Manchester United dikenal sebagai klub raksasa Inggris dengan berbagai rentetan sejarahnya yang luar biasa. Para pemainnya pun sering dilabelkan sebagai pemain bertabur bintang pada masanya, dan nama Martin Buchan menjadi salah satu pemain bertabur bintang tersebut.

Rasanya luar biasa untuk mengingat bahwa sekarang sudah 34 tahun terlewati sejak Martin Buchan memainkan laga kompetitif terakhirnya untuk Manchester United. Di era modern seperti sekarang ini, meski banyak media dan berbagai forum fans di internet sering memilih Manchester United sebagai “tim terhebat”, tapi nyatanya nama Martin Buchan sangat jarang muncul, dan bahkan menjadi legenda yang paling tidak mencolok.

Sangat istimewa jika mengingat Buchan sebagai salah satu pemain terbaik dalam sejarah Manchester United. Buchan adalah seorang bek yang sangat cepat. Ia pun kerap membaca permainan dengan sangat baik, dan memiliki penilaian antisipasi yang luar biasa. Karakteristik bermainnya sangat kuat ketika duel udara. Dengan dua kakinya yang besar, bukan hanya menjadi pemain hebat, tapi Buchan seolah-olah menjelma menjadi bagian terpenting United pada masa itu.

Awal karier yang membingungkan

Martin Buchan adalah seorang penduduk asli Aberdonia, Skotlandia. Ia lahir di kota tersebut pada 6 Maret 1949. Martin cukup berbakat secara akademis. Namun, ia sempat bergabung dengan staff ground Aberdeen saat usianya baru 15 tahun.

Sebenarnya, Buchan memiliki ambisi untuk melanjutkan pendidikannya ke universitas, tapi setelah usianya menginjak 17 tahun, ia ditawari kesempatan untuk bergabung dengan klub Skotlandia bernama Aberdeen FC. Dan saat itu ia menganggap bahwa tawaran tersebut tidak akan jadi penghalang mimpinya untuk bisa kembali ke Universitas.

Namun, ia bermain dengan apik dan berhasil masuk ke tim utama Aberdeen. Di bawah bimbingan pemain internasional Skotlandia kala itu, Eddie Turnbull, ia berkembang menjadi “penyapu permainan” yang bagus. Buchan pun kerap menjadi sosok pemimpin dalam pertahanan. Keterampilannya menunjukkan kepemimpinan yang berhasil diakui oleh rekan setimnya, dan ia akhirnya menjadi kapten termuda Aberdeen ketika berusia 21 tahun.

Mungkin, pertandingan terbaik dalam karir Buchan di Aberdeen terjadi pada 11 April 1970, ketika menghadapi Glasgow Celtic pergi di Hampden untuk final Piala Skotlandia pada tahun tersebut. Aberdeen berhasil merebut gelar kelima secara berturut-turut, dan sedang menuju ke final Piala Eropa kedua mereka dalam empat musim. Hanya Aberdeen yang berdiri kokoh dan menyapu bersih semua sisi kompetisi kehormatan Skotlandia. Dan Martin Buchan berhasil menjadi kapten termuda yang mengangkat Piala FA Skotlandia di tahun itu.

Pada 1971, Buchan mengoleksi 34 caps pertamanya sebagai pesepakbola saat ia bermain untuk timnas Skotlandia dan melawan Portugal. Penampilan dan reputasinya mulai menarik perhatian klub-klub di sebelah selatan perbatasan. Pada musim panas 1971, Manchester United menunjuk Frank O’Farrell sebagai manajer. Dan ia mengambil alih tugas dari Sir Matt Busby, setelah Busby mengambil alih posisi di pertengahan musim 1970/1971 menyusul pemecatan pelatih tim pertama United Wilf McGuinness.

Awalnya, O’Farrell sepertinya menggemblengkan tim United yang memiliki perpaduan antara pengalaman dan usia muda. Telah dikatakan dalam banyak laporan dan media-media kala itu, jika ia hanya bisa mewarisi tim dengan skuat tua. Tapi itu tidak benar. Dari skuat yang telah memenangkan Piala Eropa pada 1968, Stepney, Burns, Dunne, Sadler, Kidd, Charlton, Law, Aston, dan Best masih bermain dan itu semua adalah komposisi pemain berpengalaman yang bercampur dengan pemain muda.

Pemain sayap internasional Skotlandia saat itu, Willie Morgan, dibeli dari Burnley, sehingga lini depan United menjadi yang paling kuat se-Divisi Pertama Liga Inggris saat itu. Pemain muda seperti Tommy O’Neill, Alan Gowling, Steve James, dan Sammy McIlroy, adalah anggota baru tim United lainnya ketika itu.

Pada 4 Desember 1972, setelah mengalahkan Nottingham Forest 3-2 di Old Trafford, Manchester United unggul lima poin dari peringkat dua klasemen Divisi Pertama. Selama musim itu, United pun kerap memainkan permainan sepakbola yang gemilang. Mereka menjadi tim favorit yang jelas akan memenangkan gelar di musim tersebut untuk pertama kalinya sejak 1967.

Namun, setelah kemenangan pada 4 Desember 1970, terjadi serangkaian hasil yang mengejutkan yang membuat United tidak memenangkan pertandingan liga sampai pertengahan Maret 1972.

Martin Buchan dan Manchester United

Pada saat itu mereka telah jatuh ke urutan kedelapan klasemen, dan berselisih sembilan poin di belakang pemimpin klasemen, Manchester City. O’Farrell akhirnya menggunakan bursa transfer selama minggu pertama pada Maret 1972 sebagai jalan keluar permasalahan skuatnya.

Ia membayar 122.500 paun untuk membeli Martin Buchan dari Aberdeen FC dengan harapan besar jika ia akan membawa stabilitas pada pertahanan United yang berderit. Meski kala itu Martin sendiri tidak mengetahui kepindahannya, ia akhirnya pindah ke klub Inggris yang sedang mengalami kekacauan.

Ada beberapa perselisihan yang terjadi di antara pemain senior dan manajer Manchester United. Ruang ganti bukanlah tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi kala itu. Sir Matt Busby masih menjadi latar belakang permasalahan, dan O’Farrell merasa sulit untuk mengelola salah satu klub terbesar di Inggris tersebut. Beberapa pemain senior secara terbuka mengkritisi kinerja manajernya itu, dan menganggap apa yang terjadi pada tim utama United, adalah buntut kesalahannya.

Bagi pemain muda yang baru pindah ke klub seperti Manchester United, mungkin akan menganggap jika hal itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Tapi beberapa tahun setelah Martin Buchan datang ke Old Trafford, justru harapan tersebut menjadi berkebalikan. Hal itu sempat menunjukkan tanda kemunduran yang cepat bagi United. Buchan pun bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, dan berasumsi apakah ia telah melakukan langkah yang benar atau tidak.

 

Sumber : ManUtd.com, Joinmust.org