakbola Wales.

***

Setelah melawan Astana, Dylan mungkin akan kembali berjibaku dengan kesebelasan U-23. Di sana, ia akan berlatih dan bekerja keras untuk bisa terus berada di tim utama bersama Greenwood dan Williams. Cela yang masih muncul ketika melawan Astana coba diperbaiki agar peluang baginya bermain pada laga-laga seperti melawan Colchester pada Piala Liga atau laga terakhir Europa League melawan AZ Alkmaar terbuka lebar.

Sembari menunggu hal itu terealisasi, ia kini sudah mengantungi modal yang begitu besar yaitu rasa rindu yang berat dari para penggemar Setan Merah untuk menyaksikan penampilan Dilan, eh Dylan maksudnya.