Sebelum kehadiran sosok Nemanja Matic, Manchester United juga pernah memiliki satu pemain lagi bernama Nemanja. Layaknya Matic, Nemanja yang satu ini juga begitu dicintai oleh para penggemarnya. Pemain tersebut berposisi bek tengah dan menjadi sosok yang tidak tergantikan dari periode 2006 hingga 2014. Sosok tersebut bernama Nemanja Vidic.

Pasangan Dragoljub dan Zora mungkin tidak menyangka bahwa anaknya yang bernama Nemanja Vidic kelak akan menjadi pesepakbola. Maklum keduanya tidak ada latar belakang sebagai olahragawan mengingat Ayah dan Ibunya bekerja sebagai pekerja tambang dan pegawai bank. Akan tetapi Dragoljub begitu suka menonton sepakbola.

Vidic baru serius untuk bermain sepak bola ketika usianya tujuh tahun. Ia menigkuti sang kakak, Dusan yang bermain untuk klub lokal Jedinstvo Uzice. Ketika di usianya yang ke-12, ia hijrah ke Sloboda Uzice. Meski karirnya sebagai pesepakbola sudah terlihat, namun Vida tidak diperkenankan untuk keluar dari sekolahnya dan hanya berlatih ketika ada waktu luang.

Di usianya yang ke-15, klub Ibukota Serbia Red Star Belgrade merekrutnya. Bersama juara Piala Champions 1991 tersebut, ia memulai karir pro nya sebagai pemain bola. Saat itu juga ia sudah mematenkan posisinya sebagai bek tengah. Hijrah ke Belgrade otomatis ia meninggalkan keluarganya di Uzice.

Ketangguhan mental Vidic semakin terlihat saat ia meyakinkan Ibunya untuk tidak lagi datang mengantarnya ke Belgrade. Dalam buku biografinya diceritakan bahwa Zora meneteskan air mata dan mengakui bahwa itulah salah satu hari terberat dalam kehidupannya. Akan tetapi Vidic menitipkan pesan kepada ibunya bahwa ia akan menjadi pemain sukses kedepannya.

Sayangnya karir Nemanja Vidic beberapa kali menemui sandungan. Pikirannya terpecah ketika mengetahui bahwa kota kelahirannya mendapat serangan bom dari tentara NATO yang melawan tentara Serbia di Kosovo. Di saat yang sama, ia juga mendapati kenyataan bahwa manajemen Red Star menganggap dirinya belum siap bermain bersama mereka.

Red Star kemudian meminjamkannya ke klub kecil bernama Spartak Subotica. Keberanian dan kekuatan mental seorang Vidic kembali ditempa menjadi lebih baik lagi ketika berhadapan dengan para penyerang yang hobi bermain kasar. Pada musim panas 2001, Vidic sudah siap meniti kehidupan barunya bersama Red Star.

Di Red Star, Vidic bersahabat dengan Vladimir Dimitrijevic, sosok yang seumuran dengannya. Sayangnya ketika segalanya berjalan baik, hidup Vidic tiba-tiba berubah menjadi kelam di dalam kegelapan.

Pada musim gugur 2001, Vladimir terkena serangan jantung ketika berlatih bersama Red Star. Nyawanya tidak tertolong dan meninggal dunia di usia ke-20. Kejadian ini sempat membuat dirinya sulit untuk menerima kenyataan. Impian yang mereka rajut untuk bersama-sama membawa Red Star terbang tinggi pun pupus.

“Hari itu adalah hari terburuk sekaligus menjadi hari paling menyakitkan dalam hidup saya. Dia tiba-tiba pergi. Saya tidak bisa menceritakan apa yang terjadi. Kejadian ini akan selalu bersama saya selamanya,” ujarnya.

“Saya dan Vladimir tidak terpisahkan. Kami sama-sama berasal dari Uzice, bermain bola di jalanan, dan direkrut Red Star bersama-sama. Sayangnya Vlada (panggilan Vladimir) tidak bersama kami lagi. Kami tidak terpisahkan karena kami ingin sukses bersama-sama.”

Ayah Vladimir sempat bercerita bahwa Vidic adalah orang yang baik. Ia menceritakan bagaimana ketika suami Ana Ivanovic (bukan yang petenis) ini menemani anaknya di rumah sakit.

“Vlada mengalami masalah jantung. Nemanja pergi dengannya di ambulans ke rumah sakit. Tapi semuanya terlambat. Mereka saling peduli satu sama lain. Nemanja adalah sosok yang dihormati rekan-rekannya. Jika dia ada kesempatan, ia selalu datang menemui kami dan pergi ke pemakaman Vlada.”

Vidic tidak ingin berlama-lama larut dengan kesedihan. Pada akhir musim kompetisi 2001/2002, ia membawa Red Star meraih Piala Yugoslavia. Semusim kemudian ia ditunjuk manajer Zoran Filipovic untuk menjadi kapten kesebelasan. Puncak keberhasilannya di Yugoslavia terjadi pada musim panas 2003/2004 ketika membawa Red Star meraih gelar Liga dan Piala Yugoslavia. Gelar yang ia persembahkan kepada sahabatnya yang pergi tiga tahun sebelumnya.

Tulisan ini dipersembahkan untuk Nemanja Vidic yang berulang tahun pada 21 Oktober lalu.