Saat sebuah film berhasil merajai tangga Box Office maka sorotan serta pujian akan mengarah kepada sutradara serta aktor atau aktris utamanya. Padahal sebuah film juga tidak akan sukses tanpa adanya seorang pemeran pembantu yang juga memberikan kontribusi cukup besar.

Di era 1960-an, sebuah film bernama Manchester United memiliki sutradara kondang bernama Matt Busby. Film tersebut merajai beberapa kompetisi dengan George Best, Denis Law, dan Bobby Charlton, sebagai aktor utamanya. Puja dan puji diberikan kepada nama-nama tersebut tanpa melihat adanya pemain lain yang bertindak sebagai pemeran pembantu.

Satu nama yang luput dari kesuksesan Setan Merah pada masa itu adalah Paddy Crerand. Di saat trinitas suci United itu bermain apik, ada orang yang mengontrol mesin United tetap panas di setiap laganya dan orang itu adalah Crerand. Keberadaannya di lini tengah menjadi faktor kesuksesan klub pasca Tragedi Munich.

Paddy direkrut pada 1963 dari Celtic dengan nilai 43 ribu paun. Dia adalah nama yang disebut pertama oleh Denis Law saat ia ditanya oleh Busby siapa pemain tengah yang pantas direkrut pasca kehilangan beberapa pemain karena Tragedi Munich.

Tentang Tragedi Munich, baca empat serinya di sini.

Ia memiliki sifat keras khas kelas pekerja layaknya Sir Alex Ferguson. Sifatnya ini sudah dia miliki sejak masih berusia dua tahun. Ketika Paddy masih belajar berjalan, sang Ayah tewas karena serangan Perang Dunia II. Saat usianya 10 tahun, kakaknya meninggal tiba-tiba saat mendengarkan radio.

Semua tragedi ini kemudian menempa Paddy menjadi sosok yang tangguh. Dan sepakbola menjadi alat untuk mengembangkan potensinya. Ia menjadi bintang selama lima tahun di Celtic sebelum merapat ke Manchester.

Ketika fans United zaman sekarang mengagumi kerasnya permainan Roy Keane dan keagungan umpan seorang Paul Scholes, maka Paddy Crerand adalah orang yang bisa mengombinasikan kedua atribut tersebut sebagai senjata utamanya.

Paddy memang gemar bermain keras, tapi bukan karena dia pemain kasar melainkan karena memang tubuhnya yang keras membuat ia tidak mudah dijatuhkan. Sebaliknya, ia akan mengintimidasi lawan-lawannya melalui gerak tipu sebelum memberikan bola kepada dua pemain sayap yang ada di depan maupun belakangnya.

Keberanian Paddy tidak hanya terjadi di dalam lapangan, di luar lapangan Paddy adalah pemain yang siap berdiri apabila Manchester United mendapat kritik yang menurutnya tidak sesuai atau dibuat-buat. Kejadian di Australia pada 1967 menggambarkan kalau pemain kelahiran Glasgow ini tidak kenal takut.

“Saat kami menjalani pramusim, hotel kami dibobol pencuri dan pihak hotel melarang kami untuk mendekat karena perampok tersebut masih berkeliaran di dalam dan memegang senjata. Ketika semua pemain berlari ke bawah, Paddy dengan tenang mencari perampok tersebut dan bersiap melumpuhkan mereka,” ujar salah satu rekannya di United, David Sadler.

Akurasi umpannya yang terbilang akurat membuat Sir Matt tidak merasa khawatir kalau lini tengah dikuasai sendirian olehnya. Hal ini bahkan memudahkan kinerja dari rekannya, Nobby Stiles yang berfokus membantu pertahanan.

Di saat pemain-pemain lain menjadikan lengkungan bola sebagai kekuatan umpan, Paddy justru menjadikan gerak bola lurus mematikan sebagai poin penting penampilannya. Dalam video yang diunggah di situs Youtube, terlihat bahwa ciri khasi umpan Crerand adalah bola-bola lurus yang mengarah langsung ke kaki atau kepala para pemain depan. Hal ini pernah dia ungkapkan dalam buku yang berjudul Book of Soccer Denis Law pada 1965.

“Banyak orang mengatakan bahwa keahlian saya adalah operan lurus mematikan. Sejak bocah saya sudah melatihnya sehingga bola bisa bergerak lurus tanpa adanya lengkungan sama sekali. Kebanyakan saya menggunakan kaki luar dengan ujung kaki agak menekuk ke dalam saat kaki saya mengenai bola,” tuturnya.

Delapan tahun membela United, ia mencatatkan 397 penampilan dan membuat 15 gol serta mengumpulkan tujuh gelar bersama Iblis Merah. Namanya tercatat sebagai pesepakbola terbaik Skotlandia dan masuk dalam Scotish Football Hall of Fame pada tahun 2011.

Jika Manchester United memberikan penghargaan kepada Sir Alex atau Sir Bobby Charlton dengan menjadikan nama mereka sebagai nama tribun, maka United dalam hal ini MUTV memberikan salah satu acara khusus bernama The Paddy Crerand Show. Acara ini sudah bertahan cukup lama karena menampilkan opini Paddy Crerand mengenai perkembangan United.

Saat ini, Paddy masih bekerja untuk MUTV. Dia masih berkeliling dunia untuk menjalani tugasnya sebagai komentator. Tidak ada tanda-tanda darinya untuk berhenti. Ia bahkan masih memiliki energi yang berapi-api untuk menjalankan aktivitasnya tersebut.

“Saya tidak akan berhenti karena satu hal. Saya cinta Manchester United dan saya bangga bisa bekerja bersama klub yang saya cintai ini.”

Cerita ini sebagai persembahan Setan Merah Untuk Paddy Crerand yang berulang tahun ke 79 pada 19 Februari lalu.