Foto: Thesun.co.uk

“Dia adalah pemain terbaik yang pernah saya liat dan pemain sepakbola terbaik yang pernah bermain bersama saya. Saya selalu bisa membandingkan diri saya dengan pemain hebat lainnya, kecuali Edwards. Ia adalah pemain berbakat dan saya selalu merasa lebih rendah dari dirinya.”

Itulah ungkapan dari seorang Bobby Charlton ketika mendeskripsikan seorang Duncan Edwards. Bobby yang begitu sempurna sebagai seorang legenda United ternyata belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Edwards. Hal ini menegaskan betapa hebatnya Edwards sebagai pemain United saat itu.

Jika ungkapan Charlton terdengar subjektif karena ia adalah rekan setimnya, maka kita bisa mendengar kehebatan Edwards dari komentar orang-orang di luar lingkup Manchester United. Pemenang Ballon D’Or edisi pertama, Stanley Matthews, menyebut Edwards sebagai “batu karang di tengah laut bergolak”. Sementara itu, Bobby Moore pernah bolos sekolah hanya untuk menyaksikan Edwards bermain. Terry Venables bahkan menyebut jika Edwards tidak meninggal secara cepat, maka ia adalah kapten Inggris pada 1966.

Edwards adalah pemain serba bisa yang mampu bermain di banyak posisi. Posisi utamanya adalah seorang bek sayap. Namun, Edwards juga bisa bermain sebagai seorang penyerang. Ia bahkan pernah menjadi striker dan mencetak dua gol dalam satu pertandingan. 21 gol yang ia buat adalah bukti kalau dia juga bisa tajam bermain di lini depan.

Edwards memiliki ketangguhan fisik yang mumpuni di zamannya. Wajar saja, ia selalu ingin lebih dibanding rekan-rekannya yang lain soal kebugaran. Jika pemain lain hanya berlari keliling lapangan sebanyak empat kali, maka Edwards akan melakukannya sepuluh kali. Fisiknya yang kuat membuat Edwards punya kemampuan untuk menjelajah seluruh sisi lapangan. Ketika membawa bola, Edwards akan mengeluarkan trik-trik yang bisa mengecoh para lawannya layaknya seorang penari. Sebuah keahlian lain dari pemain yang lahir pada 1 Oktober ini.

Kelihaiannya meliuk di rumput hijau adalah hasil dari liukan yang pernah ia lakukan di panggung tari. Saat masih bersekolah di Dudley, ia adalah perwakilan sekolah dalam National Morris and Sword Dancing Festival. Akan tetapi, ia memilih sepakbola karena di saat bersamaan ada tawaran dari FA untuk mengajaknya uji coba.

Pada uji coba tersebut, bakat Edwards tercium oleh Jack O’Brien, pemandu bakat United. Sejak itu, Jack mengirimkan sebuah surat kepada Busby yang dititipkan kepada pelatih tim utama, Berth Whalley. Pada 2 Juni 1952, United resmi mengontrak Edwards sebagai pemain amatir. Pada 4 April 1953, Edwards melakoni debutnya bersama tim utama pada usia 16 tahun 183 hari dalam pertandingan melawan Cardiff City. Statusnya saat itu masih pemain amatir. Delapan bulan kemudian, barulah ia mendapat kontrak profesional dari Manchester United. Sejak saat itu, namanya bertahan sebagai pemain pilihan utama Busby di lini belakang United.

Memperkuat Manchester United selama enam musim, Edwards mengumpulkan 177 pertandingan dan membuat 21 gol. Selain itu, ia juga bermain sebanyak 18 kali dan mencetak lima gol. Sejak saat itu, orang-orang mulai melihatnya sebagai cahaya harapan bagi dunia sepakbola Inggris setelah Perang Dunia II.

Sayangnya, kehebatan seorang Edwards harus berakhir dengan singkat. Kecelakaan pesawat di Munich pada 1958 turut membawanya sebagai korban tewas. Namun Edwards tidak langsung meninggal di tempat seperti tujuh rekannya. Ia masih bisa bertahan meski mengalami patah tulang iga, kerusakan jantung dan hati, serta robek paha kanan yang mengakibatkan ginjalnya rusak.

Dalam situasi kritis, ia bahkan masih bertanya kepada Jimmy Murphy tentang pertandingan berikutnya melawan Wolverhampton. Sebuah bukti kalau cinta Edwards kepada United dan sepakbola sangat besar.

Edwards sendiri sempat menjalani transplantasi ginjal sebagai upaya untuk menyelamatkan hidupnya. Namun sayang, ginjalnya tersebut justru tidak bisa diterima dengan baik oleh tubuhnya sehingga terjadi pendarahan. Edwards akhirnya meninggal dunia 15 hari setelah tragedi tersebut.

“Pada awal-awal setelah kecelakaan, Edwards nampaknya menjadi kunci dari segalanya. Jika dia selamat, maka kami akan memiliki keinginan besar untuk berjuang. Tentu saja, kita selalu berduka terhadap pemain yang sudah pergi, namun Edwards nampak akan selamat. Namun Ibu saya mengeluarkan empat kata yang paling saya takuti: “Big Duncan telah pergi”, kata Charlton.

Edwards meninggal dunia pada usia 21 tahun. Pemakamannya dihadiri 5.000 orang yang berbaris di jalanan sekitar Dudley. Meninggalnya Edwards merupakan kesedihan yang sangat mendalam bagi dunia sepakbola Inggris yang kehilangan salah satu terbaiknya. Talenta yang menurut Jimmy Murphy melebihi Muhammad Ali.

“Ketika orang menyebut kalau atlet terhebat adalah Muhammad Ali, saya hanya bisa tersenyum. Karena atlet paling hebat di antara yang terhebat adalah Duncan Edwards. Saya bisa merasakannya meski dengan cara menutup mata,” tuturnya.